Senin, 22 Mei 2017

Makalah Pemikiran Hasyim As'Syari tentang Pendidikan



PEMIKIRAN KH HASYIM ASY’ARI TENTANG PENDIDIKAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. Mahmud Arif,M.Ag.







Disusun Oleh :

Riza Alfarid                           (12410059)
Syamsudin                             (12410100)
Miss Hasuenah Aboowa       (12410182)




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014/2015

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Sosok ulama yang satu ini sudah begitu akrab di telinga umat IslamIndonesia khususnya, karena beliau merupakan pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama. Akan tetapi ketokohan dan keharuman nama beliau bukan hanya karena aktivitas dakwah beliau sebagai pendiri NU, melainkan juga karena beliau termasuk pemikir dan pembaharu Pendidikan Islam.
Pemikiran Hasyim Asy’ari sendiri dalam hal ini diwarnai dengan keahliannya dalam bidang hadits, dan pemikirannya dalam bidang tasawuf dan fiqh. Serta didorong pula oleh situasi pendidikan yang ada pada saat itu, yang mulai mengalami perubahan dan perkembangan yang pesat, dari kebiasaan lama (tradisonal) yang sudah mapan ke dalam bentuk baru (modern) akibat pengaruh sistem pendidikan Barat (Imperialis Belanda) yang diterapkan di Indonesia.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana biografi KH Hasyim Asy’ari?
2.      Bagaiman pemikiran KH Hasyim Asy’ari secara umum?
3.      Bagaimana pemikiran KH Hasyim Asy’ari tentang pendidikan islam?
C.        Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui biografi KH Hasyim Asy’ari.
2.      Untuk mengetahui pemikiran KH Hasyim Asy’ari secara umum.
3.      Mengetahui pemikiran KH Hasyim Asy’ari tentang pendidikan islam.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi KH Hasyim Asy’ari
Nama lengkap K. H. Hasyim Asy’ari adalah Muhammad Hasyim Asy’ari ibn ‘Abd Al-Wahid. Ia lahir di Gedang Jombang Jawa Timur, pada hari selasa kliwon 24 Dzu Al-Qa’idah 1287 H/14 Februari 1871 M. dia berada dalam kandungan selama 14 bulan dan Hasyim menghabiskan sebagian masa kecilnya di dalam lingkungan pesantren.[1]
Pada tahun 1976 dia pindah dengan orang tuanya ke Keras Jombang hingga dia berusia 15 tahun, ayahnya mengajarkan dasar agama khususnya membaca dan menghafal Al-Qur’an, dalam usianya yang 15 tahun, dia menuntut ilmu ke berbagai pondok pesantren di jawa timur, akhirnya pada tahun 1891 dia tiba di pesantren siwalan pandji sidoarjo, yang diasuh oleh kyai Ya’qub siwalan, tterkesan dengan kecerdasannya akhirnya beliau menikahkannya dengan putrinya, Khadijah. Tepat pada usia 21 tahun, tahun 1892.[2]
Setelah menikah KH Hasyim Asy’ari bersama istrinya melakukan ibadah haji. Sekembalinya dari tanah suci, mertua KH. Hasyim Asy’ari menganjurkannya menuntut ilmu di Mekkah. Di tempat itu KH. Hasyim Asy’ari mempelajari berbagai macam disiplin ilmu, diantaranya adalah ilmu fiqh dan ilmu Hadits. Ia tinggal di Mekkah selama 7 tahun. Dan pada tahun 1900 M. atau 1314 H. KH. Hasyim Asy’ari pulang ke kampung halamannya. Di tempat itu ia membuka pengajian keagamaan yang dalam waktu yang relatif singkat menjadi terkenal di wilayah Jawa.
Tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan tokoh-tokoh Islam tradisional, Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama, yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini pun berkembang dan banyak anggotanya. Pengaruh Kiai Hasyim Asy’ari pun semakin besar dengan mendirikan organisasi NU, bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan dari ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pada tahun 1926 K. H. Hasyim Asy’ari mendirikan partai Nahdatul Ulama (NU). Sejak didirikan sampai tahun 1947 Rais ‘Am (ketua umum) dijabat oleh KH Hasyim Asy’ari. Ia pernah menjabat sebagai kepala Kantor Urusan Agama pada zaman pendudukan Jepang untuk wilayah Jawa dan Madura.
KH Hasyim Asy’ari wafat pada tahun 1947 di Tebuireng, Jombang Jawa Timur. Hampir seluruh waktunya diabdikan untuk kepentingan agama dan pendidikan.
B.     Pemikiran KH Hasyim Asy’ari secara umum
Sebagai seorang intelektual KH Hasyim Asy’ari telah menyumbangkan banyak hal, hal itu dapat dilihat dari beberapa pemikirannya tentang banyak hal yaitu: (1) Teologi, dalam ini dia mengatakan ada tiga tingkatan dalam mengartikan tuhan (tahwid), tingkatan pertama pujian terhadap keesaan tuhan hal ini dimiliki oleh orang awam, tingkatan kedua meliputi pengetahuan dan pengertian mengenai keesaan tuhan hal ini dimiliki oleh Ulama’, tingkatan ketiga tumbuh dari perasaan terdalam mengenai hakim agung dan hal ini dimiliki oleh para Sufi. (2) Ahlussunnah wal Jama’ah, Hasyim Asy’ari menerima doktrin ini karena sesuai dengan tujuan NU khususnya yang berkaitan dengan dengan membangun hubungan ‘ulama’ Indonesia yaitu mengikuti salah satu madzhab sunni dan menjaga kurikulum pesantren agar sesuai dengan prinsip-prinsipAhlussunnah wal Jama’ah yang berarti mengikuti ajaran nabi Muhammad dan perkataan ulama’. (3) Tasawwuf, secara garis besar pemikiran tasawwuf KH Hasyim Asy’ari bertujuan memperbaiki prilaku umat islam secara umum serta sesuai dengan prinsip prinsip ajaran islam, dan dalam banyak hal pemikirannya banyak dipengarui oleh pemikiran Al-Ghazali. (4) Fiqh, dalam hal ini ini beliau menganut aliran madzhab empat yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali. (5) Pemikiran Politik, pada dasarnya pemikiran politik Hasyim Asy’ari  mengajak kepada semua umat islam untuk membangun dan menjaga persatuan, menurutnya pondasi politik pemerintahan islam itu mempunyai tiga tujuan yaitu: memberi persamaan bagi setiap muslim, melayani kepentingan rakyat dengan cara perundingan, menjaga keadilan.[3]

C.    Pemikiran KH Hasyim  Asy’ari tentang pendidikan
Hasyim Asy’ari yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan pesantren, serta banyak menuntut ilmu dan berkecimpung secara langsung di dalamnya, di lingkungan pendidikan agama Islam khususnya. Dan semua yang dialami dan dirasakan beliau selama itu menjadi pengalaman dan mempengaruhi pola pikir dan pandangannya dalam masalah-masalah pendidikan.
Hasyim asy’ari adalah seorang penulis yang produktif dalam semua bidang keilmuan islam, namun dari sudut epistemoliginya ada kesimpulan dari pemikirannya yaitu dia memiliki pemikiran yang khas dan tipikal, ia selalu konsisten mengacu pada rujukan yang memliki sumber otoritatif, yakni Al-qur’an dan Al-Hadits, disamping itu yang menjadi tipikal karya karyanya adalah kecenderungannya terhadap madzhaab Syafi’i.
Salah satu karya monumental Hasyim Asy’ari yang berbicara tentang pendidikan adalah kitabnya yang berjudul Adab al Alim wa al Muta’allim, pembahasan terhadap masalah pendidikan lebih beliau tekankan pada masalah etika dalam pendidikan, meski tidak menafikan beberapa aspek pendidikan lainnya.[4] Di antara pemikiran beliau dalam masalah pendidikan adalah:
a.       Signifikasi pendidikan
Signifikasi pendidikan menurut KH Hasyim Asy’ari adalah upaya memanusiakan manusia secara utuh, sehingga manusia bisa taqwa kepada Allah SWT, dengan benar benar mengamalkan segala perintahnya dan menegakkan keadilan dimuka bumi, beramal shaleh dan maslahat, pantas menyandang predikat sebagai makhluk yang paling mulia dan lebih tinggi derajatnya dari segala jenis makhluk Allah yang lainnya.
b.      Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan meurut Hasyim Asy’ari adalah (1) menjadi insane yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT, (2) insan yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.[5]
c.       Karakteristik guru
KH. Hasyim Asy’ari menyebutkan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang guru antara lain[6] :
1)      Menjaga diri dari hal hal yang  menurunkan martabat
2)      Pandai mengajar.
3)      Berwawasan luas
4)      Mengamalkan ajaran Al- Qur’an dan Al-Hadist
5)      Cakap dan professional
6)      Kasih saying
7)      Berwibawa
8)      Takut pada Allah, tawadhu’, zuhud dan khusyu’

d.      Tugas dan Tanggung Jawab Murid
Etika dalam belajar
Etika terhadap guru
Etika terhadap pelajaran
Membersihkan hati
Memperhatikan guru
Memperhatikan ilmu yang bersifat fardhu ‘ain
Membersihkan niat
Mengikuti jejak guru
Berhati-hati dalam menanggapi ikhtilaf para ulama
Pandai mengatur waktu
Memuliakan guru
Bercita cita tinggi
Menyederhanakan makan dan minum
dan Berhati-hati
Bersabar terhadap kekerasan guru
Senantiasa menganalisa dan menyimak ilmu
Menyedikitkan tidur
Duduk dengan rapi
Menanyakan apa yang tidak difahami
Menghindari kemalasan
Berbicara sopan
Selalu membawa catatan
Meninggalkan hal-hal yang kurang berfaedah
Tidak menyela guru
Belajar secara continue, dan menanamkan rasa antusias belajar.[7]

e.       Sistem pendidikan
Dalam system pendidikan KH Hasyim Asy’ari berlandaskan Al-qur’an sebagai paradigma nya dalam hal ini, karena dengan berlandaskan dengan wahyu tuhan terwujud suatu sitem pendidikan yang koomperhensif yaitu meliputi tiga aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
f.       Kurikulum pendidikan
Kurikulum yang ditetapkan oleh KH Hasyim Asy’ari adalah; Al-Qur’an dan Hadist, fiqih, ushul fiqih, nahwu, shorof, dan cenderung menerapkan system kurikulum pendidikan yang mengajarkan kitab kitab klasik.
g.      Metode pengajaran
Dalam menentukan pilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dan mempertimbangkan tujuan, materi, maupun lingkungan pendidikan, bila mengacu pada pesantren maka metode yang digunakan adaalah metode yang konvensional yaitu sistem sorogan, bandongan, wetonan, dengan kajian pokok kitab kitab klasik.
h.      Proses belajar mengajar
Sesungguhnya keberhasilan dalam proses belajar mmengajar sangat dipengarui oleh berbagai faktor di antaranya; guru, murid, tujuan pendidikan, kurikulum dan metode, dalam hal ini pemikiran KH Hasyim Asy’ari bisa dikatakan masih bersifat tradisionalis, karena dia memposisikan guru sebagai subyek dan murid sebagai obyek, guru tidak hanya sebagai transmitor pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga sebagai pihak yang memberi pengaruh secara signifikan terhadap pembentukan prilaku (etika) peserta didik.[8]
i.        Evaluasi
Menurut KH Hasyim Asy’ari dalam proses evaluasi tidak hanya untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengusaan murid terhadap materi namun juga untuk mengetahui sejauh mana upaya internalisasi nilai nilai dalam peserta didik bias diserap dalam kehidupan sehari hari.
Adapun untuk mengukur tingkat keberhasilan seorang guru dalam mendidik akhlak pada peserta didik lebih ditekankan kepada pengamatan kehidupan santri sehari harinya. Sehingga mengenai hal evaluasi tidak menggunakan standarisasi nilai, namun mereka sudah dianggap baik bila mereka sudah bisa mengamalkan ilmu dalam kehidupan sehari hari.







 BAB III
 PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pemaparan yang telah dijelaskan, dapat kami simpulkan bahwa pemikiran KH Hasyim Asy’ari dapat digambarkan dalam beberapa hal, yaitu:
1.      Pandangan terhadap ilmu dan agama, signifikasi pemikiran KH Hasyim Asy’ari adalah upaya memanusiakan manusia secara utuh, sehingga manusiaa bisa taqwa kepada Allah SWT dan mengamalkan segala peintahnya, sehingga pantas mendapatkan predikat makhluk yang lebih tinggi derajatnya dari makhluk lainya.
2.      Pemikiran pendidikan KH Hasyim Asy’ari senantiasa mendasarkan pada nilai moral dan etika.
3.      Menekankan guru sebagai subyek yang bertugas untuk mentransfer ilmu, dan murid sebagai obyek atau penerima ilmu.
4.      Proses evaluasi tidak menggunakan standarisasi nilai tetapi menggunakan pengamatan tingkah laku siswa dalam kehidupan sehari hari.
5.      Sistem mendidikan yang berdassrkan Al-qur’an sudah merupakan sitem pendidikan yang koomperhensif yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
6.      Kekonsistensinan KH Hasyim Asy’ari dalam menginternalisasikanAhlussunnah Wal Jama’ah.
7.      Konsisten mengacu pada rujukan Al-Qur’an dan Al-Hadist, dan cenderung mengacu pada madzhab syafi’i.




DAFTAR PUSTAKA

Mas’ud, Abdurrahman, Intelektual Pesantren, ( Yogyakarta : LKIS, 2004)
Khuluq, Lathiful, Fajar Kebangunan Ulama’, ( Yogyakarta : LKIS, 2001)
Noor, Rohinah M, KH. Hasyim Asy’ari Memordenisasi NU dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Grafindo Khazanah ilmu, 2010)
Suwendi, Sejarah Dan Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004)
http://udhiexz.wordpress.com/2009/05/12/pemikiran-k-h-hasyim-asy%E2%80%99ari/
http://habibah-kolis.blogspot.com/2008/01/hasyim-asyari.html

                                                 




[1] http://udhiexz.wordpress.com/2009/05/12/pemikiran-k-h-hasyim-asy%E2%80%99ari/
[2] Abdurrahman Mas’ud, Intelektual Pesantren, ( yogyakarta : LKIS, 2004) hal 198.

[3] Drs. Lathiful Khuluq, MA, Fajar Kebangunan Ulama’, ( Yogyakarta : LKIS, 2001) hal 43-54.
[4] http://habibah-kolis.blogspot.com/2008/01/hasyim-asyari.html
[5] Rohinah M noor, MA, KH. Hasyim Asy’ari Memordenisasi NU dan Pendidikan Islam,(Jakarta: Grafindo Khazanah ilmu, 2010) hal 18-19.
[6] Suwendi M.Ag, Sejarah Dan Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), hal 153.

[7] http://habibah-kolis.blogspot.com/2008/01/hasyim-asyari.html
[8] Ibid, Sejarah Dan Pemikiran Pendidikan Islam, hal 154

1 komentar:

  1. Halo Bossku Semua .. SALAM HOKI Selalu ya !
    Dapatkan Bonus Spesial NATAL dari Om Santa BOLA VITA
    Bonus s/d 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah)
    Hanya BO LA VI TA yang memberikan bonus-bonus menarik tiap hari!
    Yuk Gabung Sekarang! Pendaftaran Gratis Loh!
    WA : 0813-7705-5002 ~

    Atau Hubungi Kesini Ya Boss :
    BBM: B O L A V I T A (tanpa spasi)
    WeChat: BOLA VITA (tanpa spasi)
    Line : cs_bola vita (tanpa spasi) ~







    BalasHapus