Senin, 22 Mei 2017

Makalah Konsep dan Regulasi diri



KONSEP DIRI DAN REGULASI DIRI
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu Bapak Drs. Sarjono, M.SI
Disusun Oleh :
1.     Ratriana Sukma Wahyudi      12410001
2.     Amalia Suci Cahyani             12410098
3.     Miss. Yarodah Pathan           12410178
4.     Muhammad Saikhul Anwar   12410224
5.     Riza Al Farid                         12410059
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013/2014

KATA PENGANTAR
Puji  syukur  bagi  Allah  yang  senantiasa  mencurahkan  rahmat serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Sosiologi Pendidikan yang berjudul Konsep Diri dan Regulasi Diri.” Tidak lupa sholawat serta salam  semoga  tetap tercurah kepada nabi kita Nabi Muhammad SAW yang kita tunggu syafaatnya di yaumul kiyamah.
Makalah  ini kami susun untuk  melengkapi  tugas mata kuliah Al Qur’an dan Pembelajarannya pada jurusan  Pendidikan  Agama  Islam. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang  telah  membantu terselesaikannya makalah ini terutama pada dosen pengampu Bapak Drs. Sarjono, M.SI  yang selalu memberi bimbingan pada kita semua.
Kami sadar dalam penyusunan  makalah ini masih  jauh  dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Oleh  karena  itu , saran  dan  kritik  yang  membangun dari pembaca pada umumnya sangatlah kami nantikan guna menyempurnakan makalah ini. Besar harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.


                                                                                                Penyusun,



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A.    Latar Belakang........................................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C.     Tujuan Penulisan Makalah....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 2
A.    Pengertian Konsep Diri........................................................................................... 2
B.     Pembagian Konsep Diri........................................................................................... 3
C.     Langkah Memahami Konsep Diri Kita.................................................................... 5
D.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri................................................... 6
E.     Pengertian Regulasi Diri.......................................................................................... 8
F.      Faktor Yang Mempengaruhi Regulasi Diri.............................................................. 10
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 13
A.    Kesimpulan.............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 14


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Konsep diri dan regulasi diri merupakan salah satu aspek dalam Psikologi Perkembangan. Konsep diri ini merupakan pandangan atau anggapan seseorang terhadap dirinya sendiri. Kepahaman seseorang tentang konsep dirinya, hanya dapat dilakukan oleh dirinya sendiri. Yang diharapkan, konsep diri yyang menurutnya ada di dalam dirinya bukan konsep yang negatif. Jika seseorang memandang dirinya sendiri dengan negatif, maka akan mempengaruhi dalam perkembangannya ke depan.
            Lain dengan konsep diri, regulasi diri lebih kepada pemikiran yakni mengontrol  perilakunya berdasarkan fikiran sehingga dia sendiri dapat bereaksi terhadap lingkungannya.
            Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai konsep diri dan regulasi diri beserta penjelasannya sehingga kita bisa mengambil sebuah pelajaran untuk diaplikasikan dalam hidup.
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.      Apa pengertian konsep diri?
2.      Apa saja pembagian dalam konsep diri?
3.      Apa saja perbuatan yang dapat kita lakukan untuk memahami konsep diri kita?
4.      Apa saja faktor yang mempengaruhi konsep diri?
5.      Apa pengertian dari regulasi diri?
6.      Apa saja faktor yang mempengaruhi regulasi diri?

C.    Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1.      Menjelaskan tentang pengertian konsep diri.
2.      Menyebutkan dan menjelaskan pembagian dalam konsep diri.
3.      Menjelaskan apa saja yang dapat kita lakukan untuk memahamin konsep diri kita.
4.      Menyebutkan dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi konsep diri.
5.      Menjelaskan pengertian regulasi diri
6.      Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Konsep Diri
Diri adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan psikisnya sendiri, melainkan juga tentang anak, istri/suami, rumah, pekerjaan, nenek moyang, teman-teman, milik, uang dan lain lain, kalau semuanya bagus, ia merasa senang dan bangga, akan tetapi kalau ada yang kurang baik, rusak, hilang, dan lain-lain, ia akan merasa putus asa dan kecewa.[1]
Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran sosial.
Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak dalam persepsi kita mengenai diri kita sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fisik (laki-laiki, perempuan, tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dsb) atau dapat juga mengacu pada kemampuan tertentu (pandai, pendiam, cakap, dungu, terpelajar, dsb.) konsep diri sangat erat kaitannya dengan pengetahuan. Apabila pengetahuan seseorang itu baik/tinggi maka, konsep diri seseorang itu baik pula. Sebaliknya apabila pengetahuan seseorang itu rendah maka, konsep diri seseorang itu tidak baik pula.
Karakteristik sosial adalah sifat-sifat yang kita tampilkan dalam hubungan kita dengan orang lain (ramah atau ketus, banyak bicara atau pendiam, penuh perhatian atau tidak pedulian, dsb). Hal hal ini memengaruhi peran sosial kita, yaitu segala sesuatu yang mencakup hubungan dengan orang lain dan dalam masyarakat tertentu.
Ketika peran sosial merupakan bagian dari konsep diri, maka kita mendefinisikan hubungan sosial kita dengan orang lain, seperti: ayah, istri, atau guru. Peran sosial ini juga dapat terkait dengan budaya, etnik, atau agama. Meskipun pembahasan kita mengenai 'diri' sejauh ini mengacu pada diri sebagai identitas tunggal, namun sebenarnya masing-masing dari kita memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (mutiple selves).[2]
Hurlock(1990) mengemukakan bahwa konsep diri dapat dibagi menjadi dua, yaitu (a) konsep diri sebenarnya, merupakan konsep seseorang tentang dirinya yang sebagian besar ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain, serta persepsinya tentang penilaian orang lain tentang dirinya. (b) konsep diri ideal, merupakan gambaran seseorang mengenai keterampilan dan kepribadian yang didambakannya.
Setiap macam konsep diri mempunyai aspek fisik dan psikologis. Aspek fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya, kesesuaiannya dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungannya dengan perilakunya, dan gengsi yang diberikan tubuhnya di mata orang lain. Aspek psikologis terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan ketidakmampuannya, harga dirinya, dan hubungannya dengan orang lain.[3]
B.     Pembagian Konsep Diri
Konsep diri terbagi atas konsep diri yang negatif dan konsep diri positif (R.B. Burns, 1993). Karekteristik mengenai konsep diri yang negatif secara umum tercermin dari keadaan diri sebagai berikut: [4]
1.        Individu sangat peka dan mempunyai kecenderungan sulit menerima kritik dari orang lain. Kritik dipandang sebagai pengabsahan lebih lanjut kepada inferioritasmereka.
2.        Individu yang mengalami kesulitan dalam berbicara dengan orang lain. Sikap yang hiperkritis dipergunakan untuk pertahankan citra diri yang goyah, dan mengarahkan kembali perhatian  kepada kekurangan dari orang lain daripada kekurangan dirinya sendiri.
3.        Individu yang sulit mengakui bahwa ia salah. Terdapat kompleks penyiksaan di mana kegagalan ditempatkan dapat rencana tersembunyi dari orang lain dan kesalahan ditunjukan kepada  orang lain. Dengan kata lain, kelemahan pribadi dan kegagalan diri tidak mau diakui sebagai bagian dari dirinya sendiri.
4.        Individu yang kurang maupun mengungkapkan perasaan dengan cara yang wajar. Sering terdapat respons yang berlebihan terhadap sanjungan. Setiap pujian adalah lebih baik daripada tidak ada sama sekali, dan untuk meningkatkan rasa aman maka individu akan berupaya keras untuk mendapatkan pujian tersebut.
5.        Individu dengan konsep diri negatif berkecenderuangan untuk menujukkan sikap mengasingkan diri, malu-malu dan tidak ada minat pada persaingan. Sikap menarik diri dan menolak untuk berpartisipasi ini merupakan suatu upaya untuk mencegah inferioritas terpublikasikan cara terbuka sehingga mengkonfirmasikan apa yang diyakin oleh orang lain mengenai dirinya.
Dengan kata lain ehspresi sikap-sikap negatif terhadap orang lain sebagaimana terurai sebelumnya merupakan gambaran dari individu yang memiliki konsep diri yang negatif.
Sikap negatif ini merupakan dasar bagi tidak adanya perhatian dan kasih sayang terhadap orang lain di luar dirinya sendiri. Individu yang memiliki konsep diri negatif hanya memerhatikan dirinya sendiri sepanjang waktu, tidak pernah merasa puas, selalu takut kehilangan sesuatu, takut tidak diakui, diri kepada mereka yang mempunyai kelebihan. Keadaan ini berakar pada tiadanya kesenangan pada diri sendiri. Diri, yang tidak senang dengan dirinya sendiri, selalu berada di dalam situasikecemasan. Dia tidak mempunyai rasa aman di dalam dirinya. Dia seladu memerhatikan diri sendiri,rakus untuk mendapatkan segalanya karena dia tidak memiliki rasa aman dan puas.
Individu yang memiliki konsep diri negatif cenderung tidak dapat mengarahkan kasih sayangnya kepada orang lain karena pada permukaannya mereka tampaknya banyak sekali mencurahkan waktunya untuk mencintai diri mereka sendiri, tetapi mereka sesungguhnya tidak menyenangi diri mereka, dan memiliki sikap narsisme dan egois sebagai kompensasi diri yang berlebihan.
Sementara konsep diri positif tercermin pada(1) orang yang ‘terbuka’, (2) orang yang tidak mengalami hambatan untuk berbicara dengan oarng lain, bahkan dalam situasi yang masih asing sekalipun, (3) orang yang cepat tanggapan terhadap situasi sekelilingnya.
Individu yang memiliki konsep diri positif, cenderung menyenangi dan menghargai diri mereka sendiri, sebagaimana sikap mereka terhadap orang lain. Penerimaan diri sebagai seseorang yang sama berharganya dengan orang lain meskipun terdapat perbedaan-perbedaan dalam bakat dan sifat yang spesifik.
Individu dengan konsep diri positif ini juga memiliki rasa aman dan percaya diri yang tinggi, maupun lebih ‘menerima dan memberi’ pada orang lain, memiliki sentifitas terhadap kebutuhan orang lain, memiliki keyakinan dan kepercayaan diri untuk menanggulangi masalah bahkan dihadapkan dengan kegagalan sekalipun sanggup dihadapi dengan jiwa besar.
Individu dengan konsep diri positif juga dapat menerima dirinya sendiri dan memandang dunia ini sebagai sebuah tempat yang menyenangkan di bandingkan orang yang menolak dirinya. Mereka memiliki kemampuan untuk memodifikasi nilai dan prinsipyang sebelumnya dipegang teguh dengan pengalaman yang baru. Dan juga tidak mempunyai kekhawatiran terhadap masa lalu dan masa yang akan datang.
C.    Hal yang Dapat Dilakukan Untuk Memahami Konsep Diri Kita
Memahami konsep diri sangatlah penting, karena dengan memahaman konsep diri yang benar seseorang akan dapat lebih mengetahui dirinya sendiri dan belajar untuk lebih menerima dirinya. Hal ini juga akan membuat individu tidak akan mudah kehilangan arah perjalanan hidup, tidak mudah terpengaruh, dan apabila terpaksa melakukan suatu perubahan tidak akan  membuat dirinya menjadi ‘shock’ karena perubahan yang terjadi.
Berikut ini adalah beberapa latihan individual yang dapat membantu seseorang lebih memahani konsep dirinya :[5]
1.        Siapa saya ini ?
     Berikalah sekurang-kurangnya selusing jawaban yang terpisah pada pertanyaan siapakah saya ini?. Masing-masing jawaban sehelain keretas yang terpisah. Definisi diri ini harus termasuk didalamnya wilayah perang, profesi, perasaan, citra, hubungan social dan sebagainya. Berikan angka kepada masing-masing jawaban dari 1 keatas sesuai dengan nilain pentingnya. Kemudian, semua keatas jawaban dikumpulkan secara terbalik dan diambil secara acak untuk berkonsentrasi mendiskusikan jawaban tersebut. Tanyakan dirisendiri apakah jawaban itu berenti atau tidak bagi diripribadi. Ulanggi prosedur in terhadap masing-masing jawaban secara bergiliran. Hal ini memungkinkan diri lebih sadar terhadap aspek lain dari diri sendiri.
2.        Mengalami
     Latihan ini memudahkan keberadaan individu untuk lebih menyadari apa yang dirasakan oleh dirinya sendiri dengan semua keinginan pripadi. Fokuskan selurus perhatian pada pengalaman pribadi yang baru saja dialami, rasakanlah pengalaman sensasi dan emosi yang terjadi. Lakukan latihan ini hanya beberapa menit saja pada saat permulaan dan perpanjanglah untuk waktu selanjutnya. Jiga latihan ini dilakukan secara total konsentrasi, maka individu akan dapat merasakan perasaan diri yang sebenarnya lebih dari perasaan diri yang diyakini seharusnya dialami.
3.        Konsep diri
     Buatlah sketsa-sketas singkat megenai diri, dan ideal diri. Perbandingkanlah sketsa-sketsa tersebut. Apa sajakah yang diperlukan untuk menyelaraskan dari hasil perbandingan yang dilakukan? Apakah ada acara yang memungkinkan untuk upaya penyelarasan ini?
4.        Relaksasi
     Tujuan latihan ini adalah untuk memperbaiki kesadaran tertang diri sebagai sebuah oganisme. Rebahlah dirancang, dan bersingkap rileks sebisa mungkin dengan bernapas dalam secara perlahan dengan menutuk kedua mata. Fokus kanlah perhatian diri pada bagian-bagian tubuh secara pergiliran, misalnya: kaki kiri, kaki kanan, tangan, dada dan lainnya kemudian cobalah kosongkan pikiran dari segalahan, dan rasakan sensasi yang ada dalam masing-masing bagian tubuh tersebut.

D.    Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
            Adapun faktor-faktor yang memengaruhi konsep diri, antara lain adalah sebagai berikut:
a)        Orang lain
     Seseorang mengena tertang dirinya dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Konsep diri seorang individu terbentuk dari bagaimana penilaian orang lain mengenai dirinya.
Tidak semua orang berpengarung dapa diri seseorang. Yang paling berpengarung adalah orang-orang yang disebut significant others,yakni orang-orang yang sangat penting bagi diri seseorang. Ketika kecil, significant others adalah orang tua dan saudara. Dari merekalah seseorang menbentuk konsep dirinya. Seorang individu akan menilai dirinya positif ketika bersangutan mendapatkan senyuman, penhargaan, perlukan ataupun pujian. Sebaliknya seorang akan menilai dirinya negative jika memperoleh kecaman, cemoohan taupun makian. Dalam perkembangannya, significant others meliputi semua orang yang memenganruhi perilaku, pikiran, dan perasaan seseorang.
Jika individu telah dewasaan, maka yang bersangkutan akan mencoba untuk mengipun menilaian semuan orang yang pernah berhubuangan dengannya. Konsep ini disebut dengan generalized ophers, yaitu pandangan seseorang mengenai dirinya berdasarkan keseluruhan pandangan orang lain terhadap dirinya. Misalnya, dari berbagai infomasi yang diterimanya dari orang lain, ratna mengetahui bahwa ia dinilai sebagai anak yang cantik karena itu ratna punjuga mempunyai pikiran bahwa ia cantik.

b)       Kelompok acuan(referencegroup)
     Dalam kehidupannya, setiap orang sebagai anggota masyarakat menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok memiliki norma-norma sendiri. Diantara kelompok tersebut, ada yang disebut kelompok acuan, yang menbuat individu mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu. Kelompok inilah yang mengaruhi konsep diri seseorang. Misalnya, tono adalah anggota berbagai kelompok: pangajian, sepeda santai, fitness, dosen, persatuan insinyur indinesia, pecinta burung perkutur. Bagi tono, kelompok yang paling menjadi adalah kelompok dosen. Kerananya tono akan menjadi kan norma kelompok dosen sebagai norma yang dianutnya tono akan bersikap sebagai seorang dosen, berpenampilan sebagai dosen, bertutur kata sebagai layaknya seorang dosen, dan sebagainya.
E.     Pengertian Regulasi Diri
            Regulasi diri (self regulation) adalah kemampuan dalam mengontrol, mengatur, merencanakan, mengarahkan, dan memonitor perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan strategi tertentu dan melibatkan unsur fisik, kognitif, motivasi, emosional, dan sosial.[6]
            Salah satu proses kepribadian utama dalam teori kognitif social adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan, yang biasanya dilaksanakan melalui pembelajaran observasional.  Proses kedua berkaitan dengan meletakkan pengetahuan tersebut kedalam tindakan. Dengan kata lain, hal tersebut mencakup pertanyaan akan motivasi manusia.
            Teori social-kognitif pada dasarnya menyasar motivasi manusia dengan menguji pengaruh motivasional dari pikiran terhadap diri sendiri, atau pemikiran rujuk diri. Ide umumnya adalah orang memandu dan memotivasi tindakan mereka sendiri melalui proses berpikir. Proses berpikir kunci seringkali mencakup diri. Dalam pengertian umum proses kepribadian yang mencakup motivasi self-directed dari perilaku adalah regulasi diri. Istilah tersebut bermakna bahwa individu memiliki kapasitas untuk memotivasi diri mereka sendiri: untuk menetapkan tujuan personal, untuk merencanakan strategi; untuk mengevaluasi dan memodifikasi perilaku yang sedang berlangsung. Regulasi diri tidak hanya mencakup kegiatan memulai mencapai tujuan, tapi juga mengindari gangguan dan impuls emosional yang dapat mengganggu perkembangan seseorang.[7]
            Proses Regulasi diri secara inheren mengandung semua struktur kepribadian social kognitif yang telah kita bahas sampai sejauh ini. Orang-orang meregulasi perilaku mereka dengan menetapkan tujuan personal dan dengan mengevaluasi perilaku mereka sekarang menurut standar evaluasi performa. Ekspektansi juga merupakan hal penting; ekdpektansi tinggi
terhadap kecakapan diri mungkin dibutuhkan apabila orang tersebut ingin memperjuangkan tujuannya ketimbang mundur.[8]
            Dalam studi regulasi dirinya, teori social kognitif menekankan kemampuan manusia untuk meramal-kemampuan kita untuk mengantisipasi hasil dan membuat rencana berkaitan dengan hal tersebut (Bandura, 1990). Dengan demikian, merujuk Bandura, sebagian besar motivasi manusia dihasilkan secara kognitif (1992, hlm.18 ). Orang-orang berbeda dengan standar yang mereka tetapkan kepada diri mereka sendiri. Sebagian individu menetapkan tujuan yang menantang, yang lain tujuan yang mudah; sebagian orang lain memiliki tujuan yang amat spesifik, sebagian yang lain samar; sebagian orang lain menekankan tujuan jangka pendek, proksimal, sedangkan  yang lain menekankan tujuan jangka panjang, distal (Cervone & William, 1992 ). Walaupun demikian dalam semua kasus, antisipasi terhadap kapuasan dari pencapaian yang diharapkan dan ketidakpuasan dari pencapaian yang tidak memuaskan yang memberikan dorongan kepada upaya kita.  Dalam analisis ini, orang dipandang secara proaktif ketimbang reaktif.  Orang yang menentukan standard dan tujuan mereka sendiri, bukan hanya merespons tuntutan dari lingkungan. Melalui perkembangan mekanisme kognitif seperti ekspekstansi standar, dan evaluasi diri, kita dapat menetapkan tujuan bagi masa depan dan mendapatkan control terhadap nasib kita sendiri. ( Bandura, 1980a, b, 1999 ).[9]
Bandura menawarkan tiga tahapan dalam proses regulasi diri :
1.        pengamatan diri, kita melihat diri dan perilaku kita sendiri, serta terus mengawasinya.
2.        Penilaian, membandingkan apa yang kita lihat pada diri dan perilaku kita dengan standart ukuran.
3.        Respons diri, terjadi setelah ,membandingkan diri dengan standar ukuran tertentu, dan memberikan imbalan respon diri pada diri sendiri.
Konsep paling penting dalam psikologi yang dapat dipahami dari sudut pandang regulasi diri adalah konsep diri atau lebih terkenal dengan kondes harga diri. Kalau kita selama ini merasa hidup kita telah sesuai dengan standart yang telah ditentukan dan telah memperoleh penghargaan dan imbalan, itu berarti anda telah memiliki konsep diri. Sebaliknya, kalau selama ini kita gagal memenuhi standart diri dan terus menerus mengganjar diri, itu berarti kita memiliki konsep diri yang lemah. Kemampuan siswa untuk menggunakan strategi meregulasi diri dalam belajar bisa bertindak sebagai alat belajar untuk mengurangi efek yang merugikan bagi siswa yang kurang mempunyai motivasi dalam kinerja akademik mereka. Di samping itu efek yang penting berkaitan dengan penggunaan regulasi diri pada kinerja akademik, secara relatif tidak banyak diketahui hubungan antara meregulasi diri dalam belajar dengan prestasi dan motivasi akademik. Terdapat 5 aspek dari regulasi diri yaitu:
1.        Menentukan sendiri tujuan dan standar Sebagai manusia, seseorang menentukan standar perilaku diri sendiri, kita juga menentukan tujuan yang berharga yang menjadi tujuan utama perilaku kita. Dapat memenuhi standar diri kita dan mencapai tujuan akan menjadi kepuasan diri sendiri dan mendorong kita mencapai hal yang lebih baik.
2.        Instruksi diri Bagaimana seseorang menanyakan atau menginstruksikan pada diri sendiri tentang suatu hal dalam situasi tertentu. Ada 5 tahapan mengajarkan anak agar dapat member instruksi diri:
a)        Kognitif modeling Guru member instruksi sambil mempraktekkannya
b)        Eksternal guidance Guru mengulang instruksi, dan murid yang mempraktekkan c. Overt self guidance Murid mengulang instruksi dan melakukannya
c)        Faded overt self guidance Membisikkan instruksi sementara melakukan aktifitasnya
d)       Covert self instruction Berpikir sendiri mengenai instruksi sementara melaksanakan aktifitas.
3.      Self Monitoring Mengobservasi dan mengawasi diri sendiri dalam bertindak.
4.      Self Evaluation Menilai perilaku sendiri. Kemampuan untuk mengevaluasi diri sendiri dengan tingkat objektifitas dan ketepatan yang baik menjadi penting untuk kesuksesan seseorang dalam jangka panjang.
5.      Self Imposed Contingencies Memberikan penguatan kepada diri sendiri ketika telah berhasil mencapai tujuan yang diharapkan, dan mereka juga menghukum diri sendiri dengan perasaan bersalah atau malu jika tidak berhasil mencapai tujuan. [10]
F.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Diri
          Terdapat dua faktor yang mempengaruhi regulasi diri (self regulation) yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Bandura (dalam Alwisol, 2007) mengatakan bahwa, tingkah laku manusia dalam self regulation adalah hasil pengaruh resiprokal faktoreksternal dan internal. Faktor eksternal dan faktor internal akan dijelaskan sebagai berikut.
a.       Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri
Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara:
1.      Standar           
            Faktor eksternal memberikan standar untuk mengevaluasi tingkah laku kita sendiri. Standar itu tidaklah semata-mata berasal dari daya-daya internal saja namun juga berasal dari faktor-faktor lingkungan, yang berinteraksi dengan factor pribadi juga turut membentuk standar pengevaluasian individu tersebut. Anak belajar melalui orang tua dan gurunya baik-buruk, tingkah laku yang dikehendaki dan yang tidak dikehendaki. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas, anak kemudian mengembangkan standar yang dapat ia gunakan dalam menilai prestasi diri.
2.      Penguatan (reinforcement)
            Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement). Hadiah intrinsik tidak selalu memberikan kepuasan, manusia membutuhkan intensif yang berasal dari lingkungan eksternal. Standar tingkah laku biasanya bekerja sama; ketika orang dapat mencapai standar tinkah laku tertentu, perlu penguatan agar tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi.
b.      Faktor Internal dalam Regulasi Diri
Faktor eksternal berinteraksi dengan faktor internal dalam pengaturan diri sendiri. Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal:
1.      Observasi diri (self observation):
            Dilakukan berdasarkan faktor kualitas penampilan, kuantitas penampilan, orisinalitas tingkah laku diri, dan seterusnya. Observasi diri terhadap performa yang sudah dilakukan. Manusia sanggup memonitor penampilannya meskipun tidak lengkap atau akurat. Kita memilih dengan selektif sejumlah aspek perilaku dan mengabaikan aspek lainnya yang dipertahankan biasanya sesuai dengan konsep diri.
2.      Proses penilaian (judgmental process):
            Proses penilaian bergantung pada empat hal: standar pribadi, performa-performa acuan, nilai aktivitas, dan penyempurnaan performa. Standar pribadi bersumber dari pengamatan model yaitu orang tua atau guru, dan menginterpretasi balikan/penguatan dari performasi diri. Setiap performasi yang mendapatkan penguatan akan mengalami proses kognitif ,menyusun ukuran-ukuran/norma yang sifatnya sangat pribadi, karena ukuran itu tidak selaku sinkron dengan kenyataan. Standar pribadi adalah proses evaluasi yang terbatas. Sebagian besar aktivitas harus dinilai dengan membandingkan dengan ukuran eksternal, bisa berupa norma standar perbandingan sosial, perbandingan dengan orang lain, atau perbandingan kolektif. Dari kebanyakkan aktivitas, kita mengevaluasi performa dengan membandingkannya kepada standar acuan.
            Di samping standar pribadi dan standar acuan, proses penilaian juga bergantung pada keseluruhan nilai yang kita dapatkan dalam sebuah aktivitas. Akhirnya, regulasi diri juga bergantung pada cara kita mencari penyebab-penyebab tingkah laku demi menyempurnakan performa.
3.        Reaksi diri (self response):
            Manusia merespon positif atau negatif perilaku mereka tergantung kepada bagaimana perilaku ini diukur dan apa standar pribadinya. Bandura meyakini bahwa manusia menggunakan strategi reaktif dan proaktif untuk mengatur dirinya. Maksudnya, manusia berupaya secara reaktif untuk mereduksi pertentangan antara pencapaian dan tujuan, dan setelah berhasil menghilangkannya, mereka secara proaktif menetapkan tujuan baru yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri seseorang ada dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari standar dan penguatan (reinforcement), sedangkan faktor internal terdiri dari observasi diri (self observation), proses penilaian (judgmental process), dan reaksi diri (self response).[11]



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran sosial. Konsep diri  dibagi menjadi dua yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif. Hal yang dapat dilakukan untuk memahami konsep diri kita adalah beri jawaban yang terpisah dari pertanyaan siapa saya ini. Selalin itu kita dapat memahami konsep diri kita dengan mengalami, konsep diri dan relaksasi. Faktor yang mempengaruhi konsep diri antara lain kelompok acuan dan orang lain.
Dari konsep diri beralih ke regulasi diri. Regulasi diri (self regulation) adalah kemampuan dalam mengontrol, mengatur, merencanakan, mengarahkan, dan memonitor perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan strategi tertentu dan melibatkan unsur fisik, kognitif, motivasi, emosional, dan sosial. Faktor yang mempengaruhi regulasi diri adalah faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara yaitu standar dan penguatan. Sedangkan faktor internal mempengaruhi dalam bentuk observasi diri, proses penilaian dan reaksi diri.



DAFTAR PUSTAKA
http://hestypsi.blogspot.com/2012/07/regulasi-diri.html, Diakses pada hari Jum’at, 6           September 2013 pukul 07.20
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_intrapersonal
http://www.nyenyon.com/2013/02/regulasi-diri.html, Diakses pada hari Jum’at, 6 september          2013 pukul 07.20
Hutagalung, Inge, Pengembangan Kepribadian :Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Positif, Jakarta : PT. Indeks, 2007
Pervin, Lawrence A. dkk, Psikologi Kepribadian, Jakarta : Kencana, 2010














KONSEP DIRI DAN REGULASI DIRI
PEMBAHASAN
Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran sosial.
Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak dalam persepsi kita mengenai diri kita sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fisik (laki-laiki, perempuan, tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dsb) atau dapat juga mengacu pada kemampuan tertentu (pandai, pendiam, cakap, dungu, terpelajar, dsb.) konsep diri sangat erat kaitannya dengan pengetahuan. Apabila pengetahuan seseorang itu baik/tinggi maka, konsep diri seseorang itu baik pula. Sebaliknya apabila pengetahuan seseorang itu rendah maka, konsep diri seseorang itu tidak baik pula.
Karakteristik sosial adalah sifat-sifat yang kita tampilkan dalam hubungan kita dengan orang lain (ramah atau ketus, banyak bicara atau pendiam, penuh perhatian atau tidak pedulian, dsb). Hal hal ini memengaruhi peran sosial kita, yaitu segala sesuatu yang mencakup hubungan dengan orang lain dan dalam masyarakat tertentu.
Ketika peran sosial merupakan bagian dari konsep diri, maka kita mendefinisikan hubungan sosial kita dengan orang lain, seperti: ayah, istri, atau guru. Peran sosial ini juga dapat terkait dengan budaya, etnik, atau agama. Meskipun pembahasan kita mengenai 'diri' sejauh ini mengacu pada diri sebagai identitas tunggal, namun sebenarnya masing-masing dari kita memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (mutiple selves).[12]
Hurlock(1990) mengemukakan bahwa konsep diri dapat dibagi menjadi dua, yaitu (a) konsep diri sebenarnya, (b) konsep diri ideal
Setiap macam konsep diri mempunyai aspek fisik dan psikologis. Aspek fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya, kesesuaiannya dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungannya dengan perilakunya, dan gengsi yang diberikan tubuhnya di mata orang lain. Aspek psikologis terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan ketidakmampuannya, harga dirinya, dan hubungannya dengan orang lain.[13]
Pembagian Konsep Diri
Konsep diri terbagi atas konsep diri yang negatif dan konsep diri positif (R.B. Burns, 1993). Karekteristik mengenai konsep diri yang negatif secara umum tercermin dari keadaan diri sebagai berikut: [14]
6.        Individu sangat peka dan mempunyai kecenderungan sulit menerima kritik dari orang lain.
7.        Individu yang mengalami kesulitan dalam berbicara dengan orang lain.
8.        Individu yang sulit mengakui bahwa ia salah. Terdapat kompleks penyiksaan di mana kegagalan ditempatkan dapat rencana tersembunyi dari orang lain dan kesalahan ditunjukan kepada  orang lain. Dengan kata lain, kelemahan pribadi dan kegagalan diri tidak mau diakui sebagai bagian dari dirinya sendiri.
9.        Individu yang kurang maupun mengungkapkan perasaan dengan cara yang wajar.
10.    Individu dengan konsep diri negatif berkecenderuangan untuk menujukkan sikap mengasingkan diri, malu-malu dan tidak ada minat pada persaingan

Dengan kata lain ehspresi sikap-sikap negatif terhadap orang lain sebagaimana terurai sebelumnya merupakan gambaran dari individu yang memiliki konsep diri yang negatif.
Sikap negatif ini merupakan dasar bagi tidak adanya perhatian dan kasih sayang terhadap orang lain di luar dirinya sendiri. Individu yang memiliki konsep diri negatif hanya memerhatikan dirinya sendiri sepanjang waktu, tidak pernah merasa puas, selalu takut kehilangan sesuatu, takut tidak diakui, diri kepada mereka yang mempunyai kelebihan. Keadaan ini berakar pada tiadanya kesenangan pada diri sendiri. Diri, yang tidak senang dengan dirinya sendiri, selalu berada di dalam situasikecemasan. Dia tidak mempunyai rasa aman di dalam dirinya. Dia seladu memerhatikan diri sendiri,rakus untuk mendapatkan segalanya karena dia tidak memiliki rasa aman dan puas.
Individu yang memiliki konsep diri negatif cenderung tidak dapat mengarahkan kasih sayangnya kepada orang lain karena pada permukaannya mereka tampaknya banyak sekali mencurahkan waktunya untuk mencintai diri mereka sendiri, tetapi mereka sesungguhnya tidak menyenangi diri mereka, dan memiliki sikap narsisme dan egois sebagai kompensasi diri yang berlebihan.
Sementara konsep diri positif tercermin pada(1) orang yang ‘terbuka’, (2) orang yang tidak mengalami hambatan untuk berbicara dengan oarng lain, bahkan dalam situasi yang masih asing sekalipun, (3) orang yang cepat tanggapan terhadap situasi sekelilingnya.
Individu yang memiliki konsep diri positif, cenderung menyenangi dan menghargai diri mereka sendiri, sebagaimana sikap mereka terhadap orang lain. Penerimaan diri sebagai seseorang yang sama berharganya dengan orang lain meskipun terdapat perbedaan-perbedaan dalam bakat dan sifat yang spesifik.
Individu dengan konsep diri positif ini juga memiliki rasa aman dan percaya diri yang tinggi, maupun lebih ‘menerima dan memberi’ pada orang lain, memiliki sentifitas terhadap kebutuhan orang lain, memiliki keyakinan dan kepercayaan diri untuk menanggulangi masalah bahkan dihadapkan dengan kegagalan sekalipun sanggup dihadapi dengan jiwa besar.
Individu dengan konsep diri positif juga dapat menerima dirinya sendiri dan memandang dunia ini sebagai sebuah tempat yang menyenangkan di bandingkan orang yang menolak dirinya. Mereka memiliki kemampuan untuk memodifikasi nilai dan prinsipyang sebelumnya dipegang teguh dengan pengalaman yang baru. Dan juga tidak mempunyai kekhawatiran terhadap masa lalu dan masa yang akan datang.
Hal yang Dapat Dilakukan Untuk Memahami Konsep Diri Kita
Memahami konsep diri sangatlah penting, karena dengan memahaman konsep diri yang benar seseorang akan dapat lebih mengetahui dirinya sendiri dan belajar untuk lebih menerima dirinya. Hal ini juga akan membuat individu tidak akan mudah kehilangan arah perjalanan hidup, tidak mudah terpengaruh, dan apabila terpaksa melakukan suatu perubahan tidak akan  membuat dirinya menjadi ‘shock’ karena perubahan yang terjadi.
Berikut ini adalah beberapa latihan individual yang dapat membantu seseorang lebih memahani konsep dirinya :[15]
Siapa saya ini ?
     Berikalah sekurang-kurangnya selusing jawaban yang terpisah pada pertanyaan siapakah saya ini?. Masing-masing jawaban sehelain keretas yang terpisah. Definisi diri ini harus termasuk didalamnya wilayah perang, profesi, perasaan, citra, hubungan social dan sebagainya. Berikan angka kepada masing-masing jawaban dari 1 keatas sesuai dengan nilain pentingnya. Kemudian, semua keatas jawaban dikumpulkan secara terbalik dan diambil secara acak untuk berkonsentrasi mendiskusikan jawaban tersebut. Tanyakan dirisendiri apakah jawaban itu berenti atau tidak bagi diripribadi. Ulanggi prosedur in terhadap masing-masing jawaban secara bergiliran. Hal ini memungkinkan diri lebih sadar terhadap aspek lain dari diri sendiri.
Mengalami
     Latihan ini memudahkan keberadaan individu untuk lebih menyadari apa yang dirasakan oleh dirinya sendiri dengan semua keinginan pripadi. Fokuskan selurus perhatian pada pengalaman pribadi yang baru saja dialami, rasakanlah pengalaman sensasi dan emosi yang terjadi. Lakukan latihan ini hanya beberapa menit saja pada saat permulaan dan perpanjanglah untuk waktu selanjutnya. Jiga latihan ini dilakukan secara total konsentrasi, maka individu akan dapat merasakan perasaan diri yang sebenarnya lebih dari perasaan diri yang diyakini seharusnya dialami.
Konsep diri
     Buatlah sketsa-sketas singkat megenai diri, dan ideal diri. Perbandingkanlah sketsa-sketsa tersebut. Apa sajakah yang diperlukan untuk menyelaraskan dari hasil perbandingan yang dilakukan? Apakah ada acara yang memungkinkan untuk upaya penyelarasan ini?
Relaksasi
     Tujuan latihan ini adalah untuk memperbaiki kesadaran tertang diri sebagai sebuah oganisme. Rebahlah dirancang, dan bersingkap rileks sebisa mungkin dengan bernapas dalam secara perlahan dengan menutuk kedua mata. Fokus kanlah perhatian diri pada bagian-bagian tubuh secara pergiliran, misalnya: kaki kiri, kaki kanan, tangan, dada dan lainnya kemudian cobalah kosongkan pikiran dari segalahan, dan rasakan sensasi yang ada dalam masing-masing bagian tubuh tersebut.

Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
            Adapun faktor-faktor yang memengaruhi konsep diri, antara lain adalah sebagai berikut:
Orang lain
     Seseorang mengena tertang dirinya dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Konsep diri seorang individu terbentuk dari bagaimana penilaian orang lain mengenai dirinya.
Tidak semua orang berpengarung dapa diri seseorang. Yang paling berpengarung adalah orang-orang yang disebut significant others,yakni orang-orang yang sangat penting bagi diri seseorang. Ketika kecil, significant others adalah orang tua dan saudara. Dari merekalah seseorang menbentuk konsep dirinya. Seorang individu akan menilai dirinya positif ketika bersangutan mendapatkan senyuman, penhargaan, perlukan ataupun pujian. Sebaliknya seorang akan menilai dirinya negative jika memperoleh kecaman, cemoohan taupun makian. Dalam perkembangannya, significant others meliputi semua orang yang memenganruhi perilaku, pikiran, dan perasaan seseorang.
Jika individu telah dewasaan, maka yang bersangkutan akan mencoba untuk mengipun menilaian semuan orang yang pernah berhubuangan dengannya. Konsep ini disebut dengan generalized ophers, yaitu pandangan seseorang mengenai dirinya berdasarkan keseluruhan pandangan orang lain terhadap dirinya. Misalnya, dari berbagai infomasi yang diterimanya dari orang lain, ratna mengetahui bahwa ia dinilai sebagai anak yang cantik karena itu ratna punjuga mempunyai pikiran bahwa ia cantik.

Kelompok acuan(referencegroup)
     Dalam kehidupannya, setiap orang sebagai anggota masyarakat menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok memiliki norma-norma sendiri. Diantara kelompok tersebut, ada yang disebut kelompok acuan, yang menbuat individu mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu. Kelompok inilah yang mengaruhi konsep diri seseorang. Misalnya, tono adalah anggota berbagai kelompok: pangajian, sepeda santai, fitness, dosen, persatuan insinyur indinesia, pecinta burung perkutur. Bagi tono, kelompok yang paling menjadi adalah kelompok dosen. Kerananya tono akan menjadi kan norma kelompok dosen sebagai norma yang dianutnya tono akan bersikap sebagai seorang dosen, berpenampilan sebagai dosen, bertutur kata sebagai layaknya seorang dosen, dan sebagainya.
Pengertian Regulasi Diri
            Regulasi diri (self regulation) adalah kemampuan dalam mengontrol, mengatur, merencanakan, mengarahkan, dan memonitor perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan strategi tertentu dan melibatkan unsur fisik, kognitif, motivasi, emosional, dan sosial.[16]
            Salah satu proses kepribadian utama dalam teori kognitif social adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan, yang biasanya dilaksanakan melalui pembelajaran observasional.  Proses kedua berkaitan dengan meletakkan pengetahuan tersebut kedalam tindakan. Dengan kata lain, hal tersebut mencakup pertanyaan akan motivasi manusia.
            Teori social-kognitif pada dasarnya menyasar motivasi manusia dengan menguji pengaruh motivasional dari pikiran terhadap diri sendiri, atau pemikiran rujuk diri. Ide umumnya adalah orang memandu dan memotivasi tindakan mereka sendiri melalui proses berpikir. Proses berpikir kunci seringkali mencakup diri. Dalam pengertian umum proses kepribadian yang mencakup motivasi self-directed dari perilaku adalah regulasi diri. Istilah tersebut bermakna bahwa individu memiliki kapasitas untuk memotivasi diri mereka sendiri: untuk menetapkan tujuan personal, untuk merencanakan strategi; untuk mengevaluasi dan memodifikasi perilaku yang sedang berlangsung. Regulasi diri tidak hanya mencakup kegiatan memulai mencapai tujuan, tapi juga mengindari gangguan dan impuls emosional yang dapat mengganggu perkembangan seseorang.[17]
            Proses Regulasi diri secara inheren mengandung semua struktur kepribadian social kognitif yang telah kita bahas sampai sejauh ini. Orang-orang meregulasi perilaku mereka dengan menetapkan tujuan personal dan dengan mengevaluasi perilaku mereka sekarang menurut standar evaluasi performa. Ekspektansi juga merupakan hal penting; ekdpektansi tinggi
terhadap kecakapan diri mungkin dibutuhkan apabila orang tersebut ingin memperjuangkan tujuannya ketimbang mundur.[18]
            Dalam studi regulasi dirinya, teori social kognitif menekankan kemampuan manusia untuk meramal-kemampuan kita untuk mengantisipasi hasil dan membuat rencana berkaitan dengan hal tersebut (Bandura, 1990). Dengan demikian, merujuk Bandura, sebagian besar motivasi manusia dihasilkan secara kognitif (1992, hlm.18 ). Orang-orang berbeda dengan standar yang mereka tetapkan kepada diri mereka sendiri. Sebagian individu menetapkan tujuan yang menantang, yang lain tujuan yang mudah; sebagian orang lain memiliki tujuan yang amat spesifik, sebagian yang lain samar; sebagian orang lain menekankan tujuan jangka pendek, proksimal, sedangkan  yang lain menekankan tujuan jangka panjang, distal (Cervone & William, 1992 ). Walaupun demikian dalam semua kasus, antisipasi terhadap kapuasan dari pencapaian yang diharapkan dan ketidakpuasan dari pencapaian yang tidak memuaskan yang memberikan dorongan kepada upaya kita.  Dalam analisis ini, orang dipandang secara proaktif ketimbang reaktif.  Orang yang menentukan standard dan tujuan mereka sendiri, bukan hanya merespons tuntutan dari lingkungan. Melalui perkembangan mekanisme kognitif seperti ekspekstansi standar, dan evaluasi diri, kita dapat menetapkan tujuan bagi masa depan dan mendapatkan control terhadap nasib kita sendiri. ( Bandura, 1980a, b, 1999 ).[19]
Bandura menawarkan tiga tahapan dalam proses regulasi diri :
4.        pengamatan diri, kita melihat diri dan perilaku kita sendiri, serta terus mengawasinya.
5.        Penilaian, membandingkan apa yang kita lihat pada diri dan perilaku kita dengan standart ukuran.
6.        Respons diri, terjadi setelah ,membandingkan diri dengan standar ukuran tertentu, dan memberikan imbalan respon diri pada diri sendiri.
Konsep paling penting dalam psikologi yang dapat dipahami dari sudut pandang regulasi diri adalah konsep diri atau lebih terkenal dengan kondes harga diri. Kalau kita selama ini merasa hidup kita telah sesuai dengan standart yang telah ditentukan dan telah memperoleh penghargaan dan imbalan, itu berarti anda telah memiliki konsep diri. Sebaliknya, kalau selama ini kita gagal memenuhi standart diri dan terus menerus mengganjar diri, itu berarti kita memiliki konsep diri yang lemah. Kemampuan siswa untuk menggunakan strategi meregulasi diri dalam belajar bisa bertindak sebagai alat belajar untuk mengurangi efek yang merugikan bagi siswa yang kurang mempunyai motivasi dalam kinerja akademik mereka. Di samping itu efek yang penting berkaitan dengan penggunaan regulasi diri pada kinerja akademik, secara relatif tidak banyak diketahui hubungan antara meregulasi diri dalam belajar dengan prestasi dan motivasi akademik. Terdapat 5 aspek dari regulasi diri yaitu:
6.        Menentukan sendiri tujuan dan standar Sebagai manusia, seseorang menentukan standar perilaku diri sendiri, kita juga menentukan tujuan yang berharga yang menjadi tujuan utama perilaku kita. Dapat memenuhi standar diri kita dan mencapai tujuan akan menjadi kepuasan diri sendiri dan mendorong kita mencapai hal yang lebih baik.
7.        Instruksi diri Bagaimana seseorang menanyakan atau menginstruksikan pada diri sendiri tentang suatu hal dalam situasi tertentu. Ada 5 tahapan mengajarkan anak agar dapat member instruksi diri:
e)        Kognitif modeling Guru member instruksi sambil mempraktekkannya
f)         Eksternal guidance Guru mengulang instruksi, dan murid yang mempraktekkan c. Overt self guidance Murid mengulang instruksi dan melakukannya
g)        Faded overt self guidance Membisikkan instruksi sementara melakukan aktifitasnya
h)        Covert self instruction Berpikir sendiri mengenai instruksi sementara melaksanakan aktifitas.
8.      Self Monitoring Mengobservasi dan mengawasi diri sendiri dalam bertindak.
9.      Self Evaluation Menilai perilaku sendiri. Kemampuan untuk mengevaluasi diri sendiri dengan tingkat objektifitas dan ketepatan yang baik menjadi penting untuk kesuksesan seseorang dalam jangka panjang.
10.  Self Imposed Contingencies Memberikan penguatan kepada diri sendiri ketika telah berhasil mencapai tujuan yang diharapkan, dan mereka juga menghukum diri sendiri dengan perasaan bersalah atau malu jika tidak berhasil mencapai tujuan. [20]
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Regulasi Diri
          Terdapat dua faktor yang mempengaruhi regulasi diri (self regulation) yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Bandura (dalam Alwisol, 2007) mengatakan bahwa, tingkah laku manusia dalam self regulation adalah hasil pengaruh resiprokal faktoreksternal dan internal. Faktor eksternal dan faktor internal akan dijelaskan sebagai berikut.
c.       Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri
Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara:
3.      Standar           
            Faktor eksternal memberikan standar untuk mengevaluasi tingkah laku kita sendiri. Standar itu tidaklah semata-mata berasal dari daya-daya internal saja namun juga berasal dari faktor-faktor lingkungan, yang berinteraksi dengan factor pribadi juga turut membentuk standar pengevaluasian individu tersebut. Anak belajar melalui orang tua dan gurunya baik-buruk, tingkah laku yang dikehendaki dan yang tidak dikehendaki. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas, anak kemudian mengembangkan standar yang dapat ia gunakan dalam menilai prestasi diri.
4.      Penguatan (reinforcement)
            Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement). Hadiah intrinsik tidak selalu memberikan kepuasan, manusia membutuhkan intensif yang berasal dari lingkungan eksternal. Standar tingkah laku biasanya bekerja sama; ketika orang dapat mencapai standar tinkah laku tertentu, perlu penguatan agar tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi.
d.      Faktor Internal dalam Regulasi Diri
Faktor eksternal berinteraksi dengan faktor internal dalam pengaturan diri sendiri. Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal:
4.      Observasi diri (self observation):
            Dilakukan berdasarkan faktor kualitas penampilan, kuantitas penampilan, orisinalitas tingkah laku diri, dan seterusnya. Observasi diri terhadap performa yang sudah dilakukan. Manusia sanggup memonitor penampilannya meskipun tidak lengkap atau akurat. Kita memilih dengan selektif sejumlah aspek perilaku dan mengabaikan aspek lainnya yang dipertahankan biasanya sesuai dengan konsep diri.
5.      Proses penilaian (judgmental process):
            Proses penilaian bergantung pada empat hal: standar pribadi, performa-performa acuan, nilai aktivitas, dan penyempurnaan performa. Standar pribadi bersumber dari pengamatan model yaitu orang tua atau guru, dan menginterpretasi balikan/penguatan dari performasi diri. Setiap performasi yang mendapatkan penguatan akan mengalami proses kognitif ,menyusun ukuran-ukuran/norma yang sifatnya sangat pribadi, karena ukuran itu tidak selaku sinkron dengan kenyataan. Standar pribadi adalah proses evaluasi yang terbatas. Sebagian besar aktivitas harus dinilai dengan membandingkan dengan ukuran eksternal, bisa berupa norma standar perbandingan sosial, perbandingan dengan orang lain, atau perbandingan kolektif. Dari kebanyakkan aktivitas, kita mengevaluasi performa dengan membandingkannya kepada standar acuan.
            Di samping standar pribadi dan standar acuan, proses penilaian juga bergantung pada keseluruhan nilai yang kita dapatkan dalam sebuah aktivitas. Akhirnya, regulasi diri juga bergantung pada cara kita mencari penyebab-penyebab tingkah laku demi menyempurnakan performa.
6.        Reaksi diri (self response):
            Manusia merespon positif atau negatif perilaku mereka tergantung kepada bagaimana perilaku ini diukur dan apa standar pribadinya. Bandura meyakini bahwa manusia menggunakan strategi reaktif dan proaktif untuk mengatur dirinya. Maksudnya, manusia berupaya secara reaktif untuk mereduksi pertentangan antara pencapaian dan tujuan, dan setelah berhasil menghilangkannya, mereka secara proaktif menetapkan tujuan baru yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri seseorang ada dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari standar dan penguatan (reinforcement), sedangkan faktor internal terdiri dari observasi diri (self observation), proses penilaian (judgmental process), dan reaksi diri (self response).[21]













[1] Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian :Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Positif, (Jakarta : PT. Indeks : 2007), hlm. 21.
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_intrapersonal.
[3]Ibid. hal 22.
[4] Ibid. hlm. 23-25
[5]  Ibid. hlm. 25-28
[6] http://www.nyenyon.com/2013/02/regulasi-diri.html, Diakses pada hari Jum’at, 6 september 2013 pukul 07.20
[7] Lawrence A. Pervin, dkk, Psikologi Kepribadian, (Jakarta : Kencana : 2010),  hlm. 462
[8] Ibid. hlm. 463
[9] Ibid. hlm. 463
[10] http://hestypsi.blogspot.com/2012/07/regulasi-diri.html, Diakses pada hari Jum’at, 6 September 2013 pukul 07.20

[11] http://www.nyenyon.com/2013/02/regulasi-diri.html, diakses pada hari Jum’at , 6 September 2013 pukul 07.20

[12] http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_intrapersonal.
[13]Ibid. hal 22.
[14] Ibid. hlm. 23-25
[15]  Ibid. hlm. 25-28
[16] http://www.nyenyon.com/2013/02/regulasi-diri.html, Diakses pada hari Jum’at, 6 september 2013 pukul 07.20
[17] Lawrence A. Pervin, dkk, Psikologi Kepribadian, (Jakarta : Kencana : 2010),  hlm. 462
[18] Ibid. hlm. 463
[19] Ibid. hlm. 463
[20] http://hestypsi.blogspot.com/2012/07/regulasi-diri.html, Diakses pada hari Jum’at, 6 September 2013 pukul 07.20

[21] http://www.nyenyon.com/2013/02/regulasi-diri.html, diakses pada hari Jum’at , 6 September 2013 pukul 07.20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar