KONSEP DIRI DAN REGULASI DIRI
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu Bapak Drs. Sarjono, M.SI
Disusun Oleh :
1. Ratriana Sukma Wahyudi 12410001
2. Amalia Suci Cahyani 12410098
3. Miss. Yarodah Pathan 12410178
4. Muhammad Saikhul Anwar 12410224
5. Riza Al Farid 12410059
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur
bagi Allah yang
senantiasa mencurahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Sosiologi Pendidikan yang berjudul “Konsep Diri dan Regulasi Diri.” Tidak lupa sholawat
serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi kita Nabi Muhammad
SAW yang kita tunggu syafaatnya di yaumul kiyamah.
Makalah ini kami susun untuk melengkapi
tugas mata kuliah Al Qur’an dan
Pembelajarannya pada jurusan
Pendidikan Agama Islam. Ucapan terima kasih kami ucapkan
kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini
terutama pada dosen pengampu Bapak Drs. Sarjono, M.SI yang selalu memberi bimbingan pada kita
semua.
Kami sadar dalam
penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Oleh karena
itu , saran dan kritik
yang membangun dari pembaca pada
umumnya sangatlah kami nantikan guna menyempurnakan makalah ini. Besar harapan
penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Penyusun,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR......................................................................................................
ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................
1
A. Latar Belakang........................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
1
C. Tujuan Penulisan Makalah.......................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................
2
A. Pengertian Konsep Diri........................................................................................... 2
B. Pembagian Konsep Diri........................................................................................... 3
C. Langkah Memahami Konsep Diri Kita.................................................................... 5
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri................................................... 6
E. Pengertian Regulasi Diri.......................................................................................... 8
F. Faktor Yang Mempengaruhi Regulasi Diri.............................................................. 10
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 13
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep
diri dan regulasi diri merupakan salah satu aspek dalam Psikologi Perkembangan.
Konsep diri ini merupakan pandangan atau anggapan seseorang terhadap dirinya
sendiri. Kepahaman seseorang tentang konsep dirinya, hanya dapat dilakukan oleh
dirinya sendiri. Yang diharapkan, konsep diri yyang menurutnya ada di dalam
dirinya bukan konsep yang negatif. Jika seseorang memandang dirinya sendiri
dengan negatif, maka akan mempengaruhi dalam perkembangannya ke depan.
Lain
dengan konsep diri, regulasi diri lebih kepada pemikiran yakni mengontrol perilakunya berdasarkan fikiran sehingga dia
sendiri dapat bereaksi terhadap lingkungannya.
Dalam
makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai konsep diri dan regulasi diri
beserta penjelasannya sehingga kita bisa mengambil sebuah pelajaran untuk
diaplikasikan dalam hidup.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian konsep diri?
2. Apa saja pembagian dalam konsep diri?
3. Apa saja perbuatan yang dapat kita lakukan
untuk memahami konsep diri kita?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi konsep
diri?
5. Apa pengertian dari regulasi diri?
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi regulasi
diri?
C. Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan tentang pengertian konsep diri.
2. Menyebutkan dan menjelaskan pembagian dalam
konsep diri.
3. Menjelaskan apa saja yang dapat kita
lakukan untuk memahamin konsep diri kita.
4. Menyebutkan dan menjelaskan faktor yang
mempengaruhi konsep diri.
5. Menjelaskan pengertian regulasi diri
6. Menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor
yang mempengaruhi regulasi diri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Diri
Diri
adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan
hanya tentang tubuh dan keadaan psikisnya sendiri, melainkan juga tentang anak,
istri/suami, rumah, pekerjaan, nenek moyang, teman-teman, milik, uang dan lain
lain, kalau semuanya bagus, ia merasa senang dan bangga, akan
tetapi kalau ada yang kurang baik, rusak, hilang, dan lain-lain, ia akan merasa
putus asa dan kecewa.[1]
Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita
sendiri, biasanya hal ini kita lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat
pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran sosial.
Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita
miliki, paling tidak dalam persepsi kita mengenai diri kita sendiri.
Karakteristik ini dapat bersifat fisik (laki-laiki, perempuan, tinggi, rendah,
cantik, tampan, gemuk, dsb) atau dapat juga mengacu pada kemampuan tertentu
(pandai, pendiam, cakap, dungu, terpelajar, dsb.) konsep diri sangat erat
kaitannya dengan pengetahuan. Apabila pengetahuan seseorang itu baik/tinggi
maka, konsep diri seseorang itu baik pula. Sebaliknya apabila pengetahuan
seseorang itu rendah maka, konsep diri seseorang itu tidak baik pula.
Karakteristik sosial adalah sifat-sifat yang kita
tampilkan dalam hubungan kita dengan orang lain (ramah atau ketus, banyak
bicara atau pendiam, penuh perhatian atau tidak pedulian, dsb). Hal hal ini
memengaruhi peran sosial kita, yaitu segala sesuatu yang mencakup hubungan
dengan orang lain dan dalam masyarakat tertentu.
Ketika peran sosial merupakan bagian dari konsep diri,
maka kita mendefinisikan hubungan sosial kita dengan orang lain, seperti: ayah,
istri, atau guru. Peran sosial ini juga dapat terkait dengan budaya, etnik,
atau agama. Meskipun pembahasan kita mengenai 'diri' sejauh ini mengacu pada
diri sebagai identitas tunggal, namun sebenarnya masing-masing dari kita
memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (mutiple selves).[2]
Hurlock(1990) mengemukakan bahwa konsep diri dapat
dibagi menjadi dua, yaitu (a) konsep diri sebenarnya, merupakan konsep
seseorang tentang dirinya yang sebagian besar ditentukan oleh peran dan
hubungannya dengan orang lain, serta persepsinya tentang penilaian orang lain
tentang dirinya. (b) konsep diri ideal, merupakan gambaran seseorang mengenai
keterampilan dan kepribadian yang didambakannya.
Setiap macam konsep diri mempunyai aspek fisik dan
psikologis. Aspek fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang
penampilannya, kesesuaiannya dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam
hubungannya dengan perilakunya, dan gengsi yang diberikan tubuhnya di mata
orang lain. Aspek psikologis terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan
ketidakmampuannya, harga dirinya, dan hubungannya dengan orang lain.[3]
B. Pembagian Konsep Diri
Konsep diri terbagi atas konsep
diri yang negatif dan konsep diri positif (R.B. Burns, 1993). Karekteristik
mengenai konsep diri yang negatif secara umum tercermin dari keadaan diri
sebagai berikut: [4]
1.
Individu sangat peka dan mempunyai
kecenderungan sulit menerima kritik dari orang lain. Kritik dipandang sebagai
pengabsahan lebih lanjut kepada inferioritasmereka.
2.
Individu yang mengalami kesulitan dalam
berbicara dengan orang lain. Sikap yang hiperkritis dipergunakan untuk
pertahankan citra diri yang goyah, dan mengarahkan kembali perhatian kepada kekurangan dari orang lain daripada
kekurangan dirinya sendiri.
3.
Individu yang sulit mengakui bahwa ia
salah. Terdapat kompleks penyiksaan di mana kegagalan ditempatkan dapat rencana
tersembunyi dari orang lain dan kesalahan ditunjukan kepada orang lain. Dengan kata lain, kelemahan
pribadi dan kegagalan diri tidak mau diakui sebagai bagian dari dirinya
sendiri.
4.
Individu yang kurang maupun
mengungkapkan perasaan dengan cara yang wajar. Sering terdapat respons yang
berlebihan terhadap sanjungan. Setiap pujian adalah lebih baik daripada tidak
ada sama sekali, dan untuk meningkatkan rasa aman maka individu akan berupaya
keras untuk mendapatkan pujian tersebut.
5.
Individu dengan konsep diri negatif
berkecenderuangan untuk menujukkan sikap mengasingkan diri, malu-malu dan tidak
ada minat pada persaingan. Sikap menarik diri dan menolak untuk berpartisipasi
ini merupakan suatu upaya untuk mencegah inferioritas terpublikasikan cara
terbuka sehingga mengkonfirmasikan apa yang diyakin oleh orang lain mengenai
dirinya.
Dengan
kata lain ehspresi sikap-sikap negatif terhadap orang lain sebagaimana terurai
sebelumnya merupakan gambaran dari individu yang memiliki konsep diri yang
negatif.
Sikap
negatif ini merupakan dasar bagi tidak adanya perhatian dan kasih sayang
terhadap orang lain di luar dirinya sendiri. Individu yang memiliki konsep diri
negatif hanya memerhatikan dirinya sendiri sepanjang waktu, tidak pernah merasa
puas, selalu takut kehilangan sesuatu, takut tidak diakui, diri kepada mereka
yang mempunyai kelebihan. Keadaan ini berakar pada tiadanya kesenangan pada diri
sendiri. Diri, yang tidak senang dengan dirinya sendiri, selalu berada di dalam
situasikecemasan. Dia tidak mempunyai rasa aman di dalam dirinya. Dia seladu
memerhatikan diri sendiri,rakus untuk mendapatkan segalanya karena dia tidak
memiliki rasa aman dan puas.
Individu
yang memiliki konsep diri negatif cenderung tidak dapat mengarahkan kasih
sayangnya kepada orang lain karena pada permukaannya mereka tampaknya banyak
sekali mencurahkan waktunya untuk mencintai diri mereka sendiri, tetapi mereka
sesungguhnya tidak menyenangi diri mereka, dan memiliki sikap narsisme dan
egois sebagai kompensasi diri yang berlebihan.
Sementara
konsep diri positif tercermin pada(1) orang yang ‘terbuka’, (2) orang yang
tidak mengalami hambatan untuk berbicara dengan oarng lain, bahkan dalam
situasi yang masih asing sekalipun, (3) orang yang cepat tanggapan terhadap
situasi sekelilingnya.
Individu
yang memiliki konsep diri positif, cenderung menyenangi dan menghargai diri
mereka sendiri, sebagaimana sikap mereka terhadap orang lain. Penerimaan diri
sebagai seseorang yang sama berharganya dengan orang lain meskipun terdapat
perbedaan-perbedaan dalam bakat dan sifat yang spesifik.
Individu
dengan konsep diri positif ini juga memiliki rasa aman dan percaya diri yang
tinggi, maupun lebih ‘menerima dan memberi’ pada orang lain, memiliki
sentifitas terhadap kebutuhan orang lain, memiliki keyakinan dan kepercayaan
diri untuk menanggulangi masalah bahkan dihadapkan dengan kegagalan sekalipun
sanggup dihadapi dengan jiwa besar.
Individu
dengan konsep diri positif juga dapat menerima dirinya sendiri dan memandang
dunia ini sebagai sebuah tempat yang menyenangkan di bandingkan orang yang
menolak dirinya. Mereka memiliki kemampuan untuk memodifikasi nilai dan
prinsipyang sebelumnya dipegang teguh dengan pengalaman yang baru. Dan juga
tidak mempunyai kekhawatiran terhadap masa lalu dan masa yang akan datang.
C. Hal yang Dapat Dilakukan Untuk Memahami
Konsep Diri Kita
Memahami
konsep diri sangatlah penting, karena dengan memahaman konsep diri yang benar
seseorang akan dapat lebih mengetahui dirinya sendiri dan belajar untuk lebih
menerima dirinya. Hal ini juga akan membuat individu tidak akan mudah
kehilangan arah perjalanan hidup, tidak mudah terpengaruh, dan apabila terpaksa
melakukan suatu perubahan tidak akan
membuat dirinya menjadi ‘shock’ karena perubahan yang terjadi.
Berikut
ini adalah beberapa latihan individual
yang dapat membantu seseorang lebih memahani konsep dirinya :[5]
1.
Siapa saya ini ?
Berikalah
sekurang-kurangnya selusing jawaban yang terpisah pada pertanyaan siapakah saya
ini?. Masing-masing jawaban sehelain keretas yang terpisah. Definisi diri ini
harus termasuk didalamnya wilayah perang, profesi, perasaan, citra, hubungan
social dan sebagainya. Berikan angka kepada masing-masing jawaban dari 1 keatas
sesuai dengan nilain pentingnya. Kemudian, semua keatas jawaban dikumpulkan
secara terbalik dan diambil secara acak untuk berkonsentrasi mendiskusikan
jawaban tersebut. Tanyakan dirisendiri apakah jawaban itu berenti atau tidak
bagi diripribadi. Ulanggi prosedur in terhadap masing-masing jawaban secara
bergiliran. Hal ini memungkinkan diri lebih sadar terhadap aspek lain dari diri
sendiri.
2.
Mengalami
Latihan
ini memudahkan keberadaan individu untuk lebih menyadari apa yang dirasakan
oleh dirinya sendiri dengan semua keinginan pripadi. Fokuskan selurus perhatian
pada pengalaman pribadi yang baru saja dialami, rasakanlah pengalaman sensasi
dan emosi yang terjadi. Lakukan latihan ini hanya beberapa menit saja pada saat
permulaan dan perpanjanglah untuk waktu selanjutnya. Jiga latihan ini dilakukan
secara total konsentrasi, maka individu akan dapat merasakan perasaan diri yang
sebenarnya lebih dari perasaan diri yang diyakini seharusnya dialami.
3.
Konsep diri
Buatlah
sketsa-sketas singkat megenai diri, dan ideal diri. Perbandingkanlah
sketsa-sketsa tersebut. Apa sajakah yang diperlukan untuk menyelaraskan dari
hasil perbandingan yang dilakukan? Apakah ada acara yang memungkinkan untuk
upaya penyelarasan ini?
4.
Relaksasi
Tujuan
latihan ini adalah untuk memperbaiki kesadaran tertang diri sebagai sebuah
oganisme. Rebahlah dirancang, dan bersingkap rileks sebisa mungkin dengan
bernapas dalam secara perlahan dengan menutuk kedua mata. Fokus kanlah
perhatian diri pada bagian-bagian tubuh secara pergiliran, misalnya: kaki kiri,
kaki kanan, tangan, dada dan lainnya kemudian cobalah kosongkan pikiran dari
segalahan, dan rasakan sensasi yang ada dalam masing-masing bagian tubuh
tersebut.
D. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Adapun
faktor-faktor yang memengaruhi konsep diri, antara lain adalah sebagai berikut:
a)
Orang lain
Seseorang
mengena tertang dirinya dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Konsep diri
seorang individu terbentuk dari bagaimana penilaian orang lain mengenai
dirinya.
Tidak
semua orang berpengarung dapa diri seseorang. Yang paling berpengarung adalah
orang-orang yang disebut significant others,yakni orang-orang
yang sangat penting bagi diri seseorang. Ketika kecil, significant others
adalah orang tua dan saudara. Dari merekalah seseorang menbentuk konsep
dirinya. Seorang individu akan menilai dirinya positif ketika bersangutan
mendapatkan senyuman, penhargaan, perlukan ataupun pujian. Sebaliknya seorang
akan menilai dirinya negative jika memperoleh kecaman, cemoohan taupun makian.
Dalam perkembangannya, significant others meliputi semua orang
yang memenganruhi perilaku, pikiran, dan perasaan seseorang.
Jika
individu telah dewasaan, maka yang bersangkutan akan mencoba untuk mengipun
menilaian semuan orang yang pernah berhubuangan dengannya. Konsep ini disebut
dengan generalized ophers, yaitu pandangan seseorang mengenai dirinya
berdasarkan keseluruhan pandangan orang lain terhadap dirinya. Misalnya, dari
berbagai infomasi yang diterimanya dari orang lain, ratna mengetahui bahwa ia
dinilai sebagai anak yang cantik karena itu ratna punjuga mempunyai pikiran
bahwa ia cantik.
b) Kelompok
acuan(referencegroup)
Dalam kehidupannya,
setiap orang sebagai anggota masyarakat menjadi anggota berbagai kelompok.
Setiap kelompok memiliki norma-norma sendiri. Diantara kelompok tersebut, ada
yang disebut kelompok acuan, yang menbuat individu mengarahkan perilakunya
sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu. Kelompok inilah
yang mengaruhi konsep diri seseorang. Misalnya, tono adalah anggota berbagai
kelompok: pangajian, sepeda santai, fitness, dosen, persatuan insinyur
indinesia, pecinta burung perkutur. Bagi tono, kelompok yang paling menjadi
adalah kelompok dosen. Kerananya tono akan menjadi kan norma kelompok dosen
sebagai norma yang dianutnya tono akan bersikap sebagai seorang dosen,
berpenampilan sebagai dosen, bertutur kata sebagai layaknya seorang dosen, dan
sebagainya.
E. Pengertian Regulasi Diri
Regulasi diri (self regulation) adalah
kemampuan dalam mengontrol, mengatur, merencanakan, mengarahkan, dan memonitor
perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan strategi
tertentu dan melibatkan unsur fisik, kognitif, motivasi, emosional, dan sosial.[6]
Salah satu proses kepribadian utama
dalam teori kognitif social adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan, yang
biasanya dilaksanakan melalui pembelajaran observasional. Proses kedua berkaitan dengan meletakkan
pengetahuan tersebut kedalam tindakan. Dengan kata lain, hal tersebut mencakup
pertanyaan akan motivasi manusia.
Teori social-kognitif pada dasarnya
menyasar motivasi manusia dengan menguji pengaruh motivasional dari
pikiran terhadap diri sendiri, atau pemikiran rujuk diri. Ide umumnya adalah
orang memandu dan memotivasi tindakan mereka sendiri melalui proses berpikir.
Proses berpikir kunci seringkali mencakup diri. Dalam pengertian umum proses
kepribadian yang mencakup motivasi self-directed
dari perilaku adalah regulasi diri.
Istilah tersebut bermakna bahwa individu memiliki kapasitas untuk memotivasi
diri mereka sendiri: untuk menetapkan tujuan personal, untuk merencanakan
strategi; untuk mengevaluasi dan memodifikasi perilaku yang sedang berlangsung.
Regulasi diri tidak hanya mencakup kegiatan memulai mencapai tujuan, tapi juga
mengindari gangguan dan impuls emosional yang dapat mengganggu perkembangan
seseorang.[7]
Proses Regulasi diri secara inheren
mengandung semua struktur kepribadian social kognitif yang telah kita bahas
sampai sejauh ini. Orang-orang meregulasi perilaku mereka dengan menetapkan
tujuan personal dan dengan mengevaluasi perilaku mereka sekarang menurut
standar evaluasi performa. Ekspektansi juga merupakan hal penting; ekdpektansi
tinggi
terhadap kecakapan
diri mungkin dibutuhkan apabila orang tersebut ingin memperjuangkan tujuannya
ketimbang mundur.[8]
Dalam studi regulasi dirinya, teori
social kognitif menekankan kemampuan manusia untuk meramal-kemampuan kita untuk
mengantisipasi hasil dan membuat rencana berkaitan dengan hal tersebut
(Bandura, 1990). Dengan demikian, merujuk Bandura, sebagian besar motivasi
manusia dihasilkan secara kognitif (1992, hlm.18 ). Orang-orang berbeda dengan
standar yang mereka tetapkan kepada diri mereka sendiri. Sebagian individu
menetapkan tujuan yang menantang, yang lain tujuan yang mudah; sebagian orang
lain memiliki tujuan yang amat spesifik, sebagian yang lain samar; sebagian
orang lain menekankan tujuan jangka pendek, proksimal, sedangkan yang lain menekankan tujuan jangka panjang,
distal (Cervone & William, 1992 ). Walaupun demikian dalam semua kasus,
antisipasi terhadap kapuasan dari pencapaian yang diharapkan dan ketidakpuasan
dari pencapaian yang tidak memuaskan yang memberikan dorongan kepada upaya
kita. Dalam analisis ini, orang
dipandang secara proaktif ketimbang reaktif.
Orang yang menentukan standard dan tujuan mereka sendiri, bukan hanya
merespons tuntutan dari lingkungan. Melalui perkembangan mekanisme kognitif
seperti ekspekstansi standar, dan evaluasi diri, kita dapat menetapkan tujuan
bagi masa depan dan mendapatkan control terhadap nasib kita sendiri. ( Bandura,
1980a, b, 1999 ).[9]
Bandura menawarkan tiga tahapan dalam proses
regulasi diri :
1.
pengamatan diri,
kita melihat diri dan perilaku kita sendiri, serta terus mengawasinya.
2.
Penilaian,
membandingkan apa yang kita lihat pada diri dan perilaku kita dengan standart
ukuran.
3.
Respons diri,
terjadi setelah ,membandingkan diri dengan standar ukuran tertentu, dan
memberikan imbalan respon diri pada diri sendiri.
Konsep paling penting dalam psikologi yang
dapat dipahami dari sudut pandang regulasi diri adalah konsep diri atau lebih
terkenal dengan kondes harga diri. Kalau kita selama ini merasa hidup kita
telah sesuai dengan standart yang telah ditentukan dan telah memperoleh penghargaan
dan imbalan, itu berarti anda telah memiliki konsep diri. Sebaliknya, kalau
selama ini kita gagal memenuhi standart diri dan terus menerus mengganjar diri,
itu berarti kita memiliki konsep diri yang lemah. Kemampuan siswa untuk
menggunakan strategi meregulasi diri dalam belajar bisa bertindak sebagai alat
belajar untuk mengurangi efek yang merugikan bagi siswa yang kurang mempunyai
motivasi dalam kinerja akademik mereka. Di samping itu efek yang penting
berkaitan dengan penggunaan regulasi diri pada kinerja akademik, secara relatif
tidak banyak diketahui hubungan antara meregulasi diri dalam belajar dengan
prestasi dan motivasi akademik. Terdapat 5 aspek dari regulasi diri yaitu:
1.
Menentukan sendiri
tujuan dan standar Sebagai manusia, seseorang menentukan standar perilaku diri
sendiri, kita juga menentukan tujuan yang berharga yang menjadi tujuan utama
perilaku kita. Dapat memenuhi standar diri kita dan mencapai tujuan akan
menjadi kepuasan diri sendiri dan mendorong kita mencapai hal yang lebih baik.
2.
Instruksi diri
Bagaimana seseorang menanyakan atau menginstruksikan pada diri sendiri tentang
suatu hal dalam situasi tertentu. Ada 5 tahapan mengajarkan anak agar dapat
member instruksi diri:
a)
Kognitif modeling
Guru member instruksi sambil mempraktekkannya
b)
Eksternal guidance
Guru mengulang instruksi, dan murid yang mempraktekkan c. Overt self guidance
Murid mengulang instruksi dan melakukannya
c)
Faded overt self
guidance Membisikkan instruksi sementara melakukan aktifitasnya
d) Covert self instruction Berpikir sendiri
mengenai instruksi sementara melaksanakan aktifitas.
3. Self Monitoring Mengobservasi dan mengawasi
diri sendiri dalam bertindak.
4. Self Evaluation Menilai perilaku sendiri.
Kemampuan untuk mengevaluasi diri sendiri dengan tingkat objektifitas dan
ketepatan yang baik menjadi penting untuk kesuksesan seseorang dalam jangka
panjang.
5.
Self Imposed
Contingencies Memberikan penguatan kepada diri sendiri ketika telah berhasil
mencapai tujuan yang diharapkan, dan mereka juga menghukum diri sendiri dengan
perasaan bersalah atau malu jika tidak berhasil mencapai tujuan. [10]
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Regulasi
Diri
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi regulasi
diri (self regulation) yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Bandura (dalam Alwisol, 2007) mengatakan bahwa, tingkah laku manusia dalam self
regulation adalah hasil pengaruh resiprokal faktoreksternal dan internal.
Faktor eksternal dan faktor internal akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri
Faktor eksternal mempengaruhi regulasi
diri dengan dua cara:
1. Standar
Faktor eksternal
memberikan standar untuk mengevaluasi tingkah laku kita sendiri. Standar itu
tidaklah semata-mata berasal dari daya-daya internal saja namun juga berasal
dari faktor-faktor lingkungan, yang berinteraksi dengan factor pribadi juga
turut membentuk standar pengevaluasian individu tersebut. Anak belajar melalui
orang tua dan gurunya baik-buruk, tingkah laku yang dikehendaki dan yang tidak
dikehendaki. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas,
anak kemudian mengembangkan standar yang dapat ia gunakan dalam menilai
prestasi diri.
2. Penguatan (reinforcement)
Faktor eksternal
mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement).
Hadiah intrinsik tidak selalu memberikan kepuasan, manusia membutuhkan intensif
yang berasal dari lingkungan eksternal. Standar tingkah laku biasanya bekerja
sama; ketika orang dapat mencapai standar tinkah laku tertentu, perlu penguatan
agar tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi.
b. Faktor Internal dalam Regulasi Diri
Faktor eksternal berinteraksi dengan
faktor internal dalam pengaturan diri sendiri. Bandura mengemukakan tiga bentuk
pengaruh internal:
1. Observasi diri (self observation):
Dilakukan berdasarkan faktor kualitas
penampilan, kuantitas penampilan, orisinalitas tingkah laku diri, dan
seterusnya. Observasi diri terhadap performa yang sudah dilakukan. Manusia
sanggup memonitor penampilannya meskipun tidak lengkap atau akurat. Kita memilih
dengan selektif sejumlah aspek perilaku dan mengabaikan aspek lainnya yang
dipertahankan biasanya sesuai dengan konsep diri.
2. Proses penilaian (judgmental process):
Proses penilaian
bergantung pada empat hal: standar pribadi, performa-performa acuan, nilai
aktivitas, dan penyempurnaan performa. Standar pribadi bersumber dari
pengamatan model yaitu orang tua atau guru, dan menginterpretasi
balikan/penguatan dari performasi diri. Setiap performasi yang mendapatkan
penguatan akan mengalami proses kognitif ,menyusun ukuran-ukuran/norma yang
sifatnya sangat pribadi, karena ukuran itu tidak selaku sinkron dengan
kenyataan. Standar pribadi adalah proses evaluasi yang terbatas. Sebagian besar
aktivitas harus dinilai dengan membandingkan dengan ukuran eksternal, bisa
berupa norma standar perbandingan sosial, perbandingan dengan orang lain, atau
perbandingan kolektif. Dari kebanyakkan aktivitas, kita mengevaluasi performa
dengan membandingkannya kepada standar acuan.
Di samping standar
pribadi dan standar acuan, proses penilaian juga bergantung pada keseluruhan
nilai yang kita dapatkan dalam sebuah aktivitas. Akhirnya, regulasi diri juga
bergantung pada cara kita mencari penyebab-penyebab tingkah laku demi
menyempurnakan performa.
3.
Reaksi diri (self
response):
Manusia merespon
positif atau negatif perilaku mereka tergantung kepada bagaimana perilaku ini
diukur dan apa standar pribadinya. Bandura meyakini bahwa manusia menggunakan
strategi reaktif dan proaktif untuk mengatur dirinya. Maksudnya, manusia berupaya
secara reaktif untuk mereduksi pertentangan antara pencapaian dan tujuan, dan
setelah berhasil menghilangkannya, mereka secara proaktif menetapkan tujuan
baru yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri seseorang ada
dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari
standar dan penguatan (reinforcement), sedangkan faktor
internal terdiri dari observasi diri (self observation), proses
penilaian (judgmental process), dan reaksi diri (self response).[11]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas dapat
disimpulkan bahwa konsep diri
adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita
lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat
sosial, dan peran sosial. Konsep
diri dibagi menjadi dua yaitu konsep
diri negatif dan konsep diri positif. Hal yang dapat dilakukan untuk memahami
konsep diri kita adalah beri jawaban yang terpisah dari pertanyaan siapa saya
ini. Selalin itu kita dapat memahami konsep diri kita dengan mengalami, konsep
diri dan relaksasi. Faktor yang mempengaruhi konsep diri antara lain kelompok
acuan dan orang lain.
Dari konsep
diri beralih ke regulasi diri. Regulasi diri (self
regulation) adalah kemampuan dalam mengontrol, mengatur, merencanakan,
mengarahkan, dan memonitor perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan
menggunakan strategi tertentu dan melibatkan unsur fisik, kognitif, motivasi,
emosional, dan sosial. Faktor yang mempengaruhi regulasi diri adalah faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri
dengan dua cara yaitu standar dan penguatan. Sedangkan faktor internal mempengaruhi
dalam bentuk observasi diri, proses penilaian dan reaksi diri.
DAFTAR PUSTAKA
http://hestypsi.blogspot.com/2012/07/regulasi-diri.html, Diakses pada hari Jum’at, 6 September 2013 pukul 07.20
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_intrapersonal
http://www.nyenyon.com/2013/02/regulasi-diri.html, Diakses pada hari Jum’at, 6 september 2013 pukul 07.20
Hutagalung, Inge, Pengembangan
Kepribadian :Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Positif, Jakarta : PT. Indeks,
2007
Pervin, Lawrence
A. dkk, Psikologi Kepribadian,
Jakarta :
Kencana, 2010
KONSEP DIRI DAN REGULASI DIRI
PEMBAHASAN
Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita
sendiri, biasanya hal ini kita lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat
pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran sosial.
Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita
miliki, paling tidak dalam persepsi kita mengenai diri kita sendiri.
Karakteristik ini dapat bersifat fisik (laki-laiki, perempuan, tinggi, rendah,
cantik, tampan, gemuk, dsb) atau dapat juga mengacu pada kemampuan tertentu
(pandai, pendiam, cakap, dungu, terpelajar, dsb.) konsep diri sangat erat
kaitannya dengan pengetahuan. Apabila pengetahuan seseorang itu baik/tinggi
maka, konsep diri seseorang itu baik pula. Sebaliknya apabila pengetahuan
seseorang itu rendah maka, konsep diri seseorang itu tidak baik pula.
Karakteristik sosial adalah sifat-sifat yang kita
tampilkan dalam hubungan kita dengan orang lain (ramah atau ketus, banyak
bicara atau pendiam, penuh perhatian atau tidak pedulian, dsb). Hal hal ini
memengaruhi peran sosial kita, yaitu segala sesuatu yang mencakup hubungan dengan
orang lain dan dalam masyarakat tertentu.
Ketika peran sosial merupakan bagian dari konsep diri,
maka kita mendefinisikan hubungan sosial kita dengan orang lain, seperti: ayah,
istri, atau guru. Peran sosial ini juga dapat terkait dengan budaya, etnik,
atau agama. Meskipun pembahasan kita mengenai 'diri' sejauh ini mengacu pada
diri sebagai identitas tunggal, namun sebenarnya masing-masing dari kita
memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (mutiple selves).[12]
Hurlock(1990) mengemukakan bahwa konsep diri dapat
dibagi menjadi dua, yaitu (a) konsep diri sebenarnya, (b) konsep diri ideal
Setiap macam konsep diri mempunyai aspek fisik dan
psikologis. Aspek fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang
penampilannya, kesesuaiannya dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam
hubungannya dengan perilakunya, dan gengsi yang diberikan tubuhnya di mata
orang lain. Aspek psikologis terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan
ketidakmampuannya, harga dirinya, dan hubungannya dengan orang lain.[13]
Pembagian Konsep Diri
Konsep diri terbagi atas konsep
diri yang negatif dan konsep diri positif (R.B. Burns, 1993). Karekteristik
mengenai konsep diri yang negatif secara umum tercermin dari keadaan diri
sebagai berikut: [14]
6.
Individu sangat peka dan mempunyai
kecenderungan sulit menerima kritik dari orang lain.
7.
Individu yang mengalami kesulitan dalam
berbicara dengan orang lain.
8.
Individu yang sulit mengakui bahwa ia
salah. Terdapat kompleks penyiksaan di mana kegagalan ditempatkan dapat rencana
tersembunyi dari orang lain dan kesalahan ditunjukan kepada orang lain. Dengan kata lain, kelemahan
pribadi dan kegagalan diri tidak mau diakui sebagai bagian dari dirinya
sendiri.
9.
Individu yang kurang maupun
mengungkapkan perasaan dengan cara yang wajar.
10. Individu
dengan konsep diri negatif berkecenderuangan untuk menujukkan sikap
mengasingkan diri, malu-malu dan tidak ada minat pada persaingan
Dengan
kata lain ehspresi sikap-sikap negatif terhadap orang lain sebagaimana terurai
sebelumnya merupakan gambaran dari individu yang memiliki konsep diri yang
negatif.
Sikap
negatif ini merupakan dasar bagi tidak adanya perhatian dan kasih sayang
terhadap orang lain di luar dirinya sendiri. Individu yang memiliki konsep diri
negatif hanya memerhatikan dirinya sendiri sepanjang waktu, tidak pernah merasa
puas, selalu takut kehilangan sesuatu, takut tidak diakui, diri kepada mereka
yang mempunyai kelebihan. Keadaan ini berakar pada tiadanya kesenangan pada
diri sendiri. Diri, yang tidak senang dengan dirinya sendiri, selalu berada di
dalam situasikecemasan. Dia tidak mempunyai rasa aman di dalam dirinya. Dia
seladu memerhatikan diri sendiri,rakus untuk mendapatkan segalanya karena dia
tidak memiliki rasa aman dan puas.
Individu
yang memiliki konsep diri negatif cenderung tidak dapat mengarahkan kasih
sayangnya kepada orang lain karena pada permukaannya mereka tampaknya banyak
sekali mencurahkan waktunya untuk mencintai diri mereka sendiri, tetapi mereka
sesungguhnya tidak menyenangi diri mereka, dan memiliki sikap narsisme dan
egois sebagai kompensasi diri yang berlebihan.
Sementara
konsep diri positif tercermin pada(1) orang yang ‘terbuka’, (2) orang yang
tidak mengalami hambatan untuk berbicara dengan oarng lain, bahkan dalam
situasi yang masih asing sekalipun, (3) orang yang cepat tanggapan terhadap
situasi sekelilingnya.
Individu
yang memiliki konsep diri positif, cenderung menyenangi dan menghargai diri
mereka sendiri, sebagaimana sikap mereka terhadap orang lain. Penerimaan diri
sebagai seseorang yang sama berharganya dengan orang lain meskipun terdapat
perbedaan-perbedaan dalam bakat dan sifat yang spesifik.
Individu
dengan konsep diri positif ini juga memiliki rasa aman dan percaya diri yang
tinggi, maupun lebih ‘menerima dan memberi’ pada orang lain, memiliki sentifitas
terhadap kebutuhan orang lain, memiliki keyakinan dan kepercayaan diri untuk
menanggulangi masalah bahkan dihadapkan dengan kegagalan sekalipun sanggup
dihadapi dengan jiwa besar.
Individu
dengan konsep diri positif juga dapat menerima dirinya sendiri dan memandang
dunia ini sebagai sebuah tempat yang menyenangkan di bandingkan orang yang
menolak dirinya. Mereka memiliki kemampuan untuk memodifikasi nilai dan
prinsipyang sebelumnya dipegang teguh dengan pengalaman yang baru. Dan juga
tidak mempunyai kekhawatiran terhadap masa lalu dan masa yang akan datang.
Hal yang Dapat Dilakukan Untuk Memahami
Konsep Diri Kita
Memahami
konsep diri sangatlah penting, karena dengan memahaman konsep diri yang benar
seseorang akan dapat lebih mengetahui dirinya sendiri dan belajar untuk lebih
menerima dirinya. Hal ini juga akan membuat individu tidak akan mudah
kehilangan arah perjalanan hidup, tidak mudah terpengaruh, dan apabila terpaksa
melakukan suatu perubahan tidak akan
membuat dirinya menjadi ‘shock’ karena perubahan yang terjadi.
Berikut
ini adalah beberapa latihan individual
yang dapat membantu seseorang lebih memahani konsep dirinya :[15]
Siapa saya ini ?
Berikalah
sekurang-kurangnya selusing jawaban yang terpisah pada pertanyaan siapakah saya
ini?. Masing-masing jawaban sehelain keretas yang terpisah. Definisi diri ini
harus termasuk didalamnya wilayah perang, profesi, perasaan, citra, hubungan
social dan sebagainya. Berikan angka kepada masing-masing jawaban dari 1 keatas
sesuai dengan nilain pentingnya. Kemudian, semua keatas jawaban dikumpulkan
secara terbalik dan diambil secara acak untuk berkonsentrasi mendiskusikan
jawaban tersebut. Tanyakan dirisendiri apakah jawaban itu berenti atau tidak
bagi diripribadi. Ulanggi prosedur in terhadap masing-masing jawaban secara
bergiliran. Hal ini memungkinkan diri lebih sadar terhadap aspek lain dari diri
sendiri.
Mengalami
Latihan
ini memudahkan keberadaan individu untuk lebih menyadari apa yang dirasakan
oleh dirinya sendiri dengan semua keinginan pripadi. Fokuskan selurus perhatian
pada pengalaman pribadi yang baru saja dialami, rasakanlah pengalaman sensasi
dan emosi yang terjadi. Lakukan latihan ini hanya beberapa menit saja pada saat
permulaan dan perpanjanglah untuk waktu selanjutnya. Jiga latihan ini dilakukan
secara total konsentrasi, maka individu akan dapat merasakan perasaan diri yang
sebenarnya lebih dari perasaan diri yang diyakini seharusnya dialami.
Konsep diri
Buatlah
sketsa-sketas singkat megenai diri, dan ideal diri. Perbandingkanlah
sketsa-sketsa tersebut. Apa sajakah yang diperlukan untuk menyelaraskan dari
hasil perbandingan yang dilakukan? Apakah ada acara yang memungkinkan untuk
upaya penyelarasan ini?
Relaksasi
Tujuan
latihan ini adalah untuk memperbaiki kesadaran tertang diri sebagai sebuah
oganisme. Rebahlah dirancang, dan bersingkap rileks sebisa mungkin dengan
bernapas dalam secara perlahan dengan menutuk kedua mata. Fokus kanlah
perhatian diri pada bagian-bagian tubuh secara pergiliran, misalnya: kaki kiri,
kaki kanan, tangan, dada dan lainnya kemudian cobalah kosongkan pikiran dari
segalahan, dan rasakan sensasi yang ada dalam masing-masing bagian tubuh
tersebut.
Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Adapun
faktor-faktor yang memengaruhi konsep diri, antara lain adalah sebagai berikut:
Orang lain
Seseorang
mengena tertang dirinya dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Konsep diri
seorang individu terbentuk dari bagaimana penilaian orang lain mengenai
dirinya.
Tidak
semua orang berpengarung dapa diri seseorang. Yang paling berpengarung adalah orang-orang
yang disebut significant others,yakni orang-orang yang sangat
penting bagi diri seseorang. Ketika kecil, significant others
adalah orang tua dan saudara. Dari merekalah seseorang menbentuk konsep
dirinya. Seorang individu akan menilai dirinya positif ketika bersangutan
mendapatkan senyuman, penhargaan, perlukan ataupun pujian. Sebaliknya seorang
akan menilai dirinya negative jika memperoleh kecaman, cemoohan taupun makian.
Dalam perkembangannya, significant others meliputi semua orang
yang memenganruhi perilaku, pikiran, dan perasaan seseorang.
Jika
individu telah dewasaan, maka yang bersangkutan akan mencoba untuk mengipun
menilaian semuan orang yang pernah berhubuangan dengannya. Konsep ini disebut
dengan generalized ophers, yaitu pandangan seseorang mengenai dirinya
berdasarkan keseluruhan pandangan orang lain terhadap dirinya. Misalnya, dari
berbagai infomasi yang diterimanya dari orang lain, ratna mengetahui bahwa ia
dinilai sebagai anak yang cantik karena itu ratna punjuga mempunyai pikiran bahwa
ia cantik.
Kelompok
acuan(referencegroup)
Dalam
kehidupannya, setiap orang sebagai anggota masyarakat menjadi anggota berbagai
kelompok. Setiap kelompok memiliki norma-norma sendiri. Diantara kelompok
tersebut, ada yang disebut kelompok acuan, yang menbuat individu mengarahkan
perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu.
Kelompok inilah yang mengaruhi konsep diri seseorang. Misalnya, tono adalah
anggota berbagai kelompok: pangajian, sepeda santai, fitness, dosen, persatuan
insinyur indinesia, pecinta burung perkutur. Bagi tono, kelompok yang paling
menjadi adalah kelompok dosen. Kerananya tono akan menjadi kan norma kelompok
dosen sebagai norma yang dianutnya tono akan bersikap sebagai seorang dosen,
berpenampilan sebagai dosen, bertutur kata sebagai layaknya seorang dosen, dan
sebagainya.
Pengertian Regulasi Diri
Regulasi diri (self regulation) adalah
kemampuan dalam mengontrol, mengatur, merencanakan, mengarahkan, dan memonitor
perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan strategi
tertentu dan melibatkan unsur fisik, kognitif, motivasi, emosional, dan sosial.[16]
Salah satu proses kepribadian utama
dalam teori kognitif social adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan, yang
biasanya dilaksanakan melalui pembelajaran observasional. Proses kedua berkaitan dengan meletakkan
pengetahuan tersebut kedalam tindakan. Dengan kata lain, hal tersebut mencakup
pertanyaan akan motivasi manusia.
Teori social-kognitif pada dasarnya
menyasar motivasi manusia dengan menguji pengaruh motivasional dari
pikiran terhadap diri sendiri, atau pemikiran rujuk diri. Ide umumnya adalah
orang memandu dan memotivasi tindakan mereka sendiri melalui proses berpikir.
Proses berpikir kunci seringkali mencakup diri. Dalam pengertian umum proses
kepribadian yang mencakup motivasi self-directed
dari perilaku adalah regulasi diri.
Istilah tersebut bermakna bahwa individu memiliki kapasitas untuk memotivasi
diri mereka sendiri: untuk menetapkan tujuan personal, untuk merencanakan strategi;
untuk mengevaluasi dan memodifikasi perilaku yang sedang berlangsung. Regulasi
diri tidak hanya mencakup kegiatan memulai mencapai tujuan, tapi juga
mengindari gangguan dan impuls emosional yang dapat mengganggu perkembangan
seseorang.[17]
Proses Regulasi diri secara inheren
mengandung semua struktur kepribadian social kognitif yang telah kita bahas
sampai sejauh ini. Orang-orang meregulasi perilaku mereka dengan menetapkan
tujuan personal dan dengan mengevaluasi perilaku mereka sekarang menurut standar
evaluasi performa. Ekspektansi juga merupakan hal penting; ekdpektansi tinggi
terhadap kecakapan
diri mungkin dibutuhkan apabila orang tersebut ingin memperjuangkan tujuannya
ketimbang mundur.[18]
Dalam studi regulasi dirinya, teori
social kognitif menekankan kemampuan manusia untuk meramal-kemampuan kita untuk
mengantisipasi hasil dan membuat rencana berkaitan dengan hal tersebut
(Bandura, 1990). Dengan demikian, merujuk Bandura, sebagian besar
motivasi manusia dihasilkan secara kognitif (1992, hlm.18 ). Orang-orang
berbeda dengan standar yang mereka tetapkan kepada diri mereka sendiri.
Sebagian individu menetapkan tujuan yang menantang, yang lain tujuan yang
mudah; sebagian orang lain memiliki tujuan yang amat spesifik, sebagian yang
lain samar; sebagian orang lain menekankan tujuan jangka pendek, proksimal,
sedangkan yang lain menekankan tujuan
jangka panjang, distal (Cervone & William, 1992 ). Walaupun demikian dalam
semua kasus, antisipasi terhadap kapuasan dari pencapaian yang diharapkan dan
ketidakpuasan dari pencapaian yang tidak memuaskan yang memberikan dorongan
kepada upaya kita. Dalam analisis ini,
orang dipandang secara proaktif ketimbang reaktif. Orang yang menentukan standard dan tujuan
mereka sendiri, bukan hanya merespons tuntutan dari lingkungan. Melalui
perkembangan mekanisme kognitif seperti ekspekstansi standar, dan evaluasi
diri, kita dapat menetapkan tujuan bagi masa depan dan mendapatkan control
terhadap nasib kita sendiri. ( Bandura, 1980a, b, 1999 ).[19]
Bandura menawarkan tiga tahapan dalam proses
regulasi diri :
4.
pengamatan diri,
kita melihat diri dan perilaku kita sendiri, serta terus mengawasinya.
5.
Penilaian,
membandingkan apa yang kita lihat pada diri dan perilaku kita dengan standart
ukuran.
6.
Respons diri,
terjadi setelah ,membandingkan diri dengan standar ukuran tertentu, dan
memberikan imbalan respon diri pada diri sendiri.
Konsep paling penting dalam psikologi yang
dapat dipahami dari sudut pandang regulasi diri adalah konsep diri atau lebih
terkenal dengan kondes harga diri. Kalau kita selama ini merasa hidup kita
telah sesuai dengan standart yang telah ditentukan dan telah memperoleh
penghargaan dan imbalan, itu berarti anda telah memiliki konsep diri.
Sebaliknya, kalau selama ini kita gagal memenuhi standart diri dan terus
menerus mengganjar diri, itu berarti kita memiliki konsep diri yang lemah.
Kemampuan siswa untuk menggunakan strategi meregulasi diri dalam belajar bisa
bertindak sebagai alat belajar untuk mengurangi efek yang merugikan bagi siswa
yang kurang mempunyai motivasi dalam kinerja akademik mereka. Di samping itu
efek yang penting berkaitan dengan penggunaan regulasi diri pada kinerja
akademik, secara relatif tidak banyak diketahui hubungan antara meregulasi diri
dalam belajar dengan prestasi dan motivasi akademik. Terdapat 5 aspek dari
regulasi diri yaitu:
6.
Menentukan sendiri
tujuan dan standar Sebagai manusia, seseorang menentukan standar perilaku diri
sendiri, kita juga menentukan tujuan yang berharga yang menjadi tujuan utama
perilaku kita. Dapat memenuhi standar diri kita dan mencapai tujuan akan
menjadi kepuasan diri sendiri dan mendorong kita mencapai hal yang lebih baik.
7.
Instruksi diri
Bagaimana seseorang menanyakan atau menginstruksikan pada diri sendiri tentang
suatu hal dalam situasi tertentu. Ada 5 tahapan mengajarkan anak agar dapat
member instruksi diri:
e)
Kognitif modeling
Guru member instruksi sambil mempraktekkannya
f)
Eksternal guidance
Guru mengulang instruksi, dan murid yang mempraktekkan c. Overt self guidance
Murid mengulang instruksi dan melakukannya
g)
Faded overt self
guidance Membisikkan instruksi sementara melakukan aktifitasnya
h)
Covert self
instruction Berpikir sendiri mengenai instruksi sementara melaksanakan
aktifitas.
8. Self Monitoring Mengobservasi dan mengawasi
diri sendiri dalam bertindak.
9. Self Evaluation Menilai perilaku sendiri.
Kemampuan untuk mengevaluasi diri sendiri dengan tingkat objektifitas dan
ketepatan yang baik menjadi penting untuk kesuksesan seseorang dalam jangka
panjang.
10. Self Imposed Contingencies Memberikan penguatan
kepada diri sendiri ketika telah berhasil mencapai tujuan yang diharapkan, dan
mereka juga menghukum diri sendiri dengan perasaan bersalah atau malu jika
tidak berhasil mencapai tujuan. [20]
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Regulasi
Diri
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi regulasi
diri (self regulation) yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Bandura (dalam Alwisol, 2007) mengatakan bahwa, tingkah laku manusia dalam self
regulation adalah hasil pengaruh resiprokal faktoreksternal dan internal.
Faktor eksternal dan faktor internal akan dijelaskan sebagai berikut.
c. Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri
Faktor eksternal mempengaruhi regulasi
diri dengan dua cara:
3. Standar
Faktor eksternal
memberikan standar untuk mengevaluasi tingkah laku kita sendiri. Standar itu
tidaklah semata-mata berasal dari daya-daya internal saja namun juga berasal
dari faktor-faktor lingkungan, yang berinteraksi dengan factor pribadi juga
turut membentuk standar pengevaluasian individu tersebut. Anak belajar melalui
orang tua dan gurunya baik-buruk, tingkah laku yang dikehendaki dan yang tidak
dikehendaki. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas,
anak kemudian mengembangkan standar yang dapat ia gunakan dalam menilai
prestasi diri.
4. Penguatan (reinforcement)
Faktor eksternal
mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement).
Hadiah intrinsik tidak selalu memberikan kepuasan, manusia membutuhkan intensif
yang berasal dari lingkungan eksternal. Standar tingkah laku biasanya bekerja
sama; ketika orang dapat mencapai standar tinkah laku tertentu, perlu penguatan
agar tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi.
d. Faktor Internal dalam Regulasi Diri
Faktor eksternal berinteraksi dengan
faktor internal dalam pengaturan diri sendiri. Bandura mengemukakan tiga bentuk
pengaruh internal:
4. Observasi diri (self observation):
Dilakukan berdasarkan faktor kualitas
penampilan, kuantitas penampilan, orisinalitas tingkah laku diri, dan
seterusnya. Observasi diri terhadap performa yang sudah dilakukan. Manusia
sanggup memonitor penampilannya meskipun tidak lengkap atau akurat. Kita
memilih dengan selektif sejumlah aspek perilaku dan mengabaikan aspek lainnya
yang dipertahankan biasanya sesuai dengan konsep diri.
5. Proses penilaian (judgmental process):
Proses penilaian
bergantung pada empat hal: standar pribadi, performa-performa acuan, nilai
aktivitas, dan penyempurnaan performa. Standar pribadi bersumber dari
pengamatan model yaitu orang tua atau guru, dan menginterpretasi
balikan/penguatan dari performasi diri. Setiap performasi yang mendapatkan
penguatan akan mengalami proses kognitif ,menyusun ukuran-ukuran/norma yang
sifatnya sangat pribadi, karena ukuran itu tidak selaku sinkron dengan
kenyataan. Standar pribadi adalah proses evaluasi yang terbatas. Sebagian besar
aktivitas harus dinilai dengan membandingkan dengan ukuran eksternal, bisa
berupa norma standar perbandingan sosial, perbandingan dengan orang lain, atau
perbandingan kolektif. Dari kebanyakkan aktivitas, kita mengevaluasi performa
dengan membandingkannya kepada standar acuan.
Di samping standar
pribadi dan standar acuan, proses penilaian juga bergantung pada keseluruhan
nilai yang kita dapatkan dalam sebuah aktivitas. Akhirnya, regulasi diri juga
bergantung pada cara kita mencari penyebab-penyebab tingkah laku demi
menyempurnakan performa.
6.
Reaksi diri (self
response):
Manusia merespon
positif atau negatif perilaku mereka tergantung kepada bagaimana perilaku ini
diukur dan apa standar pribadinya. Bandura meyakini bahwa manusia menggunakan
strategi reaktif dan proaktif untuk mengatur dirinya. Maksudnya, manusia
berupaya secara reaktif untuk mereduksi pertentangan antara pencapaian dan
tujuan, dan setelah berhasil menghilangkannya, mereka secara proaktif
menetapkan tujuan baru yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri seseorang ada
dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari
standar dan penguatan (reinforcement), sedangkan faktor
internal terdiri dari observasi diri (self observation), proses
penilaian (judgmental process), dan reaksi diri (self response).[21]
[1] Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian :Tinjauan
Praktis Menuju Pribadi Positif, (Jakarta : PT. Indeks : 2007), hlm. 21.
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_intrapersonal.
[6] http://www.nyenyon.com/2013/02/regulasi-diri.html, Diakses pada hari Jum’at, 6 september 2013 pukul
07.20
[8] Ibid. hlm. 463
[9] Ibid. hlm. 463
[10] http://hestypsi.blogspot.com/2012/07/regulasi-diri.html, Diakses pada hari Jum’at, 6 September 2013 pukul 07.20
[11] http://www.nyenyon.com/2013/02/regulasi-diri.html, diakses pada hari Jum’at , 6 September 2013 pukul 07.20
[12] http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_intrapersonal.
[16] http://www.nyenyon.com/2013/02/regulasi-diri.html, Diakses pada hari Jum’at, 6 september 2013 pukul
07.20
[18] Ibid. hlm. 463
[19] Ibid. hlm. 463
[20] http://hestypsi.blogspot.com/2012/07/regulasi-diri.html, Diakses pada hari Jum’at, 6 September 2013 pukul 07.20
[21] http://www.nyenyon.com/2013/02/regulasi-diri.html, diakses pada hari Jum’at , 6 September 2013 pukul 07.20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar