PERKEMBANGAN KEBERAGAMAAN USIA REMAJA
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Psikologi Agama
Dosen Pengampu Eva Latipah
Disusun Oleh :
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada
Allah yang senantiasa
mencurahkan rahmat serta
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Psikologi Agama yang
berjudul “Perkembangan Keberagamaan usia
Remaja” tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun
untuk melengkapi tugas mata kuliah Al Qur’an dan Pembelajarannya pada jurusan Pendidikan
Agama Islam. Ucapan terima kasih
kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini
terutama pada dosen pengampu Bapak Drs. Sarjono, M.SI yang selalu memberi bimbingan pada
kita semua.
Kami sadar dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya. Oleh karena itu , saran
dan kritik yang
membangun dari pembaca pada umumnya sangatlah kami nantikan guna
menyempurnakan makalah ini,dan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Besar
harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam perkembangan
keberagamaan manusia mulai dari anak-anak hingga lanjut usia mengalami
perkembangan agama yang selalu mengikuti seperti pada saat manusia itu
dilahirkan pasti akan mengikuti agama yang dianut oleh orang tuanya karena
hanya orang tuanya yang menjadikan anak itu islam, yahudi atau nasrani.masa remaja merupakan
periode peralihan, sebagai usia bermasalah, masa mencari identitas ketika manusia
itu sudah menginjak usia remaja maka dia akan mulai berpikir bagaimana cara
mengimplementasikan ajaran agama yang dianutnya dalam khidupan sehari-harinya.
Dalam makalah ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai perkembangan keberagamaan usia remaja beserta
penjelasannya sehingga kita bisa mengambil sebuah pelajaran untuk diaplikasikan
dalam hidup.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah:
1.Bagaimana Sikap
remaja terhadap Agama?
2.Bagaimana Perkembangan jiwa keagamaan pada remaja?
3.Faktor apa yang
mempengaruhi perkembangan keberagamaan remaja?
4.Bagaimana konflik
dan keraguan beragama pada remaja?
C.
Tujuan Pembuatan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1.Menjelaskan
Sikap remaja terhadap Agama.
2.Manjelaskan Perkembangan jiwa keagamaan pada remaja.
3.Menjelaskan
Faktor yang mempengaruhi perkembangan keberagamaan Remaja.
4.Menjelaskan
konflik dan keraguan beragama pada remaja?
1.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sikap Remaja terhadap Agama
1.
Percaya Dengan Turut-Turutan.
Sesungguhnya kebanyakan remaja percaya
terhadap Tuhan dan menjalankan agama, karena mereka terdidik dalam lingkungan
yang beragama, karena bapak ibunya orang beragama, teman dan masyarakat
sekelilingnya rajin beribadah maka mereka ikut percaya dan melaksanakan ibadah
dan ajaran-ajaran agama sekedar mengikuti suasana lingkungan dimana ia hidup.
Kepercayaan ini terjadi apabila orang
tuanya memberikan didikan agama dengan cara yang menyenangkan, jauh dari
pengalaman pahit di waktu kecil, dan setelah remaja tidak mengalami pula
hal-hal yang menggoncangkan jiwanya, sehingga cara kekanak-kanakan itu terus berjalan,
dan ditinjau kembali.
Percaya turut-turutan ini biasanya tidak
lama dan banyak terjadi hanya pada masa-masa remaja pertama (umur 13-16 tahun) sesudah
itu berkembang kepada cara yang lebih kritis dan lebih sadar.
2.
Percaya Dengan Kesadaran.
Masa remaja adalah masa dimana perubahan
dan kegoncangan terjadi di segala bidang, yang dimulai dengan perubahan jasmani
yang sangat cepat, jauh dari keseimbangan dan keserasian. Setelah remaja
menemukan jati dirinya ia mungkin merasa asing dalam masyarakat, sehingga
sikapnya jadi berubah, ingin menjauh dari masyarakat atau tenggelam dari
aktifitas-aktifitas masyarakat.
Setelah
kegoncangan remaja pertama ini agak reda yaitu kira-kira 16 tahun, dimana
pertumbuhan jasmani hampir selesai, kecerdasan juga sudah dapat berfikir lebih
matang dan pengetahuan telah bertambah pula.
Kesadaran agama
atau semangat agama masa remaja itu,mulai dengan kecenderungan remaja meneliti
kembali caranya beragama pada masa kecil dulu.biasanya semangat agama itu tidak
terjadi sebelum umur 17 atau 18 tahun,semangat beragama tersebut mempunyai dua
bentuk yaitu semangat positif dan semangat Khurafi.
3. Kebimbangan
Beragama
Kebimbangan remaja terhadap agama itu tidak
sama,berbeda antara yang satu dengan yang lain,sesuai dengan kepribadian
masing-masing.,sesuai dengan pengalaman dan proses pendidikan yang dilalui
sejak kecil.
Suatu hal yang tidak boleh kita lupakan
adalah ,bahwa kebimbangan itu bergantung pada dua faktor penting yaitu keadaan
jiwa yang bersangkutan dan keadaan sosial yang melingkungi remaja tersebut.
4.
Tidak Percaya Terhadap Tuhan
Salah satu perkembangan yang mungkin terjadi
pada akhir masa remaja adalah mengingkari ujud Tuhan sama sekali dan
menggantinya dengan keyakinan lain. Atau mungkin pula hanya tidak mempercayai
adanya Tuhan saja secara mutlak. Dalam keadaan pertama mungkin seseorang merasa
gelisah, tetapi dalam keadaan kedua terselip di belakangnya kegoncangan jiwa,
dan hal ini terjadi dibawah umur 20 tahun.
Perkembangan remaja kearah tidak mempercayai adanya Tuhan itu, sebenarya mempunyai akar atau sumber dari kecilnya. Tapi ketidak percayaan terhadap tuhan mungkin karena terlalu kecewa ,menderita batin,sehingga putus asa dia terhadap keadilan tuhan,lambat laun keputusan itu menjadi benci dan akhirnya tidak mau lagi mengakui adanya tuhan.
Perkembangan remaja kearah tidak mempercayai adanya Tuhan itu, sebenarya mempunyai akar atau sumber dari kecilnya. Tapi ketidak percayaan terhadap tuhan mungkin karena terlalu kecewa ,menderita batin,sehingga putus asa dia terhadap keadilan tuhan,lambat laun keputusan itu menjadi benci dan akhirnya tidak mau lagi mengakui adanya tuhan.
B. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Remaja
Perkembangan agama pada remaja ditandai oleh beberapa faktor antara lain:
1. Pertumbuhan dan Pikiran Mental
Ide dan dasar keyakinan beragama
yang diterima remaja dari kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi
mereka,sifat krits terhadap agama mulai timbul.Pertumbuhan pengertian tentang
ide-ide agama sejalan dengan pertumbuhan kecerdasan . Pertumbuhan kognitif
memberi kemungkinan terjadi perpindahan/transisi dari agama yang lahiriyah
menuju agma yang batiniah.
Agama berkaitan dengan hal-hal yang abstrak seperti tentang hari akhirat,
syurga, neraka, dll. Pengertian tentang hal-hal yang abstrak itu baru dapat
diterima apabila pertumbuhan kecerdasan individu telah memungkinkan untuk itu.
Pada masa remaja perkembangan mental dan pemikirannya berkembang kearah
berpikir logis.
2. Perkembangan perasaaan
Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang
kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Kondisi ini menyebabkan terjadinya
perubahan emosi yang begitu cepat dalam diri remaja. Ketidakstabilan perasaan
remaja kepada Tuhan/Agama.
Misalnya: Kebutuhan remaja akan Allah kadang-kadang tidak terasa ketika
remaja dalam keadaan tenang, aman, dan tentram. Sebaliknya Allah sangat
dibutuhkan apabila remaja dalam keadaan gelisah, ketika ada ancaman, takut akan
kegelapan, ketika merasa berdosa.
Jadi: gelombang kuatnya rasa agama bagi remaja adalah merupakan usaha-usaha
remaja untuk menenangkan kegoncangan jiwa yang sewaktu-waktu muncul. Remaja
akan melakukan kegiatan beragama pada saat ingin mengurangkan kesedihan,
ketakutan, dan rasa penyesalan.
3. Pertimbangan Sosial
Dalam kehidupan keagamaan, remaja cenderung dihadapkan pada konflik antara
pertimbangan moral dan materil. Terhadap konflik ini remaja cenderung bingung
untuk menentukan pilihan. Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi cenderung pada
pertimbangan lingkungan sosialnya.
a. Jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih
mementingkan kehidupan duniawi/materialitas, maka remaja akan menjadi cenderung
jiwanya untuk menjadi materialistis dan jauh dari agama.
b. Sebaliknya, jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih
mementingkan kehidupan yang religious/moralis, maka remaja akan cenderung
jiwanya untuk menjadi religious/moralis
4. Perkembangan Moral
Pertumbuhan dan perkembangan moral terjadi melalui pengalaman-pengalaman
dan pembiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua. Perkembangannya baru
dapat dikatakan mencapai kematangan pada usia remaja
Tipe moral remaja:
a.
Self-Directive: taat pada agama berdasarkan pertimbangn pribadi.
b.
Submissive: Remaja merasakan adanya keraguan terhadap ajaran agama/moral.
c.
Un adjusted: Remaja belum meyakini akan kebnaran ajaran agama/moral.
d.
Deviant: remaja menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanam moral
masyarakat (Jalaluddin, 2002:76).
5. Sikap dan Minat
Pada masa remaja sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan sangat
kecil, namun hal ini masih sangat tergantung pada kebiasaan masa kecil dan
lingkungan agama yang mempengaruhi mereka.
6. Ibadah
Perkembangan remaja dalam bidang agama juga dipengaruhi oleh pandangan
mereka terhadap ibadah.
C. Faktor-yang
mempengaruhi perkembangan keberagamaan pada remaja
1. Faktor
intern
Secara garis besarnya faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan antara lain:
a. Faktor kognitif, mengacu pada remaja yang memiliki mental masih abstrak, mereka hanya mengkaji isu-isu agama dengan berpatokan pada dasar-dasar agama tanpa memperdalaminya lebih lanjut.
b.Faktor personal, mengacu pada konsep individual dan identitas, individual maksudnya seseorang itu selalu menyendiri sedangkan identitas maksudnya proses menuju pada kestabilan jiwa.
c. Faktor hereditas, perbuatan yang buruk dan tercela jika dilakukan akan menimbulkan rasa bersalah dalam diri pelakunya. Bila pelanggaran yang dilakukan terhadap larangan agama maka akan timbul rasa berdosa dan perasaan seperti ini yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan seseorang.
d. Tingkat usia, pada usia remaja saat mereka menginjak usia kematangan seksual mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan mereka. Tingkat perkembangan usia dan kondisi yang dialami para remaja ini menimbulkan konflik kejiwaan yang cenderung mempengaruhi terjadinya konversi agama. Bahkan pada usia adolesensi sebagai rentang umur tipikal terjadinya konversi agama meskipun konversi cenderung dinilai sebagai produk sugesti dan bukan akibat dari perkembangan kehidupan spiritual seseorang.
e. Kepribadian, dalam kondisi normal secara individu manusia memiliki perbedaan dalam kepribadian dan perbedaan ini diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek kejiwaan termasuk jiwa keagamaan. Di luar itu dijumpai pula kondisi kepribadian yang menyimpang seperti kepribadian ganda dan sebagainya kondisi seperti ini juga ikut mempengaruhi perkembangan berbagai aspek kejiwaan termasuk jiwa keagamaan.
2. Faktor ekstern
Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa keagamaan dapat dilihat dari lingkungan di mana seseorang itu hidup. Umumnya lingkungan tersebut dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Lingkungan keluarga, konsep father image (citra kebapaan) menyatakan bahwa perkembangan jiwa keagamaan dipengaruhi oleh citra terhadap bapaknya. Kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa keagamaan. Pengaruh kedua orang tua terhadap perkembangan jiwa keagamaan dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Oleh karena itu sebagai intervensi terhadap perkembangan jiwa keagamaan tersebut kedua orang tua diberikan beban tanggung jawab. Keluarga dinilai sebagai faktor yang paling dominan dalam meletakkan dasar bagi perkembangan jiwa keagamaan.
b. Lingkungan institusional, yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa kegamaan dapat berupa institusi formal seperti sekolah ataupun yang nonformal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi. Kurikulum, hubungan guru dan murid serta hubungan antar teman dilihat dari kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan tampaknya ketiga kelompok tersebut ikut berpengaruh sebab pada prinsipnya perkembangan jiwa keagaman tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk membentuk kepribadian yang luhur. Pembiasaan yang baik merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang.
c. Lingkungan masyarakat, yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat akan berpengaruh positif bagi perkembangan jiwa keberagamaan sebab kehidupan keagamaan terkondisi dalam tatanan nilai maupun institusi keagamaan. Keadaan seperti ini akan berpengaruh dalam pembentukan jiwa keagamaan warganya.
Secara garis besarnya faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan antara lain:
a. Faktor kognitif, mengacu pada remaja yang memiliki mental masih abstrak, mereka hanya mengkaji isu-isu agama dengan berpatokan pada dasar-dasar agama tanpa memperdalaminya lebih lanjut.
b.Faktor personal, mengacu pada konsep individual dan identitas, individual maksudnya seseorang itu selalu menyendiri sedangkan identitas maksudnya proses menuju pada kestabilan jiwa.
c. Faktor hereditas, perbuatan yang buruk dan tercela jika dilakukan akan menimbulkan rasa bersalah dalam diri pelakunya. Bila pelanggaran yang dilakukan terhadap larangan agama maka akan timbul rasa berdosa dan perasaan seperti ini yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan seseorang.
d. Tingkat usia, pada usia remaja saat mereka menginjak usia kematangan seksual mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan mereka. Tingkat perkembangan usia dan kondisi yang dialami para remaja ini menimbulkan konflik kejiwaan yang cenderung mempengaruhi terjadinya konversi agama. Bahkan pada usia adolesensi sebagai rentang umur tipikal terjadinya konversi agama meskipun konversi cenderung dinilai sebagai produk sugesti dan bukan akibat dari perkembangan kehidupan spiritual seseorang.
e. Kepribadian, dalam kondisi normal secara individu manusia memiliki perbedaan dalam kepribadian dan perbedaan ini diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek kejiwaan termasuk jiwa keagamaan. Di luar itu dijumpai pula kondisi kepribadian yang menyimpang seperti kepribadian ganda dan sebagainya kondisi seperti ini juga ikut mempengaruhi perkembangan berbagai aspek kejiwaan termasuk jiwa keagamaan.
2. Faktor ekstern
Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa keagamaan dapat dilihat dari lingkungan di mana seseorang itu hidup. Umumnya lingkungan tersebut dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Lingkungan keluarga, konsep father image (citra kebapaan) menyatakan bahwa perkembangan jiwa keagamaan dipengaruhi oleh citra terhadap bapaknya. Kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa keagamaan. Pengaruh kedua orang tua terhadap perkembangan jiwa keagamaan dalam pandangan Islam sudah lama disadari. Oleh karena itu sebagai intervensi terhadap perkembangan jiwa keagamaan tersebut kedua orang tua diberikan beban tanggung jawab. Keluarga dinilai sebagai faktor yang paling dominan dalam meletakkan dasar bagi perkembangan jiwa keagamaan.
b. Lingkungan institusional, yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa kegamaan dapat berupa institusi formal seperti sekolah ataupun yang nonformal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi. Kurikulum, hubungan guru dan murid serta hubungan antar teman dilihat dari kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan tampaknya ketiga kelompok tersebut ikut berpengaruh sebab pada prinsipnya perkembangan jiwa keagaman tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk membentuk kepribadian yang luhur. Pembiasaan yang baik merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan seseorang.
c. Lingkungan masyarakat, yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat akan berpengaruh positif bagi perkembangan jiwa keberagamaan sebab kehidupan keagamaan terkondisi dalam tatanan nilai maupun institusi keagamaan. Keadaan seperti ini akan berpengaruh dalam pembentukan jiwa keagamaan warganya.
D. Konflik dan
Keraguan beragama pada Remaja
1.
Kepribadian
Tipe
kepribadian dan jenis kelamin, bisa menyebabkan remaja melakukan salah tafsir
terhadap ajaran agama.
a.
Bagi individu yang memiliki kepribadian yang introvert, ketika
mereka mendapatkan kegagalan dalam mendapatkan pertolongan Tuhan, maka akan
menyebabkan mereka salah tafsir terhadap sifat Maha Pengasih dan Maha
Penyayangnya Tuhan. Misalnya: Ketika berdoa’a tidak terkabul, maka mereka akan
menjadi ragu akan kebenaran sifat Tuhan yang Maha Pengasih dan Pnyayang Tuhan
tersebut. Kondisi ini akan sangat membekas pada remaja yang introvert walau
sebelumnya dia taat beragama.
b.
Perbedaan jenis kelamin,Wanita
yang cepat matang akan lebih menunjukkan keraguan pada ajaran agama dibandingkan
pada laki-laki cepat matang.
2.
Kesalahan Organisasi Keagamaan dan Pemuka Agama
Kesalahan
ini dipicu oleh “dalam kenyataannya, terdapat banyak organisasi
dan aliran-aliran keagamaan”. Dalam pandangan remaja hal itu
mengesankan adanya pertentangan dalam ajaran agama. Selain itu remaja juga
melihat kenyataan “Tidak tanduk keagamaan para pemuka agama yang
tidak sepenuhnya menuruti tuntutan agama”.
3.
Pernyataan Kebutuhan Manusia
Pada dasarnya
manusia memiliki sifat konservatif (senang dengan yang sudah ada), namun disisi
lain, manusia juga memiliki dorongan curiosity (dorongan ingin tahu).
Kedua
sifat bawaan ini merupakan kenyataan dari kebutuhan manusia yag normal. Dengan
dorongan Curiosity, maka remaja akan terdorong untuk mempelajari/mengkaji
ajaran agamanya. Jika dalam pengkajian itu terdapat perbedaan-perbedaan atau
terdapat ketidaksejalanan dengan apa yang telah dimilikinya (konservatif) maka
akan menimbulkan keraguan.
4.
Kebiasaan
Remaja
yang sudah terbiasa dengan suatu tradisi keagamaan yang dianutnya akan ragu
untuk menerima kebenaran ajaran lain yang baru diterimanya/dilihatnya.
5. Pendidikan
Kondisi
ini terjadi pada remaja yang terpelajar. Remaja yang terpelajar akan lebih
kritis terhadap ajaran agamanya. Terutama yang banyak mengandung ajaran yang
bersifat dogmatis. Apalagi jika mereka memiliki kemampuan untuk menafsirkan
ajaran agama yang dianutnya secara lebih rasional.
6.
Percampuran Antara Agama dengan Mistik
Dalam
kenyataan yang ada ditengah-tengah masyarakat, kadang-kadang tanpa disadari ada
tindak keagamaan yang mereka lakukan ditopangi oleh mistik dan praktek
kebatinan.Penyatuan unsur ini menyebabkan remaja menjadi ragu untuk menentukan
antara unsur agama dengan mistik.
BAB III
Penutup
A.
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan yang pertama adalah Sikap Remaja terhadap Agama yaitu ,Percaya Dengan Turut-Turutan,
Percaya Dengan Kesadaran,Kebimbangan Beragama,Tidak Percaya Terhadap Tuhan. Kemudian Faktor yang
mempengaruhi perkembangan keberagamaan yang meliputi,Faktor intern:Faktor
kognitif,Faktor personal, Faktor hereditas,Tingkat usia, Kepribadian,Kondisi
kejiwaan.Faktor ekstern:Lingkungan keluarga,Lingkungan institusional,
Lingkungan masyarakat.dan Konflik, Keraguan beragama pada Remaja yang
ditimbulkan oleh,Kepribadian Kesalahan Organisasi Keagamaan dan
Pemuka Agama,Pernyataan Kebutuhan manusia,Kebiasaan,Pendidikan,Percampuran
Antara Agama dengan Mistik.
B.
Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami
susun, semoga bermanfaat untuk kita semua dan pastinya makalah ini jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami mohon partisipasinya untuk memberi saran dalam
menelaah makalah ini lebih jauh.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat Zakiah.Ilmu Jiwa Agama.2005.Jakarta :Bulan Bintang
Jalaluddin. Psikologi Agama.2012.
Jakarta : PT Raja Grafindo persada
http://kajad-alhikmahkajen.blogspot.com
Assalamu'alaikum wr wb
BalasHapusKak kalau faktor yang mempengaruhi perkembangan agama pada masa remaja, itu sumber nya dari karya Jalaluddin bukan?