Selasa, 25 Agustus 2015

Makalah Empirisme (David Hume)



EMPIRISME(DAVID HUME)
Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum
Usman, Dr.ss.M.Ag.


           Nama     :       Riza Alfarid
                                                  Nim         :       12410059                                                                 
                                                  Kelas       :        C

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012/2013
         BAB I
PENDAHULUAN

1.      Pendahuluan
       Filsafat telah dikenal manusia sejak masa Yunani Kuno,Filsafat muncul diawali oleh tokoh-tokoh pemikir Seperti,Thales,Anaximandros, dan Anaximanes.Kemudian disusul oleh Heraclitus,Parmenides,Zeno,Demokritus hingga Sacrotes yang dilanjukan oleh para muridnya seperti,Plato dan Aristoteles.
       Pada Abad XVII muncul filsuf dari Perancis ia Rene Descartes dia memiliki Alur pikir yang bersumber pada kekuatan Rasio atau Akal Manusia yang dikenal dengan rasionalisme Akibat dari pemikiran rasionalisme Descartes inilah muncul para filosof yang berkembang kemudian yang bertolak belakang dengan Descartes yang menganggap bahwa pengetahuan itu bersumber pada pengalaman. Mereka inilah yang disebut sebagai kaum empirisme. Di antaranya yaitu John Locke, Thomas Hobbes, George Barkeley, dan David Hume.  Pada makalah ini saya akan membahas tentang pemikiran David Hume tentang Empirisme. David Hume yang dianggap sebagai puncak empirisme.
2.      Rumusan Masalah
                                                              
a. Sejarah Teori Empirisme
b. Biografi David Hume
c. Pengertian Empirism
d. Empiris memenurut David Hume

3.      Tujuan Penulisan

a. Memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum
b. Untuk menambah wawasan bagi Mahasiswa






                                                                    BAB II
                                                            PEMBAHASAN

1.      Sejarah Empirisme   
   Pada Abad XVII muncul filsuf dari Perancis ia Rene Descartes dia memiliki Alur pikir yang bersumber pada kekuatan Rasio atau Akal Manusia yang dikenal dengan rasionalisme Akibat dari pemikiran rasionalisme Descartes inilah muncul para filosof yang berkembang kemudian yang bertolak belakang dengan Descartes yang menganggap bahwa pengetahuan itu bersumber pada pengalaman. Mereka inilah yang disebut sebagai kaum empirisme. Di antaranya yaitu John Locke, Thomas Hobbes, George Barkeley, dan David Hume.

       Tokoh pertama kali yang mengemukakan teori Empirisme adalah John Locke seorang filsuf Inggris (1632-1704)yang mengatakan bahwa jiwa manusia ketika lahir adalah putih bersih,bagaikan kertas yang belum ditulisi. Akan menjadi apakah orang itu kelak ,sepenuhnya tergantung pada pengalaman-pengalaman apakah yang mengisi tabula-tabula tersebut.[1]Orang India pandai berjualan kain,Anak maling menjadi maling,anak dosen jadi dosen,dan seterusnya itu menurut john locke adalah karena faktor lingkungan.

       Seorang tokoh empirisme lainnya ,guru besar psikologi di Universitas John Hopkins,AS,yang kemudian mendirikan aliran Behaviorisme,John B.Watson bahkan berani menyatakan ini :
“Berikan kepadaku sepuluh orang anak,Akan ku jadikan kesepuluh orang anak itu masing-masing menjadi pengemis,pedagang,sarjana dan sebagainnya sesuai dengan  dikehendakku.”jadi menurut watson ,karena jiwa manusia waktu lahir masih bersih,maka untuk menjadikan seseorang itu sesuai dengan yang dikehendaki ,tinggal diperlukan lingkungan dan pengalaman-pengalaman yang diperlukan.asaz ini bahkan bisa dipraktekkan dengan teknik yaang kita kenal yaiti brain washing.Denagan cara itu orang normal bisa dijadikan menjadi radikal,atau teroris(termasuk bom bunuh diri)baik yang berdasarkan ajaran ideologi tertentu,maupun ajaran agama tertentu.Temuan dari scarrs dkk (1997,dalam Quinn,1995)yang meneliti kelompok dari Afrika-Amerika dari berbagai tempat tidak menemukan adanya perbedaan hasil IQ.Scarrmembandingkan hasil tes anak-anak tadi dengan anak keturunan jerman.Akhirnya dicapai stimulan bahwa perbedaan hasil  IQ hanya terjadi pada dua kelompok yang berasal dari kebudayaan yang amat berbeda[2]
2.      Biogrofi David Hume 
        David Hume (lahir 26 April 1711 – meninggal 25 Agustus 1776 pada umur 65 tahun)adalah filsuf Skotlandia, ekonom, dan sejarawan. Dia dimasukan sebagai salah satu figur paling penting dalam filosofi barat dan Pencerahan Skotlandia.
Walaupun kebanyakan ketertarikan karya Hume berpusat pada tulisan filosofi, sebagai sejarawanlah dia mendapat pengakuan dan penghormatan. Karyanya The History of England merupakan karya dasar dari sejarah Inggris untuk 60 atau 70 tahun sampai Karya Macaulay.Hume merupakan filsuf besar pertama dari era modern yang membuat filosofi naturalistis. Filosofi ini sebagian mengandung penolakan atas prevalensi dalam konsepsi dari pikiran manusia merupakan miniatur dari kesadaran suci; sebuah pernyataan Edward Craig yang dimasukan dalam doktrin 'Image of God'.Doktrin ini diasosiasikan dengan kepercayaan dalam kekuatan akal manusia dan penglihatan dalam realitas, dimana kekuatan yang berisi seritikasi Tuhan. Hume sangat dipengaruhi oleh empirisis John Locke dan George Berkeley, dan juga bermacam penulis berbahasa Perancis seperti Pierre Bayle, dan bermacam figur dalam landasan intelektual berbahasa Inggris seperti Isaac Newton, Samuel Clarke, Francis Hutcheson, Adam Smith, dan Joseph Butler.[3]

3.       Pengertian Empirisme
      Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia dan mengecilkan peranan akal. Pengalaman sendiri dapat ditangkap dengan indera yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.[4] 
    Pendapat lain Empirisme yaitu aliran yang percaya bahwa sifat manusia (termasuk kecerdasan dan kepribadian lainnya sepenuhnya diengarui oleh lingkungan.[5]
  Empirisme Berasal dari Bahasa Yunani Yaitu Emperia yang mempunyai arti  Pengalaman atau coba-coba,Empirisme sangat menekankan peranan pengalaman dan mengabaikan peranan akal dalam memperoleh suatu pengetahuan.Karena itu jika manusia tidak memilki pengalaman ia tidak akan mengetahui realitas apapun. Empirisme juga menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.

   Ini menunjukkan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan tidak memilki pengetahuan.kesadaran dan pengetahuan berangkat dari kehidupan praktisnya.Semakin luas dan semakin berfariasi pengalamannya,semakin luas dan semakin berfariasi juga pengalamannya.Kaum empiris tidak mengakui adanya pengetahuan rasional yang mendahului pengalaman.Mereka menganggap pengalaman sebagai azas satu-satunya untuk mendapatkan penilaian yang benardan sebagai kriteria umum dalam setiap bidang.[6] Sehingga setiap orang yang menyatakan telah memiliki pengetahuan dia harus bisa membuktikan apa itu pengetahuan berdasarkan pengalaman yang dapat di ketahui oleh indra manusia.
     6. Pemikiran David Hume
     Decrates mengatakan kita memperoleh pengetahuan melalui akal ,karena itu ditinjau dari segi epistimolgi,Dipihak lain Locke dikenal sebagai pengikut Empirisme karena ia menyatakan bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman.[7]John Locke Locke memandang bahwa setiap manusia dilahirkan bagaikan selembar kertas bersih, yakni adanya anggapan bahwa semua pengetahuan manusia berasal dari pengalaman dan tiada pengetahuan yang didapat sebelum ada pengalaman .Ini meruntuhkan teori rasionalisme yang menyatakan bahwa pengetahuan  bersumber pada akal atau rasio.
 Pemikiran David hume sangat dipengaruhi oleh pemikiran John Locke ini. Hume membagi Pengalaman yang terdiri dari kesan dan ide .Kesan lebih hidup daripada,dan sumber,ide.Ada prinsip-prinsip tertentu yang memandu kita dalam mengasosiasi ide,yaitu persamaan(resemblence),perhampiran(contiguaty),serta sebab akibat.Pengalaman menghasikan pada diri kita kebiasaan(custom)yang bertanggung jawab menghubungkan dua pristiwa suksetif secara kasual.[8]Hume menetapkan Prinsip-prinsip dasar Empirisme adalah “Segala gagasan sederhana kita awalnya dihasilkan dari kesan sederhana yang berkaitan dengan gagasan itu dan benar-benar mewakili keberadaannya”. Kita bisa tahu bahwa sesuatu itu ada apabila kita mempunyai kesan atas sesuatu tersebut. jika tidak ada kesan, maka tidak ada gagasan. Jika tidak ada kesan gagasan itu tanpa makna.
Pemikiran David hume tentang pengetahuan :
Manusia lahir itu dilahirkan dalam keadaannya kosong laksana kertas putih yang belum ada tulisan di atasnya dan setiap ide yang diperolehnya dari sebuah pengalaman. Teori empirikal berdasarkan pada eksperimentasi.Eksperimen-eksperimen ilmiah telah menunjukkan bahwa indera adalah yang menunjukkan kepada kita presepsi-presepsi yang menghasilkan konsepsi-konsepsi manusia.[9] Teori ini diringkas menjadi (tidak ada sesuatu di dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman). Pernyataan ini merupakan pernyataan Locke yang dikeluarkan tatkala ia menentang ajaran ide bawaan (Innate Idea) kepada orang-orang rasional.
       Semua ide yang kita miliki itu datang dengan kesan-kesan, dan kesan itu mencakup penginderaan.Manusia dalam pengalamannya hanya dapat menerima pengetahuan melalui panca indera saja,sehingga berdampak pada kecenderungan Subyektifisme,yaitu pandangan yang menolak sesuatu yang obyektif, dan hal itu akan mengarah ke relativisme. Itu bisa terjadi karena manusia satu dengan yang lain memiliki penarikan kesimpulan yang berbeda-beda mengenai kesan-kesan indrawi mereka terhadap suatu benda atau hal.Dan sesuatu yang bersifat Obyektif sulit untuk diketahui oleh panca indera manusia. David Hume juga menyatakan bahwa Akal tidak dapat bekerja tanpa bantuan pengalaman.Akal tidak mampu sekaligus menyimpulkan berdasarkan satu peristiwa bahwa suatu sebab menimbulkan akibat tertentu, semua pengetahuan dimulai dari pengalaman indra sebagai dasar ,Hume menyatakan bahwa pengalaman lebih memberi keyakinan dibanding kesimpulan logika atau kemestian sebab akibat.Hume menyebutkan bahwa manusia memiliki dua jenis persepsi, yaitu kesan (impressions) dan gagasan (ideas). Kesan dimaksudkan sebagai penginderaan langsung atas realitas lahiriah, dan gagasan adalah ingatan akan kesan-kesan. Contohnya apabila tangan kita terbakar kita akan mendapatkan kesan panas dengan segera. Dan setelah itu kita mengingat bahwa tangan terbakar akan panas, ingatan inilah yang disebut gagasan. Dengan kata lain kesanlah yang membuat kita mengenal realitas. Sedang gagasan adalah tiruan samar-samar dari kesan.

Pemikiran David hume tentang Hukum Sebab akibat :
David hume mendefiisikan bahwa Kausalitas ,dalam artian yang sebenarnya tidak dapat diketahui oleh indera.Karenanya ia mengingkari prinsip kausalitas dan mengembalikaanya kepada kebiasaan pengasosiasian ide-ide[10] David Hume menyatakan bahwa pengalaman lebih memberi keyakinan dibandingkan dengan kesimpulan logika ataupun kesimpulan sebab-akibat. Sebab akibat hanya hubungan yang saling berurutan saja dan secara konstan dia juga menyatakan bahwa pengalamanlah yang memberi informasi yang langsung dan pasti terhadap objek yang diamati sesuai waktu dan tempat.Yang kita maksudkan dengan kausalitas adalah pengaruh satu gejalaterhadap gejala lainnyadan kebutuhan gejala terakhir itu akan gejala pertama agar maujud.[11]Sebab akibat hanya hubungan yang saling berurutan saja dan secara konstan terjadi.
Hume menjelaskan bahwa pendapat tentang sebab-akibat (kausalitas) itu merupakan suatu hubungan atar idea (relation of ideas). Bahwa setiap peristiwa atau hal pasti memiliki suatu sebab yang menghasilkannya secara pasti.Jika ada sesuatu gejala tertentu disusul oleh gejala yang lain, kita cenderung berpikiran bahwa gejala yang satu disebabkan oleh gejala yang sebelumnya,kesimpulan ini tidak berdasarkan pengalaman. Dengan demikian kausalitas tidak bisa digunakan untuk menetapkan peristiwa yang akan datang berdasarkan peristiwa yang terdahulu.
Pemikiran Hume tentang Eksisitensi tuhan:
Salah satu filsuf paling berpengaruh di zaman modern yaitu Kant,yang juga mempengarui pemikiran David Hume.Kant berpendapat bahwa manusia tidak dapat mengetahui sesuatu apapun di luar panca indranya,ia juga mengatakan bahwa Alloh telah kehilangan  legitimasinya,sebab Alloh berada di luar jangkauan indrawi manusia.Para kaum empiris mengatakan bahwa karena posisi teologi itu berkenaan dengan persoalan gaib diluar batas-batas indera di luar eksperimen ,maka kita wajib mengesampingkannya ,dan berpaling kepada kebenaran-kebenatan dan pengetahuan yang dapat diserap dalam lapangan eskperimen.[12]
David hume menolak argumen Filosof-filosof terdahulu tentang teori kausalitas yang percaya bahwa alam adalah akibat dan tuhan adalah sebab terciptanya alam,menurut logika keberadaan sebab lebih penting dari keberadaan akibat,oleh karena tu keberadaan tuhan sebagai sebab wajib ada dan mendahului alam, sedangkan alam sebagai akibat mungkin adanya dan setelah Tuhan.Hume menyangkal keberadaan Tuhan dia mengeritik keras bukti keberadaan tuhan yang diungkapkan oleh Decartes.dia menyatakan bahwa timbulnya keyakinan terhadap tuhan itu muncul karena manusia measa takut dan gelisah sehinnga mereka mengada-ada dan menyakininya.
Menurut Hume kita tidak mempunyai kesan indera mengenai Tuhan sebagai suatu sebab, kita juga tidak mempunyai kesan apapun mengenai benda berpikir sebagai akibat.  Bagi Hume sangatlah tidak berarti karena kita tidak mempunyai kesan indra mengenai Tuhan, jika tidak ada kesan dalam pengalaman, gagasan itu tidaklah bermakna, tak berarti. kita tidak bisa mempunyai kesan indera atas zat supranatural, dengan demikian ide ketuhanan tidak lulus dalam uji empiris.
Dengan demikian, bahwa untuk membuktikan sebuah kebenaran akan pengetahuan itu memerlukan penelitian dilapangan, observasi, percobaan yang mana dengan cara-cara seperti itulah merupakan titik tolak dari pengetahuan manusia., dia mengungkapkan bahwa Tuhan yang menurut orang rasionalisme memang sudah ada dalam alam bawaan sebenarnya tidak nyata. Menurut Hume, pengetahuan akan Tuhan merupakan sebuah hal yang tidak dapat dibuktikan karena tidak adanya kesan pengalaman yang kita rasakan akan Tuhan.




                                                                  BAB III
PENUTUP
    1.Kesimpulan
         Dari uraian singkat diatas dapat kita simpulkan bahwa Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia dan mengecilkan peranan akal. Pengalaman sendiri dapat ditangkap dengan indera yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
       Hume menolak  teori rasionalisme yang mengatakn bahwa sumber pengetahuan adalah melalui rasio atau akal. Menurut Hume, pengetahuan itu bersumber dari pengalaman yang diterima oleh kesan indrawi.Dengan demikian,untuk membuktikan suatu kebenaran akan pengetahuan itu, memerlukan observasi.
        Selain itu mengenai Eksitensi tuhan Hume menyatakan bahwa pengetahuan akan tuhan suatu hal yang tidak dapat dibuktikan karena tidak adanya kesan penglaman yang kita rasakan akan tuhan menurutnya  sangatlah tidak berarti,karena kita tidak mempunyai kesan indra mengenai Tuhan, jika tidak ada kesan dalam pengalaman, gagasan itu tidaklah bermakna, tak berarti
                                                                                          


[1] Sarlito W.Sarwono,Pengantar Psikologi Umum,(Jakarta:Rajawali Pers,2010)h.167

[2] Sarlito W.Sarwono,Pengantar Psikologi Umum,(Jakarta:Rajawali Pers,2010)h.167-168

[5] Sarlito W.Sarwono,Pengantar Psikologi Umum,(Jakarta:Rajawali Pers,2010)h.167
[6] Syahid Al-islam Ayatullah Al-‘Uzhma,Falsafatuna,(Bandung:Mizan,1993)h.40
[7] Louis O Kattsoff,Pengantar Filsafat,(Yogyakarta:Tiara Wacana Yogya,2004)h.106
[8] ,Syahid Al-islam Ayatullah Al-‘Uzhma, Falsafatuna,(Bandung:Mizan,1993)h.30
[9] Syahid Al-islam Ayatullah Al-‘Uzhma,Falsafatuna,(Bandung:Mizan,1993)h.33

[10] Syahid Al-islam Ayatullah Al-‘Uzhma,Falsafatuna,(Bandung:Mizan,1993)h.34

[11] Syahid Al-islam Ayatullah Al-‘Uzhma,,Falsafatuna,(Bandung:Mizan,1993)h.34

[12] Syahid Al-islam Ayatullah Al-‘Uzhma,Falsafatuna,(Bandung:Mizan,1993)h.236

Tidak ada komentar:

Posting Komentar