Rabu, 26 Agustus 2015

Makalah Al-Kafirun



MAKALAH AL-QURAN DAN PEMBELAJARANNYA
“Al-Kafirun”
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis dan Pemebelajarannya
Dosen Pengampu : Dr.Mahmud Arif


 











Disusun Oleh :
1.Riza Alfarid (12410059)
2.Dhamar Suryo Negoro(12410061)
3.Ahid Abdullah (12410063)





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012/2013

KATA PENGANTAR
Puji  syukur  kepada  Allah  yang  senantiasa  mencurahkan  rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Al-Qur’an dan pembelajarannya yang berjudul surat Al-kafirun tepat pada waktunya.
Makalah  ini kami susun untuk  melengkapi  tugas mata kuliah Al Qur’an dan Pembelajarannya pada jurusan  Pendidikan  Agama  Islam. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang  telah  membantu terselesaikannya makalah ini terutama pada dosen pengampu Bapak Dr Mahmud Arif  yang selalu memberi bimbingan pada kita semua.
Kami sadar dalam penyusunan  makalah ini masih  jauh  dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Oleh  karena  itu , saran  dan  kritik  yang  membangun dari pembaca pada umumnya sangatlah kami nantikan guna menyempurnakan makalah ini,dan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Besar harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

                                                                                                 




 
                                                                                             Penyusun,









BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

            Al-Quran merupakan wahyu yang diturunan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat jibril. Al-Quran diturunkan untuk menyempurnakan ajaran-ajaran yang ada pada kitab sebelumnya.

            Al-Quran merupakan sumber hukum islam disamping Al-Hadis. Manusia tidak bisa lepas dari Al-Quran karena segala tingkah laku manusia sudah diatur dalam Al-Quran. Al-Quran terdiri dari beberapa surat dan juga beberapa ayat. Salah satu surat dalam Al-Quran adalah syrat Al-Kafirun yang terdiri dari 6 ayat.
            Al-Kafirun diturunkan oleh Allah karena Pada masa penyebaran Islam di Mekkah, kaum Quraisy yang menentang Rasulullah SAW tak henti-hentinya mencari cara untuk menghentikan ancaman Islam terhadap kepercayaan nenek moyang mereka. Pada salah satu upaya tersebut mereka berusaha mengajukan proposal kompromi kepada Rasulullah SAW dimana mereka menawarkan: jika Rasulullah mau memuja Tuhan mereka, maka merekapun akan memuja Tuhan sebagaimana konsep Islam. Kemudian surat ini diturunkan untuk mejawab hal itu.


B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana bunyi dan arti Surat Al-Kafirun?
2. Bagaimana Isi kandungan dari Surat Al-Kafirun?
3. Apa saja perilaku yang mencerminkan dari Surat Al-Kafirun?
C.Tujuan
1.Untuk memenuhu tugas matakuliah Al-Quran
2. Untuk mengetahui bunyi dan arti surat Al-Kafirun
3. Untuk mengetahui isi kandungan surat Al-Kafirun
4. Untuk mengetahui perilaku yang mencerminkan surat Al-Kafirun
BAB II
PEMBAHASAN
A.Surat Al-Kafirun dan artinya
قُلْ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْكَٰفِرُونَ ﴿١﴾ لَآ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢﴾ وَلَآ أَنتُمْ عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ ﴿٣﴾ وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤﴾ وَلَآ أَنتُمْ عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ ﴿٥﴾ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ ﴿٦


1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. dan aku tidak beribadah seperti ibadah kamu,
5. dan kamu tidak beribadah seperti ibadahku,
6. Bagimulah  agamamu, dan bagikulah , agamaku."
           
           Surat ini merupakan wahyu ke-17 yang diterima nabi Muhammad SAW setelah surat Al-Ma’un.Latar belakang turunnya surat ini adalah adanya usulan kompromi dari tokoh-tokth kafir seperti Umayah bin Khalaf,Al-Walid bin AL-Mughiroh dan Aswad bin Abdul Muthalib kepada nabi untuk secara bergantian dalam menyembah tuhan ,yakni tuhankaum musim dan tuhan kaum kafir.[1]
              Seorang yang disebut kafir adalah seorang pengingkar dan penyangkal agama , yang apabila melihat sinar kebenaran , ia justru memejamkan matanya , dan apabila mendengar satu huruf pun dari kalimatnya , ia menutup telinganya.[2] Jadi ia taidak akn mempertimbangkan dalil apapun yang disampaikan kepadanya dan tidak bisa tunduk pada sebuah argumen meskipun agumen itu telah berhasil mengusik hati nuraninya. Itu dilakukannya karena kecintaannya kepada kepercayaan yang telah menjadi pegangannya , serta pegangan orang-orang yang ada disekitarnya.


B.Isi Kandungan Surat Al-Kafirun
Kandungan Surat Al-Kafirun erat kaitannya dengan kandungan surat sebelumnya yaitu surat al-Kautsar. Dalam surat al-Kautsar, Allah memerintahkan kepada Rasulnya agar beribadah dengan ihklas dan bersyukur atas nikmatnya, maka pada surat al-Kafirun berisi penjelasan terhadap apa yang di isyaratkan terdahulu kepada manusia, yaitu jauh sebelum manusia dilahirkan, yakni ketika berada dalam kandungan ia sudah menyatakan beriman kepada Allah swt.
Pokok kandungan surah al-Kafirun dinyatakan bahwa Tuhan yang disembah Nabi Muhammad saw dan pengikut-pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir dan Nabi Muhammad saw tidak akan menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.
        Secara umum,surat al-Kafirun mempunyai dua kandungan utama,ikrar kemurnian tauhid, khususnya tauhid uluhiyah (tauhid ibadah),dan ikrar penolakan terhadap semua bentuk dan praktek peribadatan kepada selain Allah, yang dilakukan oleh orang-orang kafir.
Pertama, Allah memerintahkan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam untuk memanggil orang-orang kafir dengan khitab (panggilan) ’Yaa ayyuhal kafirun’ (Wahai orang-orang kafir), padahal Al-Qur’an tidak biasa memanggil mereka dengan cara yang vulgar semacam ini. Yang lebih umum digunakan dalam Al-Qur’an adalah khitab semacam 'Yaa ayyuhan naas' (Wahai sekalian manusia) dan sebagainya.
Kedua, pada ayat ke-2 dan ke-4 Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk menyatakan secara tegas, jelas dan terbuka kepada mereka, bahwa beliau (begitu pula ummatnya) sama sekali tidak akan pernah menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.
Ketiga, pada ayat ke-3 dan ke-5 Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk menegaskan juga dengan jelas dan terbuka bahwa, orang-orang kafir pada hakikatnya tidak akan pernah benar-benar menyembah-Nya. Dimana hal ini bisa pula kita pahami sebagai larangan atas orang-orang kafir untuk ikut-ikutan melakukan praktek-praktek peribadatan kepada Allah sementara mereka masih berada dalam kekafirannya. Mereka baru boleh melakukan berbagai praktek peribadatan tersebut jika mereka sudah masuk ke dalam agama Islam.
Keempat, Allah lebih menegaskan hal kedua dan ketiga diatas dengan melakukan pengulangan ayat, dimana kandungan makna ayat ke-2 diulang dalam ayat ke-4 dengan sedikit perubahan redaksi nash, sedang ayat ke-3 diulang dalam ayat ke-5 dengan redaksi nash yang sama persis. Adanya pengulangan ini menunjukkan adanya penafian atas realitas sekaligus larangan yang bersifat total dan menyeluruh, yang mencakup seluruh waktu (yang lalu, kini, yang akan datang dan selamanya), dan mencakup seluruh bentuk dan macam peribadatan.
Kelima, Allah memungkasi dan menyempurnakan semua hal diatas dengan penegasan terakhir dalam firman-Nya: ’Lakum diinukum wa liya diin’ (Bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku). Dimana kalimat penutup yang singkat ini memberikan sebuah penegasan sikap atas tidak bolehnya pencampuran antara agama Islam dan agama lainnya. Jika Islam ya Islam tanpa boleh dicampur dengan unsur-unsur agama lainnya dan demikian pula sebaliknya. Ayat ini juga memupus harapan orang-orang kafir yang menginginkan kita untuk mengikuti dan terlibat dalam peribadatan-peribadatan mereka.
Keenam,Ayat pamungkas yang merupakan ringkasan dan kesimpulan seluruh kandungan surat Al-Kaafiruun ini, Dimana semuanya berintikan pernyataan dan ikrar ketegasan sikap setiap orang beriman terhadap setiap orang kafir, tanpa adanya sedikitpun toleransi, kompromi dan pencampuran, jika terkait secara khusus tentang masalah dan urusan agama masing-masing, yakni yang meliputi aspek aqidah, ritual ibadah dan hukum.

Sedangkan secara rinci pokok kandungan surat al-Kafirun secara menyeluruh adalah:

1.Sikap Umat Islam terhadap Ajakan Orang Kafir.
Hal ini terlihat pada ayat pertama dan kedua dari surat Al-Kafirun yang artinya Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Yakni Tuhan yang menurut pengakuanmu kamu sembah bukanlah Dia , Tuhan yang aku sembah karena yang kamu sembah adalah Tuhan yang menjadikan putra bagi dirinya , serta para pemberi syafaat (yang menjadi perantara antara dia dan para penyembahnya). Atau Tuhan yang menjelma dalam diri seorang manusia , atau ber-tajali (menampakkan diri) dalam bentuk dan rupa tertentu , atu lain-lainnya lagi menurut pengakuan kamu , adapun Tuhan yang saya sembah (atau menunjukkan Ibadah kepada-Nya) adalah Tuhan yang terjauhkan dan tersucikan dari segala sifat yang dengannya kamu menggambarkan Tuhan Kamu.[3]
Hal ini juga terlihat dalam surat Al-Kafirun ayat 3 yang artinya dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Ayat ini menegaskan bahwa mereka itu tidak akan mengabdi kepada Allah, Tuhan yang masa sekarang dan masa datang disembah oleh Rasulullah saw. Oleh mereka orang-orang kafir Mekkah yang ketika itu datang kepada Rasulullah saw menawarkan kompromi dan yang dalam kenyataan sejarah orang-orang kafir itu tidak memeluk agama Islam, sebagian mereka terbunuh oleh kekafirannya, mereka adalah Abul Jahl, Abu Lahab, Umayyah bin Khalaf dan lain-lain.
2. Batas-batas Toleransi dalam Islam
            Selanjutnya Allah memerintahkan kepada Nabi untuk berkata kepada mereka dalam ayat ke 4 yang artinya Dan aku tidak beribadah seperti ibadah kamu. Dalam ayat ke 4 ini terdapat kata “ma”. Kata “ma” disini adalah mashdariyyah bukan maushulah seingga artinya adalah Dan aku tidak beribadah seperti ibadah kamu bukan Dan aku tidak menyembah apa yang kamu sembah , dan pada ayat yang kelima yang artinya dan kamu tidak beribadah seperti ibadahku.
            Dapat disimpulkan bahwa kedua kalimat pertama (ayat ke 2 dan ke 3) menegaskan tentang perbedaan substansial mengenai al-ma’bud (yang disembah) , sedangkan kedua kalimat terakhir (ayat ke 4 dan 5) menegaskan tentang perbedaan substansial mengenai ibadah yang dilakukan masing-masing.[4]
            Jadi dalam Islam tidak ada toleransi dalam beribadah. Orang Islam beribadah murni kepada Allah semata dan tidak beribadah layaknya orang-orang kafir yang bercampur dengan segala kemusyrikan dan senantiasa melalaikan Allah.
3. Toleransi Antar Umat Beragama
            Hal ini tertera pada ayat terakhir surat Al-Kafirun yang berarti penolakkan adanya pencampuran dalam bentuk apapun. Ayat terakhir surat Al-Kafirun berarti Bagimulah agamamu dan bagikulah agamaku.
Bagimulah agamamu dan bagikulah agamaku berarti agamanya orang kafir hanya berlaku untuk orang kafir saja dan orang islam tidak terlibat didalamnya begitupun sebaliknya agama orang islam hanya untuk orang islam saja dan tidak ada pencampuran antara agama orang islam dengan agama orang kafir.

C.Perilaku yang mencerminkan surat Al-Kafirun

1.      Menolak ajakan kaum musyrikin dengan tegas dan bijaksana untuk tukar-menukar pengalaman dalam keimanan dan peribadatan atau untuk keluar dari agama Islam dan menganut agama mereka.
2.      Setiap Muslim/Muslimah akan bertekad dan berusaha secara sungguh-sunguh agar selama hidup di alam dunia ini senantiasa meyakini kebenaran agama Islam yang dianutnya dan mengamalkan seluruh ajarannya dengan bertakwa kepada Allah.
3.      Antara umat Islam dengan umat lain (non-Islam) tidak ada kompromi (toleransi) dalam hal keimanan (akidah) dan peribadanan, namun dalam pergaulan hidup bermasyarakat antara umat islam dan umat lain (non-Islam), sebaiknya saling menghormati dan menghargai serta bekerja sama dalam urusan dunia demi terwujudnya keamanan, ketertiban, kedamaian, dan kesejahteraan bersama.
4.      Memiliki kemantapan iman dalam hatinya, sehingga tidak terpengaruh oleh ajakan dan rayuan untuk memeluk dan menganut keyakinan lain.
5.       Meyakini dengan sepenuhnya bahwa Tuhan yang disembahnya dan agama yang dipeluknya adalah yang paling benar dan paling baik baginya.
6.      Menghormati pemeluk agama dan penganut keyakinan lain.
7.      Menghargai perbedaan pandangan dengan kelompok Islam yang lainya.
8.      Tidak melakukan tindakan atau perbuatan yang tujuannya untuk mengganggu penganut agama lin maupun kelompok Islam lain.




















BAB III
Penutup
A.     Kesimpulan
       Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa surat al-Kafirun turun karena adanya usulan kompromi oleh kaum kafir yakni kaum yang mengingkari keesaan tuhan dan kerasullan  Muhammad,orang yang mengingkari karunia dan kenikmatan tuhan dan orang yang tidak mau melaksanakan ajaran agama meskiia mempercayainya,untuk secara bergantian dalam menyembah tuhan.Kandungan pokok surat al-Kafirun dinyatakan bahwa Tuhan yang disembah Nabi Muhammad saw dan pengikut-pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir dan Nabi Muhammad saw tidak akan menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.itu artinnya tidak ada toleransi dalam hal keimanan dan peribadatan.

B.     Saran
        Demikianlah makalah yang dapat kami susun, semoga bermanfaat untuk kita semua dan pastinya makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mohon partisipasinya untuk memberi saran dalam menelaah makalah ini lebih jauh.












DAFTAR PUSTAKA


          Abduh , Muhammad , Tafsir Jus ‘Amma , (Bandung:Mizan,1998)

          Arif, Mahmud,Menyelami Makna Kewahyuan Kitab Suci,(Yogyakarta,2008)hal.71




                [1] Mahmud,Arif,Menyelami Makna Kewahyuan Kitab Suci,(Yogyakarta,2008)hal.71
[2]Muhammad , Abduh , Tafsir Jus ‘Amma , (Bandung:Mizan,1998) hal.345
[3] Ibid , Hal.347
[4] Ibid , Hal.348