Tema
:
Lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, dan
masyarakat
Judul
:
Fungsi
Masyarakat dalam Pendidikan
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Antropologi
Pendidikan
Dosen Pengampu : Drs. Moch Fuad M.Pd.
Disusun Oleh :
Riza
Alfarid (12410059)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014/2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan
hal yang sangat penting bagi perkembangan suatu masyarakat,begitupun
sebaliknya. Pendidikan berfungsi untuk menyampaikan, meneruskan atau
menstransmisi kebudayaan, diantaranya nilai-nilai nenek moyang, kepada generasi
muda. Pendidikan
merupakan produk dari masyarakat,karena apabila kita sadari arti pendidikan
sebagai proses transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan
danaspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda maka seluruhupaya tersebut
sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-kekuatanmasyarakat. Hampir segala
sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain baik
di rumah,sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya.
Dalam masyarakat tidak ada
pendidikan formal yang tersendiri. Setiap anak harus belajar dari lingkungan
sosialnya dan harus menguasai sejumlah kekuatan yang dibutuhkan pada saatnya
tanpa adanya guru tertentu yang bertanggung jawab atas kelakuannya. Pendidikan
norma-norma, sikap adat-istiadat, keterampilan sosial dan lain-lain banyak
diperoleh dalam keluarga masing-masing. Proses ini diperoleh anak terutama
berkat pengalamannya dalam pergaulan dengan anggota keluarga, teman-teman
sepermainan dan kelompok primer lainnya, bukan sekolah.
Artinya Masyarakat memegang peran
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak,karena banyak pelajaran yang
bisa kita ambil dari masyarakat yang belum tentu ada dalam lingkungan sekolah.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang
dimaksud pendidikan ?
2. Apa yang
dimaksud Masyarakat ?
3. Bagaimana
hubungan Masyarakat dengan Pendidikan ?
4. Apa peran
Masyarakat dalam pendidikan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui apa itu pendidikan.
2. Untuk
mengetahui apa itu masyarakat.
3. Mengetahui
hubungan masyarakat dengan pendidikan.
4. Mengetahui
fungsi masyarakat dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan proses
memanusiakan manusia secara manusiawi yang harus disesuaikan dengan situasi dan
kondisi serta perkembangan zaman. (Ary Gunawan, 2010:54)
Di samping itu pengertian pendidikan
menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, yakni:
“usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Pendidikan berfungsi
untuk menyampaikan, meneruskan atau menstransmisi kebudayaan, diantaranya
nilai-nilai nenek moyang, kepada generasi muda.
B. Pengertian Masyarakat
Istilah “masyarakat” kerap
dipadankan dengan istilah “sosial”. Istilah “masyarakat” sendiri pada mulanya
berasal dari kata syarikat dalam bahasa Arab, kemudian
mengalami proses kebahasaan sedemikian rupa sehingga dalam bahasa Indonesia
menjadi kata “serikat” yang kurang-lebih berarti “kumpulan” atau “kelompok yang
saling berhubungan”. (Sidi Gazalba, 1976:11).
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang
yang membentuk sebuah sistem
semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah
antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak.
Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan
antar entitas-entitas.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen
(saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk
mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang
teratur.Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan
sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan
yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi
sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.Masyarakat sering diorganisasikan
berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu
sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu,
masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam,
dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban.
Sebagian pakar
menganggap masyarakat industri
dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat
agrikultural tradisional.Masyarakat dapat pula
diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan
kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku,
chiefdom, dan masyarakat negara.(id.wikipedia.org)
Beberapa pengertian yang diberikan
oleh beberapa pakar sosiologi mengenai masyarakat antara lain:
1.
Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan
selalu berubah. (Mac Iver dan Page)
2.
Masyarakat adalah kesatuan hidup mahluk-mahluk manusia
yang terikat oleh suatu sistem adat-istiadat tertentu. (Koentjaraningrat)
3.
Masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama
yang menghasilkan kebudayaan. (Selo Soemardjan dan Soelaiman)
(S. Nasution,1995:60)
Dari beberapa pengertian di atas ada
dua hal yang perlu diperhatikan yaitu bahwa masyarakat itu kelompok yang
terorganisasi. Oleh karena itu orang yang berjalan bersama-sama atau duduk
bersama-sama yang tidak terorganisasi bukanlah masyarakat. Kelompok yang tidak
berpikir tentang kelompoknya sebagai suatu kelompok bukanlah masyarakat. Oleh
karena itu kelompok burung yang terbang bersama dan semut yang berbaris rapi
bukanlah masyarakat dalam arti yang sebenarnya sebab mereka berkelompok hanya
berdasarkan naluri saja.
Sehingga bisa dikatakan bahwa
masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan
sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
masyarakat adalah suatu kesatuan hidup manusia dalam suatu kelompok yang
memiliki suatu sistem adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma yang dapat
menghasilkan suatu kebudayaan.
Proses terbentuknya suatu masyarakat
biasanya berlangsung tanpa disadari yang diikuti oleh hampir sebagian besar
anggota masyarakat. Dorongan manusia untuk bermasyarakat antara lain:
1. Pemenuhan
kebutuhan dasar biologis, seperti papan (tempat tinggal), sandang, dan
pangan yang penyelenggaraannya akan lebih mudah dilaksanakan dengan kerja
sama dari pada usaha perorangan.
2. Kemungkinan
untuk bersatu dengan manusia lain (bermasyarakat).
3. Keinginan
untuk bersatu dengan lingkungan hidupnya.
4. Dengan
memasyarakat kemungkinan untuk mempertahankan diri dalam menghadapi
kekuatan alam, binatang dan kelompok lain lebih besar.
5. Secara
naluriah manusia mengembangkan keturunan melalui keluarga yang merupakan
kesatuan masyarakat yang terkecil.
6. Manusia
mempunyai kecenderungan sosial, yaitu seluruh tingkah laku yang berkembang
akibat interaksi sosial atau hubungan antar manusia. Dalam hidup
bermasyarakat, kebutuhan dasar kejiwaan ingin tahu, meniru, dihargai, menyatakan rasaharu
dan keindahan, serta memuja tertampung dalam hubungan antar manusia,
baik antar individu maupun kelompok.
Merujuk pada
perspektif terbentuknya masyarakat melalui “manusia” (antroposentris), ditemui
bahwa pada mulanya individu yang berlainan jenis bertemu satu sama lain,
kemudian membentuk keluarga. Lambat laun, entitas keluarga kian berkembang
sehingga membentuk “keluarga besar” atau “suku”. Pada tahapan berikutnya, suku
kian berkembang dan terbentuklah “wangsa”. Selanjutnya, wangsa-wangsa dengan
ciri fisik dan kebudayaan yang sama membentuk “bangsa”. Tahapan termutakhir
dari proses tersebut adalah lahirnya “negara-bangsa” sebagaimana kita temui
saat ini.( Sidi Gazalba, 1976:11).
C. Hubungan Pendidikan dan Masyarakat
Setiap masyarakat berupaya
meneruskankebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak
masing-masing pereode jaman kepada generasi muda melalui pendidikan, secara
khusus melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan
sebagai proses sosialisasi.Dalam pengertian tersebut, pendidikan sudah dimulai
semenjakseorang individu pertama kali berinteraksi dengan lingkunganeksternal
di luar dirinya, yakni keluarga.
Berikut secara rinci Hubungan Mayarakat dengan
pendidikan.
1.
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan
kelakuan anak didik.Kelakuan manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat
sosial, yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir segala
sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain
dirumah, sekolah, tempat permainan, pekerjaan, dan sebagainya. Bahan pelajaran
atau isi pendidikan ditentukan oleh kelompok atau masyarakat seseorang.
2.
Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan,
sikap, kepercayaan, ketrampilan dan apek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi
muda.Masyarakat menjamin kelangsungan hidupnya melalui pendidikan. Agar
masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya
harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk kelakuan lainnya
yang diharapkan akan dimiliki setiap anggota. Tiap masyarakat meneruskan
kebudayaanya dengan beberapa perubahan kepada generasi muda melalui pendidikan,
melalui interaksi sosial.
3.
Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar
pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan masyarakat.Melalui
pendidikan terbentuklah kepribadian seseorang. Boleh dikatakan hampir seluruh
kelakuan individu bertalian dengan atau dipengaruhi oleh orang lain.
(Nasution,
1995:10).
Dilihat dari segi tempat
berlangsungnya kegiatan, pendidikan dapat terjadi dalam seluruh lingkungan
kehidupan manusia. Proses pendidikan tidak hanya terjadi pada lingkungan
keluarga dan lingkungan sekolah saja tetapi berlangsung pula pada situasi
kehidupan yang lebih luas yaitu pada lingkungan masyarakat yang sering disebut
juga sebagai pendidikan non formal. Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peristiwa pendidikan yang berlangsung
pada lingkungan masyarakat tergolong pada pendidikan non formal.
Telah banyak
pakar dan praktisi pendidikan memberikan definisi tentang konsep pendidikan non
formal. Combes dalam Djudju S Sudjana (1989 : 29) mengemukakan pengertian
formal dengan setiap kegiatan yang terorganisir dan sistematis di luar sistem
persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting
dari kegiatan yang lebih luas yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta
didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya(
Lilis Nurteti, 2010:102).
D.
Fungsi
Masyarakat dalam pendidikan
Setiap bangsa dan setiap individu
pada umumnya menginginkan pendidikan. Bahkan mereka menginginkan pendidikannya
sepanjang hayat. Awalnya banyak tugas pendidikan yang dipegang oleh keluarha.
Akan tetapi lambat laun makin banyak dialihkan ke sekolah seperti persiapan
untuk mencari nafkah, kesehatan, agama dan lainnya. Namun pendidikan formal
saja tak dapat diharapkan menanggung transmisi keseluruhan kebudayaan bangsa.
Masyarakat masih akan tetap memegang fungsi yang penting dalam pendidikan
transmisi kebudayaan.
Secara singkat pendidikan merupakan
produk dari masyarakat,karena apabila kita sadari arti pendidikan sebagai
prosestransmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan danaspek-aspek
kelakuan lainnya kepada generasi muda maka seluruhupaya tersebut sudah
dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-kekuatanmasyarakat. Hampir segala sesuatu
yang kita pelajarimerupakan hasil hubungan kita dengan orang lain baik di
rumah,sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya.
Masyarakat dan pendidikan merupakan
dua komponen yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, masyarakat
membutuhkan pendidikan begitu pula sebaliknya, tanpa masyarakat pendidikan
tidak akan berjalan dengan baik karena di dalam pendidikan terdapat unsur
masyarakat seperti guru, peserta didik dan lain-nya, begitu pula sebaliknya
tanpa ada pendidikan masyarakat akan menjadi bodoh dan tidak mempunyai ilmu
pengetahuan.
Selain itu masyarakat juga dipandang
sebagai “laboratorium dimana anak belajar, menyelidiki dan turut serta dalam
usaha-usaha masyarakat yang mengandung unsur masyarakat” (Abu
Ahmadi, 2004:133).
Dan selain melalui interaksi sosial
pendidikan berfungsi sebagai “penerus budaya dari generasi selanjutnya secara
dinamis sesuai situasi dan kondisi serta kebutuhan masyarakat”. Yang sehingga
sangat mustahil bila kedua unsur ini yakni pendidikan dan masyarakat dipisah
dan tidak berkaitan dan apabila kedua hal tersebut tidak menyatu maka akan
menghasilkan hasil didikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
lingkungan.
Bagi masyarakat sendiri, hakikat
pendidikan sangat bermanfaatbagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya.
Agarmasyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya
harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilandan bentuk tata perilaku
lainnya yang diharapkan akandimiliki oleh setiap anggota.
Pendidikan bertalian dengan trasmisi
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya
kepada generasi muda. Kelakuan manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya
bersifat sosial, yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya.
Hampir semua yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain
di rumah, di sekolah, di tempat bermain, di pekerjaan dan sebagainya.
Dalam pengertian ini pendidikan
dimulai dengan interaksi pertama individu itu dengan anggota masyarakat
lainnya. Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus
menguasai sejumlah kekuatan yang dibutuhkan pada saatnya tanpa adanya guru
tertentu yang bertanggung jawab atas kelakuannya.
Pendidikan norma-norma, sikap
adat-istiadat, keterampilan sosial dan lain-lain banyak diperoleh dalam
keluarga da masyarakat masing-masing. Proses ini diperoleh anak terutama berkat
pengalamannya dalam pergaulan dengan anggota keluarga, teman-teman sepermainan
dan kelompok primer lainnya, bukan sekolah Bahasa, kebiasaan makan, dan
kepribadian fundamental sebagian besar diperoleh melalui pendidikan tak formal..
Santoso S Hamidjojo
(1982 : 18) mengemukakan bahwa pendidikan masyarakat atau pendidikan non formal
bertujuan untuk membantu masalah keterlantaran pendidikan, baik bagi
mereka yang belum pernah bersekolah maupun yang gagal (drop out) serta memberikan
bekal sikap, keterampilan dan pengetahuan praktis yang relevan dengan kebutuhan
hidup .(Lilis Nurteti, 2010:103-104)
Dalam kerangka sistem pendidikan
nasional, pendidikan non formal merupakan salah satu jalur yang bersama-sama
dengan jalur pendidikan lainnya, mempunyai tujuan yang senantiasa mengarah pada
tujuan pendidikan nasional. Sebagai salah satu jalur dalam sistem pendidikan
nasional, pendidikan non formal mempunyai tujuan seperti ditegaskan dalam
peraturan pemerintah nomor 73 tahun 1991 sebagai berikut:
1. Melayani warga
belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang
hayatnya, guna meningkatkan martabat dan kehidupannya.
2. Membina warga
belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang
diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan
pendidikan ke tingkat atau jenjang yang lebih tinggi.
3. Memenuhi
kebutuhan belajar masyarakat yang dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan
sekolah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan berfungsi
untuk menyampaikan, meneruskan atau menstransmisi kebudayaan, diantaranya
nilai-nilai nenek moyang, kepada generasi muda.Masyarakat berfungsi sebagai penerus
budaya dari generasi ke generasi selanjutnya secara dinamis sesuai
situasi dan kondisi serta kebutuhan masyarakat, melalui pendidikan dan
interaksi sosial.
Berikut peran masyarakat dalam
pendidikan :
1.
Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan
berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya, guna meningkatkan martabat
dan kehidupannya.
2. Membina
warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental
yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau
melanjutkan pendidikan ke tingkat atau jenjang yang lebih tinggi.
3. Memnuhi
kebutuhan belajar masyarakat yang dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan
sekolah.
Bagi masyarakat sendiri, hakikat
pendidikan sangat bermanfaatbagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya.
Agarmasyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya
harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilandan bentuk tata perilaku
lainnya yang diharapkan akandimiliki oleh setiap anggota.
DAFTAR
PUSTAKA
Abu
Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Ari
H Gunawan, Sosiologi Pendidika, Jakarta : Rineka Cipta, 2010.
http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat,
diakses pada 22 April 2015.
Nasution, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Nurteti,
Lilis, M.Pd, Pedagogik Pengantar
Analisi, Ciamis: IAID, 2010.
S.
Nasution, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Sidi
Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar
Sosiologi & Sosiografi,
Jakarta:
Bulan Bintang, 1976..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar