MAKALAH
AL-QURAN DAN PEMBELAJARANNYA
“Al-Kafirun”
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis dan
Pemebelajarannya
Dosen Pengampu : Dr.Mahmud Arif
Disusun
Oleh :
1.Riza Alfarid (12410059)
2.Dhamar Suryo Negoro(12410061)
3.Ahid Abdullah (12410063)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kepada Allah
yang senantiasa mencurahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah Al-Qur’an dan
pembelajarannya yang berjudul surat Al-kafirun tepat
pada waktunya.
Makalah
ini kami susun untuk
melengkapi tugas mata kuliah Al Qur’an dan Pembelajarannya pada
jurusan Pendidikan Agama
Islam. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya makalah ini terutama pada dosen pengampu Bapak Dr Mahmud Arif yang
selalu memberi bimbingan pada kita semua.
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Oleh karena
itu , saran dan kritik
yang membangun dari pembaca pada
umumnya sangatlah kami nantikan guna menyempurnakan makalah ini,dan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Besar harapan penulis semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Penyusun,
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Al-Quran merupakan wahyu yang diturunan oleh Allah kepada Nabi Muhammad
SAW melalui perantara malaikat jibril. Al-Quran diturunkan untuk menyempurnakan
ajaran-ajaran yang ada pada kitab sebelumnya.
Al-Quran
merupakan sumber hukum islam disamping Al-Hadis. Manusia tidak bisa lepas dari
Al-Quran karena segala tingkah laku manusia sudah diatur dalam Al-Quran. Al-Quran
terdiri dari beberapa surat dan juga beberapa ayat. Salah satu surat dalam
Al-Quran adalah syrat Al-Kafirun yang terdiri dari 6 ayat.
Al-Kafirun
diturunkan oleh Allah karena Pada masa penyebaran Islam di Mekkah, kaum Quraisy yang menentang
Rasulullah SAW tak henti-hentinya mencari cara untuk menghentikan ancaman Islam
terhadap kepercayaan nenek moyang mereka. Pada salah satu upaya tersebut mereka
berusaha mengajukan proposal kompromi kepada Rasulullah SAW dimana mereka
menawarkan: jika Rasulullah mau memuja Tuhan mereka, maka merekapun akan memuja
Tuhan sebagaimana konsep Islam. Kemudian surat ini diturunkan untuk mejawab hal
itu.
B.Rumusan
Masalah
1. Bagaimana bunyi dan arti Surat
Al-Kafirun?
2. Bagaimana Isi kandungan dari
Surat Al-Kafirun?
3. Apa saja perilaku yang
mencerminkan dari Surat Al-Kafirun?
C.Tujuan
1.Untuk memenuhu tugas matakuliah
Al-Quran
2. Untuk mengetahui bunyi dan arti
surat Al-Kafirun
3. Untuk mengetahui isi kandungan
surat Al-Kafirun
4. Untuk mengetahui perilaku yang
mencerminkan surat Al-Kafirun
BAB
II
PEMBAHASAN
A.Surat Al-Kafirun dan artinya
قُلْ يَٰٓأَيُّهَا
ٱلْكَٰفِرُونَ ﴿١﴾ لَآ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢﴾ وَلَآ أَنتُمْ عَٰبِدُونَ
مَآ أَعْبُدُ ﴿٣﴾ وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤﴾ وَلَآ أَنتُمْ
عَٰبِدُونَ مَآ أَعْبُدُ ﴿٥﴾ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِىَ دِينِ ﴿٦
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2.
aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3.
dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. dan
aku tidak beribadah seperti ibadah kamu,
5.
dan kamu tidak beribadah seperti ibadahku,
6.
Bagimulah agamamu, dan bagikulah ,
agamaku."
Surat ini merupakan wahyu
ke-17 yang diterima nabi Muhammad SAW setelah surat Al-Ma’un.Latar belakang
turunnya surat ini adalah adanya usulan kompromi dari tokoh-tokth kafir seperti
Umayah bin Khalaf,Al-Walid bin AL-Mughiroh dan Aswad bin Abdul Muthalib kepada
nabi untuk secara bergantian dalam menyembah tuhan ,yakni tuhankaum musim dan
tuhan kaum kafir.[1]
Seorang yang disebut kafir adalah seorang
pengingkar dan penyangkal agama , yang apabila melihat sinar kebenaran , ia
justru memejamkan matanya , dan apabila mendengar satu huruf pun dari
kalimatnya , ia menutup telinganya.[2] Jadi ia taidak akn mempertimbangkan dalil apapun yang disampaikan
kepadanya dan tidak bisa tunduk pada sebuah argumen meskipun agumen itu telah
berhasil mengusik hati nuraninya. Itu dilakukannya karena kecintaannya kepada
kepercayaan yang telah menjadi pegangannya , serta pegangan orang-orang yang
ada disekitarnya.
B.Isi Kandungan Surat Al-Kafirun
Kandungan Surat Al-Kafirun erat kaitannya dengan kandungan surat sebelumnya yaitu surat al-Kautsar.
Dalam surat al-Kautsar, Allah memerintahkan kepada Rasulnya agar beribadah
dengan ihklas dan bersyukur atas nikmatnya, maka pada surat al-Kafirun berisi
penjelasan terhadap apa yang di isyaratkan terdahulu kepada manusia, yaitu jauh
sebelum manusia dilahirkan, yakni ketika berada dalam kandungan ia sudah
menyatakan beriman kepada Allah swt.
Pokok kandungan surah al-Kafirun dinyatakan bahwa Tuhan yang disembah Nabi
Muhammad saw dan pengikut-pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh
orang-orang kafir dan Nabi Muhammad saw tidak akan menyembah apa yang disembah
oleh orang-orang kafir.
Secara umum,surat al-Kafirun mempunyai
dua kandungan utama,ikrar kemurnian tauhid, khususnya tauhid uluhiyah
(tauhid ibadah),dan ikrar penolakan terhadap semua bentuk dan praktek
peribadatan kepada selain Allah, yang dilakukan oleh orang-orang kafir.
Pertama,
Allah memerintahkan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam untuk
memanggil orang-orang kafir dengan khitab (panggilan) ’Yaa ayyuhal
kafirun’ (Wahai orang-orang kafir), padahal Al-Qur’an tidak biasa memanggil
mereka dengan cara yang vulgar semacam ini. Yang lebih umum
digunakan dalam Al-Qur’an adalah khitab semacam 'Yaa ayyuhan naas'
(Wahai sekalian manusia) dan sebagainya.
Kedua, pada ayat ke-2 dan ke-4 Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam untuk menyatakan secara tegas, jelas dan terbuka kepada
mereka, bahwa beliau (begitu pula ummatnya) sama sekali tidak akan pernah
menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.
Ketiga, pada ayat ke-3 dan ke-5 Allah memerintahkan Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam untuk menegaskan juga dengan jelas dan terbuka bahwa, orang-orang
kafir pada hakikatnya tidak akan pernah benar-benar menyembah-Nya. Dimana hal
ini bisa pula kita pahami sebagai larangan atas orang-orang kafir untuk
ikut-ikutan melakukan praktek-praktek peribadatan kepada Allah sementara mereka
masih berada dalam kekafirannya. Mereka baru boleh melakukan berbagai praktek
peribadatan tersebut jika mereka sudah masuk ke dalam agama Islam.
Keempat, Allah lebih menegaskan hal kedua dan ketiga diatas dengan melakukan
pengulangan ayat, dimana kandungan makna ayat ke-2 diulang dalam ayat ke-4
dengan sedikit perubahan redaksi nash, sedang ayat ke-3 diulang dalam
ayat ke-5 dengan redaksi nash yang sama persis. Adanya pengulangan ini
menunjukkan adanya penafian atas realitas sekaligus larangan yang bersifat
total dan menyeluruh, yang mencakup seluruh waktu (yang lalu, kini, yang akan
datang dan selamanya), dan mencakup seluruh bentuk dan macam peribadatan.
Kelima, Allah memungkasi dan menyempurnakan semua hal diatas dengan penegasan
terakhir dalam firman-Nya: ’Lakum diinukum wa liya diin’ (Bagi kalian
agama kalian dan bagiku agamaku). Dimana kalimat penutup yang singkat ini
memberikan sebuah penegasan sikap atas tidak bolehnya pencampuran antara agama
Islam dan agama lainnya. Jika Islam ya Islam tanpa boleh dicampur dengan unsur-unsur
agama lainnya dan demikian pula sebaliknya. Ayat ini juga memupus harapan
orang-orang kafir yang menginginkan kita untuk mengikuti dan terlibat dalam
peribadatan-peribadatan mereka.
Keenam,Ayat pamungkas yang merupakan ringkasan dan kesimpulan seluruh kandungan
surat Al-Kaafiruun ini, Dimana semuanya berintikan pernyataan dan ikrar
ketegasan sikap setiap orang beriman terhadap setiap orang kafir, tanpa adanya
sedikitpun toleransi, kompromi dan pencampuran, jika terkait secara khusus
tentang masalah dan urusan agama masing-masing, yakni yang meliputi aspek
aqidah, ritual ibadah dan hukum.
Sedangkan secara rinci pokok kandungan surat al-Kafirun secara menyeluruh
adalah:
1.Sikap Umat Islam
terhadap Ajakan Orang Kafir.
Hal ini terlihat pada
ayat pertama dan kedua dari surat Al-Kafirun yang artinya Katakanlah:
"Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Yakni Tuhan yang menurut pengakuanmu kamu sembah bukanlah Dia , Tuhan yang aku
sembah karena yang kamu sembah adalah Tuhan yang menjadikan putra bagi dirinya
, serta para pemberi syafaat (yang menjadi perantara antara dia dan para
penyembahnya). Atau Tuhan yang menjelma dalam diri seorang manusia , atau
ber-tajali (menampakkan diri) dalam bentuk dan rupa tertentu , atu lain-lainnya
lagi menurut pengakuan kamu , adapun Tuhan yang saya sembah (atau menunjukkan
Ibadah kepada-Nya) adalah Tuhan yang terjauhkan dan tersucikan dari segala
sifat yang dengannya kamu menggambarkan Tuhan Kamu.[3]
Hal ini juga terlihat
dalam surat Al-Kafirun ayat 3 yang artinya dan kamu bukan
penyembah Tuhan yang aku sembah. Ayat ini menegaskan bahwa mereka itu tidak akan
mengabdi kepada Allah, Tuhan yang masa sekarang dan masa datang disembah oleh
Rasulullah saw. Oleh mereka orang-orang kafir Mekkah yang ketika itu datang
kepada Rasulullah saw menawarkan kompromi dan yang dalam kenyataan sejarah
orang-orang kafir itu tidak memeluk agama Islam, sebagian mereka terbunuh oleh
kekafirannya, mereka adalah Abul Jahl, Abu Lahab, Umayyah bin Khalaf dan
lain-lain.
2. Batas-batas Toleransi
dalam Islam
Selanjutnya Allah memerintahkan kepada Nabi untuk berkata
kepada mereka dalam ayat ke 4 yang artinya Dan aku tidak beribadah seperti
ibadah kamu. Dalam ayat ke 4 ini terdapat kata “ma”. Kata “ma” disini adalah
mashdariyyah bukan maushulah seingga artinya adalah Dan aku tidak beribadah
seperti ibadah kamu bukan Dan aku tidak menyembah apa yang kamu sembah , dan
pada ayat yang kelima yang artinya dan kamu tidak beribadah seperti
ibadahku.
Dapat disimpulkan bahwa kedua
kalimat pertama (ayat ke 2 dan ke 3) menegaskan tentang perbedaan substansial
mengenai al-ma’bud (yang disembah) , sedangkan kedua kalimat terakhir (ayat ke
4 dan 5) menegaskan tentang perbedaan substansial mengenai ibadah yang dilakukan
masing-masing.[4]
Jadi dalam Islam tidak ada toleransi
dalam beribadah. Orang Islam beribadah murni kepada Allah semata dan tidak
beribadah layaknya orang-orang kafir yang bercampur dengan segala kemusyrikan
dan senantiasa melalaikan Allah.
3. Toleransi Antar Umat
Beragama
Hal ini tertera pada ayat terakhir surat Al-Kafirun yang
berarti penolakkan adanya pencampuran dalam bentuk apapun. Ayat terakhir surat
Al-Kafirun berarti Bagimulah agamamu dan bagikulah agamaku.
Bagimulah agamamu dan
bagikulah agamaku berarti agamanya orang kafir hanya berlaku untuk orang kafir
saja dan orang islam tidak terlibat didalamnya begitupun sebaliknya agama orang
islam hanya untuk orang islam saja dan tidak ada pencampuran antara agama orang
islam dengan agama orang kafir.
C.Perilaku yang mencerminkan surat Al-Kafirun
1.
Menolak ajakan kaum musyrikin dengan tegas dan bijaksana untuk
tukar-menukar pengalaman dalam keimanan dan peribadatan atau untuk keluar dari
agama Islam dan menganut agama mereka.
2.
Setiap Muslim/Muslimah akan bertekad dan berusaha secara sungguh-sunguh
agar selama hidup di alam dunia ini senantiasa meyakini kebenaran agama Islam
yang dianutnya dan mengamalkan seluruh ajarannya dengan bertakwa kepada Allah.
3.
Antara
umat Islam dengan umat lain (non-Islam) tidak ada kompromi (toleransi) dalam
hal keimanan (akidah) dan peribadanan, namun dalam pergaulan hidup
bermasyarakat antara umat islam dan umat lain (non-Islam), sebaiknya saling
menghormati dan menghargai serta bekerja sama dalam urusan dunia demi
terwujudnya keamanan, ketertiban, kedamaian, dan kesejahteraan bersama.
4.
Memiliki kemantapan
iman dalam hatinya, sehingga tidak terpengaruh oleh ajakan dan rayuan untuk
memeluk dan menganut keyakinan lain.
5.
Meyakini dengan
sepenuhnya bahwa Tuhan yang disembahnya dan agama yang dipeluknya adalah yang
paling benar dan paling baik baginya.
6.
Menghormati pemeluk
agama dan penganut keyakinan lain.
7.
Menghargai perbedaan pandangan
dengan kelompok Islam yang lainya.
8.
Tidak melakukan tindakan atau
perbuatan yang tujuannya untuk mengganggu penganut agama lin maupun kelompok
Islam lain.
BAB
III
Penutup
A.
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa surat al-Kafirun turun karena adanya usulan
kompromi oleh kaum kafir yakni kaum yang mengingkari keesaan tuhan dan
kerasullan Muhammad,orang yang
mengingkari karunia dan kenikmatan tuhan dan orang yang tidak mau melaksanakan
ajaran agama meskiia mempercayainya,untuk secara bergantian dalam menyembah
tuhan.Kandungan pokok surat al-Kafirun dinyatakan bahwa Tuhan yang disembah Nabi Muhammad
saw dan pengikut-pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir
dan Nabi Muhammad saw tidak akan menyembah apa yang disembah oleh orang-orang
kafir.itu
artinnya tidak ada toleransi dalam hal keimanan dan peribadatan.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami
susun, semoga bermanfaat untuk kita semua dan pastinya makalah ini jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami mohon partisipasinya untuk memberi saran dalam
menelaah makalah ini lebih jauh.
DAFTAR PUSTAKA
Abduh , Muhammad , Tafsir Jus ‘Amma , (Bandung:Mizan,1998)
Arif,
Mahmud,Menyelami Makna Kewahyuan Kitab Suci,(Yogyakarta,2008)hal.71