KEGIATAN
SYIRIK
Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Tauhid
Drs.Ahmad Hanany Naseh,MA
Nama
: Riza Alfarid
Nim
: 12410059
Kelas
: E
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012/2013
CONTOH-CONTOH PERBUATAN
SYIRIK DIMASYARAKAT
Dalil tentang syirik
Allah Ta’ala
berfirman:
إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya kesyirikan adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS.
Luqman: 13)
إِنَّ
اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa di bawah dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa`:
48)
وَلَقَدْ
أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ
لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu. “Jika kamu berbuat kesyirikan, niscaya akan semua amalanmu akan
terhapus dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar:
65)
Hadist :
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا
ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَاكَانَ
مِنْكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ
السَّماَءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ
أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطاَياَ ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكْ بِي
شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً [رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح ]
Artinya
: “Dari Anas r.a. dia berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda: Allah ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam, sesungguhnya Engkau berdoa
kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka akan aku ampuni engkau, Aku tidak peduli
(berapapun banyaknya dan besarnya dosamu). Wahai anak Adam seandainya
dosa-dosamu (sebanyak awan di langit kemudian engkau minta ampun kepadaku
niscaya akan Aku ampuni engkau. Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau datang
kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemuiku dengan tidak
menyekutukan Aku sedikitpun maka akan aku temui engkau dengan sepenuh itu pula
ampunan.”
(Riwayat Turmudzi dan dia
berkata: hadits hasan shahih).[3]
اجْتَنِبُوا
السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ
بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا
بِالْحَقِّ وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَأَكْلُ الرِّبَا وَالتَّوَلِّي يَوْمَ
الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصِنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ
“Hendaklah kalian menghindari tujuh dosa yang dapat menyebabkan
kebinasaan.” Dikatakan kepada beliau, “Apakah ketujuh dosa itu wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab: “Kesyirikan kepada Allah, sihir, membunuh jiwa
yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan haq, memakan harta anak
yatim, memakan riba, lari dari medan pertempuran, dan menuduh wanita mukminah
baik-baik berbuat zina.” (HR. Al-Bukhari no. 2766 dan Muslim no. 89)
1.
Mendatangi para dukun,
tukang sihir, peramal (paranormal) dan membenarkan ucapan mereka
Ini merupakan perbuatan yang mendustakan agama yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, berdasarkan
sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya:
"Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang
ramal kemudian membenarkan ucapannya, maka sungguh dia telah kafir terhadap
agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam"
Allâh Subhanahu wa Ta'ala menyatakan kekafiran para
dukun, peramal dan tukang sihir tersebut dalam firman-Nya yang artinya:
وَاتَّبَعُوا
مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ
وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ
عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ
أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ
وَمَا هُم بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ
وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ
اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ
أَنفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh
syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa
Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan
sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang
malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak
mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, "Sesungguhnya
kami hanya cobaan (bagimu), maka janganlah kamu kafir." Maka mereka
mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat
menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir)
tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin
Allâh. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepada diri mereka
sendiri dan tidak memberi manfaat. Padahal sesungguhnya mereka telah meyakini
bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allâh) dengan sihir itu, tiadalah
baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual
dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui" [al-Baqarah/2:102]
Hal ini dikarenakan para dukun, peramal, dan tukang
sihir tersebut mengaku-ngaku mengetahui urusan gaib, padahal ini merupakan
kekhususan bagi Allâh Subhanahu wa Ta'ala.
قُل
لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ
وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
"Katakanlah: "Tidak ada seorang pun di
langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan
mereka tidak mengetahui bilamana mereka akan dibangkitkan".
[an-Naml/27:65]
Selain itu, mereka selalu bekerjasama dengan para
jin dan setan dalam menjalankan praktek sihir dan perdukunan. Padahal para jin
dan setan tersebut tidak mau membantu mereka dalam praktek tersebut sampai
mereka melakukan perbuatan syirik dan kafir kepada Allâh Subhanahu wa Ta'ala.
2.
Mempersembahkan hewan
kurban(Mis : Kepala Kerbau) untuk para jin.
Banyak di sekitar kita yang masih melakukan kegiatan
tersebut,misal pada bulan-bulan tertentu atau hari-hari tertentu ada kegiatan
larung kepala kerbau ke pantai Selatan yang dipersembahkan kepada Nyi Roro
Kidul.Ada juga yang mempersembahkan kepala sapi/kerbau untuk
keselamatan,misalnya dalam hal pembangunan jembatan atan jalan dll.Allâh
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَأَنَّهُ
كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ
رَهَقًا
"Dan bahwasannya ada beberapa orang dari
(kalangan) manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari (kalangan)
jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan".
[al-Jin/72:6]
3.
Memakai
Jimat-Jimat.
Menggantungkan jimat (azimat) baik berupa benang,
manik-manik atau benda lainnya- pada leher, tangan, atau tempat-tempat lainnya,
termasuk perbuatan yang merusak tauhid dan akidah seorang Muslim.Dengan
meyakini jimat tersebut sebagai penangkal bahaya dan pengundang kebaikan.
Ketika batu akik diyakini
memiliki daya magic karena telah "diisi" oleh dukun atau orang
pintar, maka menjadikan akik itu sebagai jimat pembawa keberuntungan berarti
telah menjadikannya sebagai tuhan selain Allah.
Sabuk yang telah diisi dengan rajah-rajah, hijib-hijib atau
mantera-mantera. Pelaku atau pemiliknya adalah pelaku kemusyrikan. Dan pengisi
sabuk tersebut adalah dukun yang harus dijauhi, sekalipun berkedok orang yang
bersorban.
Bambu kuning atau potongan
tulisan arab yang maknanya tidak jelas diletakkan diatas pintu rumah, agar
setan tidak bisa masuk rumah, maka berarti telah mempertuhankan jimat itu, dan
ini adalah bantuk kesyirikan yang sangat nyata terhadap Allah Subhanahu Wa
Ta'ala.
Demikian pula apabila
Al-Qur'an Stambul (Al-Qur'an berukuran sangat kecil yang tulisannya tidak bisa
dibaca kecuali dengan mikroskop) dijadikan jimat untuk menolak marabahaya, maka
pelakunyapun sudah terjerumus pada lingkaran syetan yaitu syirik.
Rasulullah Shalallahu
'Alaihi Wa Salam bersabda, yang artinya : "Barangsiapa yang menggantungkan
sesuatu (sebagai jimat), niscaya Allah menjadikan dia selalu bergantung kepada
jimat itu". (HR. Ahmad Wa Tirmidzi).
4.
Mempercayai Ramalan
Yaitu segala bentuk ramalan,
mulai dari ramalan mengenai keadaan pribadi seseorang untuk rentang waktu
sepekan, sebulan atau setahun ke depan,keadaan masyarakat baik mengenai
ekonominya, politiknya dan lain sebagainyaPada tahun baru ini di berbagai TV
Swasta ditampilkan ramalan oleh para peramal. Padahal sesungguhnya mempercayai
ramalan adalah haram:
“Barangsiapa yang mendatangi seorang
peramal lalu mempercayai apa yang diramalkan, maka ia telah kufur terhadap
wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam .” (HR. Tirmidzi No. 135, Abu Dawud No. 3904, Ibnu
Majah No. 639 dan Ahmad No. 9252)
“Barangsiapa
yang mendatangi seorang peramal lalu menanyakan kepada tentang satu ramalan,
maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh malam.” (HR.
Muslim 2230)
Jangankan mengetahui masa depan,
mengetahui hal-hal yang telah terjadi pun banyak peramal yang tidak mampu. Hanya Allah yang tahu akan hal yang ghaib atau belum pernah terjadi:
”Dan pada sisi
Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali
Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada
sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh
sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang
kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)” [Al
An’aam:59]
Allah juga menyebut
bahwa orang yang percaya pada ramalan berarti dia telah syirik:
Barangsiapa
membatalkan maksud keperluannya karena ramalan mujur-sial maka dia telah syirik
kepada Allah. Para sahabat bertanya, “Apakah penebusannya, ya Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Ucapkanlah: “Ya Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikanMu, dan
tiada kesialan kecuali yang Engkau timpakan dan tidak ada Tuhan kecuali
Engkau.” (HR. Ahmad)
Ramalan mujur-sial
adalah syirik. (Beliau mengulanginya tiga kali) dan tiap orang pasti terlintas
dalam hatinya perasaan demikian, tetapi Allah menghilangkan perasaan itu dengan
bertawakal. (HR. Bukhari dan Muslim)
5.
Membuat
sesajen untuk menolak roh jahat.
Meletakkan sesajen di atas
tiang utama bangunan, agar terhindar dari gangguan makhluk halus yang berada di
daerah itu. Demikian pula, ketika orang merasa takut melewati pohon besar,
kuburan, hutan atau lembah yang dianggap angker. Lalu dia mengirimkan berbagai
macam bentuk sesajen.
Kegiatan ritual syirik ini
bisa kita temui ketika ada pembangunan jembatan, gedung atau rumah. Pada acara
peletakan batu pertama, biasanya diadakan pemotongan hewan kemudian darahnya
disiramkan atau dioleskan, dan kepala hewan itu ditanam di situ. Tujuannya agar
bangunan itu kokoh, kuat, lancar dalam pembangunannya serta tidak meminta
korban, terhindar dari bahaya, serta agar makhluk halus yang ada di situ tidak
mengganggu.
6.
Berkah Pada Petilasan/Kuburan Kyai atau Wali
Adalah menjadi hal
yang membudaya bahkan dianggap peribadatan yang sangat afdhal bahwa pada
bulan-bulan atau hari-hari tertentu, misalnya bulan Mulud, menjelang Ramadhan
atau bulan-bulan/hari-hari lain. Banyak orang Islam berbondong-bondong dari
berbagai tempat ke petilasan-petilasan/ kuburan-kuburan kyai, orang-orang
shaleh atau yang dianggap wali,dengan niat yang menyimpang. Ini adalah bentuk
kesyirikan yang besar
. Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Allah melaknat
orang-orang Yahudi dan Nasrani karena menjadikan kuburan nabi-nabi mereka
sebagai tempat beribadah. (HR. Bukhari)
Dalam hadits lain, Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian
selalu menjadikan kuburan para nabi dan orang-orang shaleh (di antara) mereka
sebagai masjid (tempat ibadah), maka janganlah kalian (wahai kaum Muslimin)
menjadikan kuburan sebagai masjid, sesungguhnya aku melarang kalian dari
perrbuatan tersebut" [16]
- Membangun (meninggikan) kuburan dan mengapur
(mengecat)nya.
Dalam hadits yang shahih, Jâbir bin 'Abdillâh
Radhiyallahu 'anhu berkata: "Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam
melarang mengapur (mengecat) kuburan, duduk di atasnya, dan membangun di
atasnya".[17]
Perbuatan-perbuatan ini dilarang karena merupakan
sarana yang membawa kepada perbuatan syirik (menyekutukan Allâh Subhanahu wa
Ta'ala dengan orang-orang shaleh tersebut).
7.
Meminta Bantuan Kepada Arwah Rasul, Wali Atau
Tokoh
Meminta bantuan
kepada arwah Rasul, wali atau tokoh-tokoh, ini bukan hanya menjadi kebiasaan
dan keyakinan yang membudaya, tetapi bahkan dihidup-hidupkan sebagai kesenian
budaya. Sehingga kegiatan itu betul-betul menyatu dan mendarah dagingdalam jiwa
dan keyakinan sebagian besar masyarakat.
Kadang ada pula masyarakat yang datang ke kuburan tokoh, lalu katanya
dapat berdialog dengan arwah tekoh tersebut untuk meminta bantuan. Padahal yang
bersuara adalah jin (setan) dengan memyerupai suara tokoh dimaksud agar manusia
terperosok dalam kekafiran.Dapat disaksikan dibanyak tempat adanya upacara-upacara
serta kesenian-kesenian ritual yang berisi kegiatan syaithani ini.
8.
Meyakini sesuatu hal
yang dapat membaca Takdir.
Menjadikan
sesuatu sebagai sebab kesialan atau keberhasilan suatu urusan, padahal Allâh
Subhanahu wa Ta'ala tidak menjadikannya sebagai sebab yang berpengaruh.
Perbuatan ini juga dilarang keras oleh Rasûlullâh
Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabda beliau yang artinya:
"(Melakukan) ath-thiyarah adalah kesyirikan".Menyakini kesialan angka
13, keyakinan jika menabrak kucing maka akan celaka, keyakinan para sopir jika
melewati jalan angker harus berpamitan terlebih dahulu kepada yang Mbau rekso
tempat angker tersebut dengan membunyikan klakson, keyakinan bahwa tiap malam
jum’at kliwon harus memberikan sesajian diperempatan-perempatan jalan, adat
istiadat menginjak telor dan segala kegiatan yang mengiringi bagi pengantin,
memasang dekorasi dengan tandanan pisang pada pinto masuk halaman dalam pests
pengantin, brobosan (melewati bawah) jenazah yang akan diberangkatkan antak di
kubur, menyakini kebenaran para dukun dan tiara normal, menyakini bahwa seekor
kerbau dapat memberikan berkah, menyakini bahwa pusaka atau kereta keraton
dapat memberikan berkah sehingga perlu dimandikan dan airnya dijadikan rebutan,
9.
Mempersembahkan Ibadah
selain kepada Allah.
Mempersembahkan salah satu bentuk ibadah kepada
selain Allâh Subhanahu wa Ta'ala, seperti berdoa (memohon) kepada orang-orang
shaleh yang telah mati, meminta pengampunan dosa, menghilangkan kesulitan
(hidup), atau mendapatkan sesuatu yang diinginkan, seperti keturunan dan
kesembuhan penyakit, kepada orang-orang shaleh tersebut. Juga seperti
mendekatkan diri kepada mereka dengan sembelihan qurban, bernazar, thawaf,
shalat dan sujud…Ini semua adalah perbuatan syirik, karena Allâh Subhanahu wa
Ta'ala berfirman:
قُلْ
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا
شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
"Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku,
sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allâh, Rabb semesta alam. Tiada
sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah
orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allâh)".
[al-An’âm/6:162-163]
10. Mencari Kesaktian Lewat AmalanAmalan
Dzikir Atau Yang Lainnya
Yang juga membudaya dan menjadi trend disemua
lapisan masyarakat, baik tua maupun muda, laki-laki maupun perempuan, bodoh maupun
pintar, awam maupun alim, “orang yang dianggap ulama” maupun Umara, adalah
membekali diri dengan “ngelmu”, kesaktian dan kekebalan.
Ada yang dengan cara-cara klasik kebatinan, baik dengan istilah black magic (ilmu hitam) maupun white magic (ilmu putih). Ada pula yang dengan cara-cara dzikir dan amalan-amalan yang mengandung bacaan-bacaan wirid. Cara yang terakhir ini banyak mengelabuhi umat Islam. Karena seakan-akan Islami dan tidak syirik. Padahal hal ini adalah perbuatan Syirik.
Ada yang dengan cara-cara klasik kebatinan, baik dengan istilah black magic (ilmu hitam) maupun white magic (ilmu putih). Ada pula yang dengan cara-cara dzikir dan amalan-amalan yang mengandung bacaan-bacaan wirid. Cara yang terakhir ini banyak mengelabuhi umat Islam. Karena seakan-akan Islami dan tidak syirik. Padahal hal ini adalah perbuatan Syirik.
Amalan-amalan dzikir dan wirid itu pada hakikatnya hanya sebagai rumus
atau kode untuk membuka hubungan dengan alam Jin. Hal yang tidak pernah dilakukan
oleh Rasulullah maupun para Shahabatnya.
Dengan demikian, penggunaan dzikir dan wirid semacam itu, di samping
tidak berdasarkan tuntunan atsar, juga menyimpang dari tujuan beribadah kepada
Allah.
Akhirnya menjadi syirik karena dzikir tersebut digunakan untuk meminta
sesuatu kepada selain Allah, hal yang hanya menjadi kewenangan Allah saja.
Allah berfirman:
Sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia meminta
perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin, maka jin itu menambahkan
rasa takut / dosa kepada manusia. (al-Jin: 6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar